GOW~6

1.3K 176 37
                                    

Sorry for typos
.
.
.
.

.


Tanpa harus menggunakan punggung seseorang lagi, Xiao Zhan telah mampu memanjat naik ke atas punggung kudanya. Bermodalkan lima ribu pasukan—termasuk golongan yang sangat sedikit untuk perjalanan panjang merebut kota di perbatasan Selatan, Xiao Zhan lebih percaya diri. Tatapannya tak menunjukkan keraguan atau ketakutan. Kehadiran Yibo—Jendral Wang Yibo di sampingnya—yang duduk gagah di atas kuda hitam dengan burung elang di bahunya memberikannya keberanian lebih.

Namun mimpi-mimpi buruk seolah menghantuinya. Mimpi di hari hari sebelum keberangkatannya pada hari ini.

Ketika pasukannya dibakar hidup-hidup.

Ketika Xiao Wen dipenggal dan kepalanya di tendang ke sana kemari.

Ketika satu per satu Xiang Ri Kui mati mengenaskan dihadapannya.

Dan ketika Yibo berlutut di depannya dengan pedang yang menusuk punggungnnya—menembus ke jantung.

Ia takut. Jantungnya berdetak tak karuan, keringat dingin jatuh membasahi pelindung kepala zirahnya. Ketakutan itu kembali menghampiri Xiao Zhan tanpa bisa terkontrol.

Dedaunan musim gugur seolah lambang mereka sungguh akan mati. Dia melirik Yibo, menatap mata sekelam malam yang kini menyelami bola matanya berwarna caramel bening. Seolah berbicara mereka akan hidup. Menjanjikan kemenangan dan tahta untuk Xiao Zhan.

Semuanya perjuangan.

Dimulai dari langkah pertama kudanya. Keberaniannya. Melakukan hal yang tak ia suka. Merebut tahta. Hingga mencintai seseorang seperti Yibo.

Lelaki itu terlihat lebih kurus, pipinya menirus dari sebelumnya, tubuhnya semakin menegap dan Xiao Zhan tak mengerti Yibo terlihat semakin muda. "Yibo" dia memanggil, dan sang jendral menoleh. Dengan raut wajah sedingin embun di pagi itu dan tatapan penuh kelembutan seperti angin. "Pemimpin adalah ujung tombak, tapi aku tidak setajam itu. Aku akan patah sebelum menembus zirah musuh"


Sedang membicarakan dirinya sendiri. Xiao Zhan kehilangan kepercayaan dirinya ketika ia menatap tangannya yang tertutup sarung tangan hitam yang terbuat dari kulit demi melindunginya dari dingin. Ia seolah melihat tangannya berlumuran darah dan kenangan tentang jendral yang menemaninya ketika pertama kali menghadapi perang memenuhi kepalanya. Bagaimana jika Yibo mengalami keadaan yang sama.

Klaang—

Itu suara tombak Yibo. Lelaki itu mengayunkan tombak bajanya seolah itu benda ringan. "Yang mulia bukanlah ujung tombak untuk menusuk musuh, yang mulia bukanlah kuda yang akan membawa kami untuk menyerang ataupun mundur, yang mulia juga bukanlah tameng untuk melindungi kami." Yibo berbicara. Dia menatap langit yang masih gelap di atas sana. "Yang mulia adalah jantung pasukan. Jika yang mulia tertusuk, kami mati. Yang mulia adalah alasan kami hidup, diri anda adalah gairah keinginan kami untuk menang"

Sedikit tertegun.

Xiao Zhan baru saja melihat wujud sesungguhnya dari suaminya. Beginikah Yibo ketika berperang? Beginikah Yibo ketika terdapat embel embel jendral di samping namanya?

Dia banyak berlatih, dia banyak melatih. Dia belajar dan dia mengajari. Dia terlihat kokoh dengan pakaian zirahnya, dia terlihat seperti pangeran dengan wajah tampannya dan dia terlihat bersinar karena hatinya yang lebih keras dari baja.

GOD OF WAR (END)√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang