02. Chocolate-ku...?

15 3 0
                                    

Jin dibuat panik dengan Rihito yang sama sekali tidak mengabarinya seharian ini. Ditelepon tidak aktif, apartemennya kosong, Jin benar-benar kelabakan mencari pujaan hatinya. Ia bahkan sudah menelepon semua teman Rihito dan mereka sama-sama menjawab "Tidak tahu."

Plak!

Jin menggeplak kepalanya sendiri, untung tak kencang-kencang amat. Bahaya kalau terlalu kencang bisa-bisa bocor itu kepala, dia kan belum menikah dengan Rihito.

"Bodoh Matsuda Jin bodoh! Kenapa lu nggak hubungin orang rumahnya ya! Aduhh," umpatnya, lantas merogoh saku kemudian menekan nomor di sebuah benda pipih.

"Moshi moshi?"

"Ah, Jin-chan... Ada apa?"

"Okaasan, apakah Rihito ada di rumah? Teleponnya tidak aktif seharian ini, apartemennya pun kosong."

Itu ibunda dari Rihito, Mrs. Ikezaki. Rupanya Jin menelepon sang 'ibu mertua'.

"Astaga anak itu! Dia tidak mengabarimu sama sekali? Benar-benar!" Suara jengkel terdengar di seberang sana.

"Iya, okaasan."

"Hah~ anak itu sedang sakit, dia meringkuk sejak tadi pagi. Dia terlalu sibuk bekerja sampai tidak memperhatikan kesehatannya sendiri." jelas Mrs. Ikezaki.

"Okaasan! Sudah kubilang jangan beritahu Jin! Aku tidak mau membuatnya khawatir." Sahutan Rihito terdengar.

"Hey bodoh! Menantuku sudah jadi lebih khawatir karena kau tidak mengabarinya sama sekali. Dia itu peduli padamu, asal kamu tahu!"

Jin hanya dapat tersenyum canggung, walau ibu dan anak itu tak dapat melihatnya... Dia tidak tahu bagaimana cara untuk menghentikan perdebatan antara keduanya.

"Uhm.. okaasan, kalau begitu aku akan mampir ke rumah."

"Baiklah, menantuku. Aku juga butuh bantuanmu, anak itu sedang sakit tapi tidak mau makan dan minum obat. Barangkali kalau kamu datang kemari, dia akan lebih menurut."

"Ya, okaasan. Sampai jumpa..."

"Sampai jumpa, menantuku tersayang."




***


"Stop looking at me like that, Marshmallow. Kamu udah kayak okaasan aja."

Jin mencebik kesal, diletakkannya semangkuk bubur dengan sedikit kasar di atas nakas. "Shut up! Aku begini karena aku kesel sama kakak! Ditelepon gak aktif-aktif, apartemennya kosong, taunya kakak lagi sakit. Kenapa gak bilang dari awal, coba?! Bikin orang khawatir aja!" Dia memandang Rihito jengah. " Aku berasa jadi pacar yang nggak guna, pacarnya sakit aja gak tau.." kalimat terakhirnya Jin ucapkan sangat pelan namun ternyata Rihito masih dapat mendengarnya.

Rihito merasa bersalah. Awalnya ia tidak mau mengabari Jin karena takut cowok itu khawatir, tapi pada akhirnya ketahuan juga kalau dia sedang sakit dan membuat sang terkasih berpikiran yang tidak-tidak. "Gomen'ne, ini semua salah aku. Jangan bilang kamu pacar yang gak guna, kamu itu the world's most perfect boyfriend for me."

"Hm, pokoknya besok-besok kalau ada apa-apa kabarin aku ya kak chocolate! Terus kalau kerja juga harus ingat waktu dan jangan memforsir tubuh kakak, nanti tumbang lagi kakak juga kan yang ngerasainnya. Pokoknya kakak harus istirahat yang cukup biar cepat sembuh. Promise me, kakak gak bakal mengulangi hal yang sama." Jin tersenyum mengulurkan jari kelingkingnya, Rihito melakukan hal yang sama dan menautkan keduanya. Pinky promise.

"Thanks marshmellow-nya kakak. I promise bakal jaga kesehatan, supaya kakak juga bisa lanjut kerja buat nikahin kamu."

Damn! Rihito berhasil membuat wajah Jin bersemu merah bak kepiting rebus.









_____

long time no c!

anyway, happy lunar new year for those who celebrate!

.

tbc.

𝒮𝐊𝐘! ,
230122.

forelsket ; rihitojin ver.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang