4

250 49 13
                                    

(Name) kembali ke warung udon. Ternyata disana terlihat Douma yang masih terdiam sambil memegang mangkuk udon yang sudah dingin. Douma nampak sumringah saat (name) berjalan mendekat ke arah nya.

"Nona! Aku menunggumu sampai mangkuk udon ini dingin! Kenapa kau tiba-tiba lari dan memberikan ku ini?? Sudah kau tau sendiri aku tidak menyukai udon. Nona?"

(Name) terdiam, ia menangis dalam diam karena harus merelakan anak semata wayangnya pada suaminya yang sedikit ia benci.

"Nona kau menangis?"

"Tidak tuan"

"Kalau begitu makan udon ini sampai habis, lihatlah udon nya sudah mengembang."

"Baik akan ku habiskan. Maaf tuan, tadi aku reflek mengejar anak yang menangis."

"Tidak apa-apa, itu juga anak mu sendiri."

(Name) membelalakkan matanya betapa terkejutnya ia mendengar perkataan Douma.

~




























































Matahari sudah tak bersinar lagi, langit menjadi gelap dan bintang-bintang pun bersinar untuk menemani Ayumi di taman yang cukup ramai.

Shinazugawa Ayumi, putri tunggal dari (name) dan juga Sanemi kini sedang berjalan sambil menangis mengelilingi tamannya berharap sang ibu ada. Ayumi ditinggalkan sendirian oleh ibunya--ah tidak, Ayumi melepaskan genggaman dari ibunya di taman ramai yang membuatnya hilang entah kemana. Ayumi menyesali perbuatan nya karena tidak menuruti apa yang ibunya katakan.

"Selama di taman ini, jangan melepaskan tangan bunda. Oke?"

Dirasa lelah Ayumi pun duduk, air matanya mengering, sementara isak tangisnya masih mendalam betapa ia sangat merindukan rumah. Ayumi berusia 11 tahun, ia tidak tau letak rumahnya dimana karena ia jarang sekali mendengarkan perkataan kedua orang tuanya.

"Bunda aku mau pulang" rintih nya lalu ia tak sadarkan diri.

Tak lama dari kejadian itu, Ayumi membuka matanya dan ternyata ia sedang dipangkuan seorang pria berambut silver dengan kimono khas yang selalu ia gunakan.

"Kau siapa?!" Ujar Ayumi dengan panik.

"Shhhttt, aku bukan siapa-siapa lagi pula aku tidak berniat membawa mu atau menyakiti mu."

Ayumi masih mencoba mencerna apa yang terjadi. Dari tadi saja banyak orang yang lalu-lalang tidak memperdulikan nya.

Douma memberinya sebuah roti melon kesukaan Ayumi sendiri. Sementara itu Ayumi masih banyak menaruh curiga karena ini bukanlah orang yang ia kenali.

"Ayolah, aku sudah membelinya dari toko roti." Ujar Douma dengan ekspresi sedih.

"Paman dulu yang makan."

"Kau mau makan setelah aku makan?"

"Selagi tidak beracun aku mau."

Douma pun dengan terpaksa memakan satu gigit roti melon itu dan menahan rasa mual nya saat itu menyentuk indera perasa nya.

"Lihat, aku masih hidupkan?" Kata Douma meyakinkan.

Ayumi pun menerima roti melon itu dan memakan nya dengan lahap. Douma pun senang melihatnya.

"Mau makan nasi karee tidak??" Tanya Douma.

"Karee terlalu pedas untukku paman."

"Ah iya juga, kau sendiri masih terlalu dini untuk makanan seperti itu. Jadi kau mau makan apa?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 25, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

In The Middle Of The NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang