Sebuah Bangunan 2

22 10 35
                                    

Dia adalah tokoh utama dalam ceritaku kala itu

Aku berusaha memastikan diriku sendiri kalau semua ini hanya mimpi. Mataku terpejam, suara ramai orang orang tak lagi terdengar. Aku belum siap membuka mata, aku belum siap dengan apa yang ada didepan mataku. Aku membuka mata dan sontak berteriak keras didepan mayat seseorang yang tak lain adalah ibuk ku.

Aku berteriak lebih kencang lagi sambil bergumam tanpa mendengarkan apa yang orang lain katakan kepadaku. Kenapa harus ibuk tuhan?, kenapa bukan aku saja?,kenapa bukan akuu.......?.Ku peluk tubuh ibu keduaku itu dengan rasa tak percaya, ibuk kenapa pergi ninggalin Misya, Misya sama siapa nanti kalau nggak ada ibuk?,Misya cuma butuh ibuk.IBUK BANGUN,IBUK BANGUN,IBUK  BANGUNNNN....

Ibuk kenapa pergi,Misya nggak tau lagi hidup Misya habis ini gimana. Aku sakit, terlebih lebih dalam keadaan ini pun mama dan papa tidak ada dirumah. Kedua pecundang itu hanya mementingkan pekerjaan mereka saja.Aku berteriak marah lagi, mau dibawa kemana ibuku?,anjing lo semua berani beraninya bawa ibuk gua.

"Misya sadar,ibuk udah nggak ada"ucap sopir ku

"Bacot,bajingan,jangan ada yang berani berani nyentuh ibuk gua"ucapku dengan emosi penuh sambil menahan tubuh ibuku

Mereka semua kenapa, aku hanya menginginkan ibuk terus ada disampingku, kenapa mereka dengan tega menahan tanganku, dan membawa ibuku pergi. Mereka semua jahat tuhan,aku hanya ingin bersama ibuku apa itu salah?,mereka tidak pernah tau seberapa aku lebih membutuhkan ibuk daripada semua yang ada di dunia ini,bajingan.

Sopirku beserta orang orang itu dengan tega menimbun ibuku bersama gundukan tanah,aku beranjak dari keramaian dan berjalan tanpa arah.Aku terus berjalan tanpa tujuan, mungkin sudah 2 km dari tempat pemakaman aku berjalan.

Aku masih terus berjalan sampai ketemukan jembatan dengan air sungai deras dibawahnya, fikiranku kalut,aku terhenti di jembatan yang sepi itu. Andai aku melompat apakah  hidupku akan tenang? tanyaku bimbang.

Aku memanjat pembatas jembatan dan bersiap dengan merentangkan tangan, sejuk sampai rasanya aku benar benar ingin melompat.Badanku tercondong entah apa yang aku fikirkan, sedikit lagi aku akan terbang, tapi tangan itu dengan cepat menarikku ke bawah dan menampol kepalaku.

"Sakit njing"ucapku
"Lo ngapain manusia bodoh, kalau mau mati tunggu ajal aja,jangan menjemput ajal"ucapnya

Aku menangis sejadinya,tangisan ku yang tadinya ku tahan dengan teriakan kini banjir sudah.Terasa hangat,dia memelukku tanpa kusuruh.

"Gua nggak tau apa masalah lo,tapi bunuh diri bukan cara yang tepat untuk menyelesaikan sebuah masalah,ntah sebesar apapun masalah lo,Lo nggak boleh lari"ucapnya

Aku yang sekarang tidak membutuhkan kata kata motivasi dari siapapun,aku sakit sekarang.
Aku hanya sanggup terisak dengan punggung bergetar, kepalaku pusing sampai terasa aku tidak berpijak dibumi lagi.Kalau saja dia tidak menahan ku aku akan benar benar selesai,masalah ku selesai,hidupku selesai,bukuku selesai.

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan komen

Jangan lupa like

Jangan lupa makan
Jangan lupa diri 🙏

Sekiam author Gin pamit
Wassalamu'alaikum.

MisyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang