Hinata sedikit mengernyit entah hari ini sudah wanita keberapa, apa bos sialannya itu tidak ada kerjaan lain selain mengencani wanita-wanita murah seperti itu?.
Matanya bergerak dari bawah ke atas, menatap lurus pada wanita yang berdiri di depannya dengan baju super kekurangan bahan, banyak bolongnya dan hinata mulai mempertanyakan siapa gerangan yang menjahit baju modelan seperti ini.
"Nona, bisa cepat minta sasuke menemuiku!". Wanita di depannya mulai tak sabar.
Dengan helaan nafas berat, hinata pun mengambil telefon di sampingnya lalu mulai menghubungi sasuke.
"Uchiha san, bisakah anda membukakan pintu untuk tamu ke.se.kian anda?". Hinata sengaja menekankan kata "kesekian", agar wanita di depannya sedikit tau diri untuk tidak menganggu jam kerja atasannya itu.
Demi apa hinata sudah lelah dihadapkan dengan beberapa berkas yang menumpuk akibat beberapa tamu dadakan sasuke yang menurutnya sangat tidak penting.
"Aku sibuk".
Suara itu terdengar di ujung telefon dan sambungan terputus, hinata mengernyit, berusaha mencerna perkataan bosnya, seingatnya ini pertama kalinya sasuke menolak "tamu" nya itu.
"Anda dengar sendiri nona?... Hinata menatap wanita itu kembali, melihat wajahnya yang berubah muram membuat hinata tersenyum puas.
.....anda bisa kembali saat jam makan siang, oh.... dan ya, pintu keluar ada di sebelah kiri!".
Wanita di depannya berdecak kesal, iapun meninggalkan ruangannya tanpa berkomentar apapun, bagus ini adalah rekor pertama sasuke menolak wanita yang mengunjunginya.
Aneh sekali, apa mungkin bosnya baru saja terbentur sesuatu?, Tak mau ambil pusing hinata kembali melanjutkan pekerjannya.
.
"Ini berkas yang anda minta uchiha san".
"Hn".
Pria itu masih sibuk dengan komputer di depannya, entah hinata merasa sasuke memang sedang sibuk atau sengaja menyibukkan diri, biasanya hari ini sasuke sudah dikunjungi beberapa wanita, tapi tertumben karena sasuke menolak semua wanita itu.
"Apa anda sakit, uchiha san?". Oh apa hinata peduli?, Persetan jika atasan sialannya itu terkena penyakit kelamin karena perbuatannya, siapa suruh menjadi brengsek dan melakukannya pada semua wanita, okay ini semua hanyalah bentuk formalitas, hanya itu.
"Apa sekarang kau peduli pada kondisi kesehatanku, hyuga san?".
Hinata tersenyum manis, "tentu saja uchiha san,. Jika anda sakit maka itu hanya akan menambah pekerjaan saya".
Sasuke mengernyit, ia yang tadinya sibuk mengetik kini menatap hinata, "jadi kau hanya mengkhawatirkan pekerjaanmu?".
Hinata terdiam, memangnya apa yang perlu ia khawatirkan selain pekerjaannya, mengkhawatirkan atasan bodohnya begitu?, Oh tentu saja itu tak akan pernah terjadi meski di alam mimpi sekalipun.
"Jawab hyuga".
"Ya, begitulah". Tanpa rasa bersalah hinata menjawabnya, bahkan kini mereka saling menatap.
Mendengar itu sasuke hanya bisa menghela nafas, "menurutmu apa pernikahan itu penting?".
Kernyitan di dahi hinata mulai muncul kembali, tumben bosnya menanyakan hal absurd seperti itu.
"Tergantung uchiha san,...itu akan penting jika anda memang sudah siap melakukannya".
Sasuke terdiam, pria itu nampak berfikir, sebelum mengeluarkan isi pikirannya ia menatap hinata dari atas ke bawah.
Di tatap seperti itu jujur membuat hinata risih, berani sekali bos sialannya menatapnya seolah menilai.
"Hm..., Lumayan".
"Apanya yang lumayan". Kata hinata menghentikan penilaian sasuke padanya.
Pria itu mendongak, menyeringai kecil ke arah lawan bicaranya.
Seringaian yang bisa membuat wanita di luar sana berteriak histeris tapi tidak dengan hinata, bagi hinata seringaian sasuke memiliki arti lain.
"Kau....tunjuk sasuke pada hinata, hal itu sukses membuat hinata menatap sasuke dengan kebingungan di wajahnya, ia yakin sekarang ekspresinya seperti orang idiot.
"Jangan macam-macam uchiha san, aku bisa melaporkanmu atas tindakan asusila". Tantang hinata menatap bosnya berani.
Tch....
Pria itu mendecih, dia belum berbuat apa-apa tapi sekertaris cantiknya sudah mengancamnya dengan hal yang belum ia lakukan sama sekali.
"Jangan lupakan aku juga bisa melaporkanmu atas tuduhan pencemaran nama baik".
Hinata mendengus, yang jadi korban kan dirinya kenapa sasuke ikut-ikutan ingin melaporkannya?.
"Terserah uchiha san saja". Hinata akhirnya pasrah, memilih pergi dari ruangan bosnya, masa bodoh tentang sopan santun, ia merasa gerah jika harus berdebat dengan bos tampan tapi brengsek seperti sasuke.
.
"Dasar uchiha sialan, dia mempermainkanku". Gumam hinata kesal seraya duduk di kursinya.
Tanpa sadar seorang pria mendengar umpatannya itu, pria itu hahkan terkekeh dan menghampirinya.
"Kau bertengkar lagi dengan sasuke?".
Hinata mendengus, "kau pikir aku bertengkar dengan siapa, selain dengan syetan pantat ayam itu". Kata hinata sembari menatap pintu ruangan sasuke yang tertutup rapat.
Pria itu kembali terkekeh, ia merasa sikap hinata sangat lucu, disaat semua wanita memuja sasuke, hinata lebih suka mengumpatinya, mungkin itulah salah satu alasan kenapa sasuke memilih hinata sebagai sekertarisnya.
"Sudah jam makan siang, mau makan bersamaku?".
Pria itu berkedip membuat hinata menggelengkan kepalanya, "kau akan dibunuh sakura jika ketahuan mengajakku makan siang lagi".
Pria pirang itu mendengus, "aku tidak keberatan dengan kematianku, jika yang menjadi pembunuhnya adalah kekasihku sendiri".
Hinata berdecak, pria humoris tampan di depannya memang selalu bisa membuat alasan yang membuatnya geleng-geleng kepala.
"Itu menjijikkan, pergilah, sebelum kekasihmu sadar kau tidak ada di ruanganmu, naruto san".
Naruto hanya terkekeh, "baiklah, aku kemari hanya untuk memberikan file yang sasuke minta, kalau begitu aku masuk dulu ya, jika sakura mencariku, bilang saja kalau aku ada di dalam".
"Hm...". Hinata hanya bergumam tak jelas.
Ia harus membereskan pekerjaannya lalu makan siang dengan hikmat.
Gimana, ini bagus gak dilanjutin?.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Absurd
Teen Fictionjika sasuke adalah seorang player, maka hinata adalah coachnya, lihat saja bagaimana caranya membuat uchiha busuk itu bertekuk lutut di bawah kaki jenjangnya. "uchiha san, seharusnya kau berlutut layaknya kau menyembahku". tch....