CASTE MATCH | NCT

03. Di Hutan

Saat kakak ku mati 4 tahun yang lalu. Keadaan keluarga ku menjadi rapuh dan abu-abu. Kami terus berduka atas kematiannya yang sangat kejam. Yena seharusnya menang pada saat pertandingan, tapi dengan liciknya Jaehyun datang dan langsung membunuh nya.

Setelah Kematian Yena, beberapa hari setelah itu ayahku pergi dari rumah meninggalkan kami berdua. Entah apa yang terjadi. Tapi seingat ku, dia sering sekali bertengkar dengan ibu. Mungkin karena tidak tahan dengan sikap istirnya yang emosianal, jadi dia memutuskan pergi begitu saja tanpa kembali lagi.

Kepergiannya membuat hatiku hancur. Kenapa orang-orang selalu ingin meninggalkan ku. Bahkan ayah ku pun pergi tanpa berpamitan sama sekali.

Sampai saat ini aku tidak tau kabar  dan keberadaan nya. Ayahku pergi sangat misterius. Dulu aku pernah mencarinya, tapi tidak membuahkan hasil sama sekali. Entah dimana dia  sekarang. Semoga saja kabarnya baik setelah tau kalau putrinya menjadi peserta Caste Match lagi.

Pada jam 5 sore, aku pergi menuju hutan yang jaraknya tak jauh dari rumah. Tujuannya hanya untuk menjernihkan pikiran karena Caste Match ini.

Kalau berdiam di rumah terus, kemungkinan aku akan selalu menangis karena akan meninggalkan rumah pada esok hari. Aku juga tidak tahan melihat mata bengkak ibu ku yang terus bersedih karena aku akan pergi meninggalkan nya.

Jadi aku memilih untuk menenangkan diri di hutan ini, dengan membawa tas selendang yang isinya terdapat sebuah pisau berburu, teropong kecil, korek dan juga botol air. Aku juga membawa sebuah lentera untuk menerangi malam yang gelap, kalau semisalnya aku ingin bermalaman di sini.

Aku duduk pada sebuah batang pohong yang runtuh. Pemandangan di hadapan ku adalah sungai Hadson yang terkenal dengan airnya yang cukup deras dan ikan-ikannya yang banyak.

Sepertinya akan sangat seru kalau aku menangkap ikan lalu membakarnya untuk makan sore ku. Karena ide itu aku mulai membuka kedua sepatu bot ku untuk terjun langsung ke sungai Hadson. Walaupun deras tapi aku sudah terbiasa dengan arusnya.

Aku mengambil pisau dan pergi ke sungai. Airnya sangat dingin saat menyentuh kedua kaki ku. Sebelah tangan ku berpegangan pada batu besar agar tubuhku tidak mudah terseret. Kedua mata ku mulai fokus mencari ikan untuk menjadi santapan hari ini.

Menangkap ikan adalah salah satu keahlian ku. Ibu yang mengajarinya, dia sangat ahli dalam hal apapun karena dulu ia adalah mantan peserta Caste Match ke-6.

Dulu Caste Match hanya pertandingan biasa saja. Tidak ada pembunuhan sama sekali. Setelah pemerintahan diganti oleh orang kasta tinggi, semuanya menjadi berubah. Itu yang ibuku katakan. Sebagai mantan peserta Caste Match ibuku sangat menentang peraturan baru yang mereka buat. Caste Match ke-19 adalah awal pertumpahan para peserta untuk terus bertanding sampai titik penghabisan, dan menyisakan satu orang pemenang yang menjadi penyebabnya.

Semua kasta berdemo tentang hal itu, mereka sangat menentang nya. Tapi pemerintahan negeri ini gila. Siapa yang menentang, mereka akan mati di tembaki. Pada Caste Match tahun itu banyak yang mati. Bukan hanya peserta tapi orang-orang yang menentang Caste Match mereka semua mati. Setelah kejadian mengerikan itu pemerintahan Elarza menegaskan undang-undang bagi siapapun yang berkhianat atau menentang akan di hukum mati.

Mereka menambahkan maksud dari peraturan baru Caste Match untuk peningkatan ekonomi, hiburan dan memancing pemberontak yang telah lama berkhianat pada negeri ini. Ibuku bilang tahun itu adalah tahun paling kelam bagi mereka. Kasta tinggi rata-rata mendapat perlindungan. Karena kasta dari mereka hanya sedikit yang berkhianat. Kasta menengah pun sama seperti kasta tinggi, hanya beberapa orang dari mereka pengkhianat.

Yang memulai pertentangan atau pemberontak adalah orang dari kasta bawah. Pemerintah Elarza menyebut kami dalang di balik pemberontakan terhadap Caste Match dan juga Elarza. Sebagian orang dari kasta yang memberontak di gantung untuk di perlihatkan pada masyarakat bahwa seorang pemberontak pantas untuk hal itu. Karena pemberontakkan kasta ku semakin di kucilkan. Membayangkan nya sudah membuatku sedih walaupun saat itu terjadi, aku masih berumur 2 tahun.