Pulang

6 2 0
                                    

"Chami, kamu dimana? Molly ingin pulang. Chami, tolong Molly nyaw"

Iki menatap Molly dengan sendu. Hati kecilnya berbisik, jikalau ia harus menolong kucing kecil ini kembali ke rumahnya. Bukan harus lagi, tapi dia wajib melakukannya.

"Molly"

Kucing kecil dengan kalung lonceng itu menatap ke belakangnya. Air matanya telah tumpah. Sepertinya dia benar-benar takut tidak bisa pulang.

"Mau aku antar kau pulang sampai ke rumah?"

Pertanyaan dari Iki berhasil menghentikan tangisan anabul kecil ini. Dia mendekat ke arah kucing yang menatapnya dengan begitu lembut. Entah kenapa, rasanya Molly seperti menemukan rasa nyaman dan kasih sayang yang baru.

"Kakak tau rumah chami?"

Deg

Mata Iki membola. "Apa katanyanya tadi? Dia memanggilku kakak?" Batinya seolah bertanya sembari menatap wajah sahabatnya.

Leopa hanya bisa mengangguk. Apa yang di dengar oleh mereka benarlah adanya.

"I-iya, aku tau rumah Cha–maksudku majikanmu berada dimana. Soalnya, aku ini kan wakil dari Leopa yang merupakan ketua kompleks wilayah selatan," Iki menjawabnya dengan penuh rasa sesak di dada.

"Sungguh kak? Terima kasih nyaw"

"Iki, kau—"

"Tidak apa Leopa, tidak masalah. Aku baik-baik saja"

Leopa sudah berusaha untuk menghentikan keputusan sahabatnya itu, namun sepertinya usahnya tidak membuahkan hasil yang baik.

"Aku tau ini menyakitkan Iki. Tapi kenapa kau masih mau melakukannya? Tidak cukupkah kau merasakannya waktu itu?" Benaknya meringis.

Wush

"Wah-wah, lihat ini. Seorang Leopa yang perkasa bermain dengan kucing rumahan? Khu, lucunya. Pasti kalau si kembar melihat ini, mereka akan kecewa denganmu"

Perkataan dari seekor kucing bewarna hitam yang tengah bersantai di atas tembok rumah manusia, kini menjadi pusat perhatian dari 3 anbul ini.

"Tier, sedang apa kau disitu? Apa kau kali ini menyusup ke dalam ranah wilayahku?" Tatapan sinis dilayangkan oleh Leopa pada kucing itu.

Tier Yang sedang menjilati kaki-kakinya kini balik menatap Leopa dengan pandangan yang merendahkan.

"Khe, menyusup? Kau tidak sadar diri, atau tidak melihat pembatas hah? Kau tidak melihat ke sekelilingmu? Jalan ini, tepat tanah yang kau pijaki adalah zona bebas bagi kucing di wilayah utara maupun selatan. Jadi wajar saja jika aku bersantai di bagian perbatasan wilayahku, kan?"

Leopa menggeram. Dia lupa, kalau mereka sedang berada di zona bebas. Andai saja ini bukan zona bebas, pasti ia akan menghajar kucing bermulut pedas ini.

Hup

Tier lompat ke bawah. Dia berjalan dengan congkaknya ke arah Molly. Dia putari makhluk yang usianya masih terlalu muda itu, sembari mengendus-ngendus tubuh mungilnya.

"Huh, bau manusianya kuat juga," ujarnya sembari berlalu kembali kepada singgasana yang sebelumnya ditempati olehnya dengan nyaman.

"Hei, kucing kecil. Kau tersesat ya?" Tanyanya sambil menghunuskan tatapan dingin.

"I-iya," jawab Molly. Kucing berbulu abu-abu yang halus ini bersembunyi di balik tubuh Iki. Firasatnya mengatakan, kalau kucing itu berbahaya.

Iki menatap kebelakangnya. Dahinya mengerenyit. Bahkan tubuhnya lebih digeser, agar Molly lebih tertutup oleh badannya yang lebih besar.

Kucing Komplek(s)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang