Kicau burung gereja yang bersarang di sela atap menambah ramai suasana pagi hari di kediaman keluarga kecil itu. Seorang remaja berseragam putih abu-abu berlari dari ruang keluarga menuju dapur dengan wajah masam.
"Mbak Sasa! Lihat ini kelakuan Njun!" teriaknya pada wanita yang berdiri memunggunginya.
"Arjun nggak sengaja, Ma. Salah Abang Aaron, taruhnya salah." Bocah setinggi lutut orang dewasa muncul dari balik tubuh remaja bernama Aaron itu.
Wanita itu sontak menoleh. "Ada apa, sih? Pagi-pagi udah marah-marah, kamu bisa lebih cepet tua daripada, Mbak, loh," ujarnya lembut.
Anak itu kembali menunjukkan sebuah kaus ke hadapan sang kakak. "Liat, nih! Kaus voliku ditumpahin susu sama Njun. Jadi basah, padahal sore ini aku ada latihan voli!" serunya penuh emosi.
"Aku nggak sengaja!" teriak bocah cilik itu tak mau kalah.
"Kamu yang salah, udah tau di situ ada seragamku. Kenapa taruh susunya deket-deket?!" Aaron semakin meradang.
Melihat kericuhan yang tak kunjung mereda, wanita itu kemudian menghentikan kegiatannya dan menghampiri keduanya.
Wanita itu mengambil kaus dari tangan Aaron dan mengamatinya sejenak. "Yah, terus gimana, dong? Ini kalau Mbak cuci, nanti keringnya lama, kamu bisa telat sekolah. Apa ditinggal aja, nanti siang Mbak atau Abang kamu yang kirim ke sekolah?"
Cowok itu justru mengerucutkan bibirnya. "Nggak mau! Aku-"
"Assalamualaikum! Aaron, ayo berangkat!" Teriakan dari luar rumah memotong ucapan bocah itu.
"Tuh, 'kan. Han udah dateng! Seragamku masih basah!" gerutu Aaron semakin kesal. Bocah itu tak menjawab salam maupun menghampiri sumber suara, justru menarik kursi yang ada di sampingnya dan duduk.
"Astaghfirullah, udah tau temennya dateng, kenapa malah duduk? Arjun sini," ia memanggil putranya, "kamu ke kamar bangunin Papa, ya. Mama mau bukain pintu."
Bocah bermata bulat itu mengangguk patuh, kemudian tanpa berkata-kata lagi ia melesat meninggalkan dapur. Membuat Aaron mendengkus kesal.
"Ending-nya Mbak belain Njun," gerutunya tak terima.
Erisa geleng kepala, tetapi wanita itu bergegas ke depan untuk membukakan pintu. Sosok berseragam sama dengan Aaron berdiri membelakangi pintu sembari memainkan gawainya.
"Hansa," panggil Erisa. Membuat si pemilik nama lantas menoleh dan tersenyum simpul hingga menampakkan lesung di kedua pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GUILTLESS [Under Revision]
Teen Fiction🔒𝐅𝐨𝐥𝐥𝐨𝐰 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚🔒 Teenfiction, Slice of life . Hanya kisah seorang remaja bernama Aaron Mahanta yang melihat bermacam warna melintas di hidupnya. Sering bersikap seenaknya, padahal tidak semua orang bisa memahaminya. "�...