Hinata menarik nafas lalu menghembuskannya kembali dengan lelah, ia sudah berdiri sekitar 1 menit dan entah kenapa terasa seperti 100 menit, sebelum tangannya terulur untuk menggeser pintu sang bos ia mengucapkan berbagai macam mantra agar tak tumbang saat berhadapan dengan iblis mematikan di dalam ruangan itu.
"Ehem....".
Berdehem sebentar sebelum ia berjalan dengan anggun ke hadapan sang bos, bos sialan sekaligus suami brengseknya.
Ahhh...rasanya hinata ingin mengubur dirinya hidup-hidup, apalagi dengan segala drama mengenai betapa tidak beruntungnya dirinya karena kemarin baru saja mengucapkan kalimat luknat yang sialannya tak digubris sama sekali oleh pria itu.
"Hari ini kau ada meeting, dan nanti malam harus menghadiri pesta collega". Mengenyahkan semua pemikiran konyolnya, hinata akhirnya berusaha bersikap senormal mungkin.
"Hn...".
Hn?, Apa-apaan itu, dia bersikap lebih dingin dari bongkahan es kutub yang hinata belum sempat datangi.
"Apa aku harus ikut?".
"Hn...".
Mengepalkan tangannya, hinata mendecih kesal, ia menarik nafas pelan, sebelum berbalik untuk meninggalkan ruangan itu.
.
....
...........
Selesai dengan riasan simpelnya, hinata mengambil tas kecil sebelum berangkat ke pesta yang memang diundang khusus untuk para collega, akan menjadi pertanyaan jika istri sang ceo tak ikut, meski hinata sebenarnya tak terlalu peduli dengan pendapat orang, setidaknya ia berusaha menghargai suami iblisnya.
"Kau berangkat sendiri?".
Hinata yang baru saja ingin memasuki mobilnya hanya mengangguk.
"Berangkat denganku".
"Tidak, aku ada janji dengan temanku, jadi akan repot jika pergi denganmu".
Berusaha mengelak namun apa daya, saat hinata sudah membuka pintu mobilnya, pria itu menarik lengannya dan kini mereka saling berhadapan.
"Ini sudah malam, teman apa yang memiliki janji selarut ini?".
"Apa kau akan marah jika ku katakan teman ranjangku?".
"APA?".
.
Hinata berdecak kesal, sedari tadi sasuke terus mendiamkannya, apa dia marah?, Hinata kan hanya bercanda.
Tanpa minat hinata menyalakan musik untuk menghilangkan keheningan di dalam mobil, matanya melirik kesal pada sasuke yang mematikan musik tanpa ekspresi bersalah.
"Kenapa dimatikan?".
"Berisik".
"Dasar, iblis beku".
Umpatannya tak digubris dan hal itu semakin membuat hinata mati kutu, kenapa ia di pertemukan dengan pria sekelas uchiha sasuke, dasar pria sialan.
Oh apalagi ini?, Tiba-tiba sasuke menghentikan mobilnya di pinggir jalan, apa ia tersinggung?, Tapi kan pria itu memang mirib iblis.
"Jika aku iblis maka kau adalah malaikat yang terjebak dengan iblis sepertiku".
"M-maksudmu?".
Hinata memundurkan wajahnya, saat wajah pria itu malah mendekat padanya, apa ini?, Kenapa wajah sasuke dekat?.
"Kau takut?, Apa teman ranjangmu tak pernah melakukannya?".
What the hell?, Jadi sasuke benar-benar menganggap ucapannya serius?.
Hinata membenarkan posisi duduknya, ia tak takut lagi dengan kenyataan bahwa wajah pria itu sangatlah dekat, hinata bahkan bersikap berani dengan mengalungkan tangannya pada leher tegas pria di sampingnya.
"Apa kau cemburu?".
"Apa aku terlihat begitu?".
Seulas senyum culas terbit dibibir cantiknya, "ya, kau terlihat sangat cemburu, apa kau mulai jatuh cinta padaku?".
Cih....
Sasuke melepaskan tangan hinata, ia kembali pada posisi duduknya, "apa semudah itu menurutmu?". Katanya lalu kembali menyalakan mobil.
.
...
.....
Lanjut?...
100 vote
KAMU SEDANG MEMBACA
Absurd
Teen Fictionjika sasuke adalah seorang player, maka hinata adalah coachnya, lihat saja bagaimana caranya membuat uchiha busuk itu bertekuk lutut di bawah kaki jenjangnya. "uchiha san, seharusnya kau berlutut layaknya kau menyembahku". tch....