Hari ini Taehyung mengajak bertemu dengan Jeongguk di sebuah caffe di wilayah mereka. Setelah kejadian beberapa hari yang lalu, membuat Taehyung tak hentinya berpikir tentang kutukannya yang dapat melihat yokai. Taehyjng telah duduk di salah satu kursi di sudut caffe dan ia selalu berusaha untuk mengabaikan mereka yang ada di sekitarnya saat ini. "Aduh Jeongguk kok belum dateng juga si," ujarnya sesekali melihat jam tangannya.
*krincing krincing* pintu caffe terbuka dan terlihat Jeongguk mengenakan kaos hitam dan celana jeans yang sangat pas di tubuhnya.
"Hai, maaf agak telat ya. Tadi ada seseorang yang berkunjung ke kuil untuk melaksanakan puja," ujar Jeongguk.
"Oh iya, tidak apa-apa kok. Mau pesan makan apa?" tanya Taehyung sambil membuka buku menu.
"Apa aja yang menurut kamu enak. Aku jarang makan di tempat seperti ini, jadi aku serahkan pilihan ke kamu," ujar Jeongguk dengan senyum menawannya.
"O-oh baiklah, janji tidak akan protes ya nanti," ujar Taehyung entah kenapa dirinya menjadi sedikit gugup.
Jeongguk dan Taehyung sedang menyantap makan siang mereka—yang sebenarnya baru pukul 10.00—Jeongguk tersenyum melihat tingkah Taehyung yang terlihat sangat menikmati makanannya sampai membuatnya mengerucutkan bibirnya. Taehyung tahu bahwa dirinya sedang ditatap oleh Jeongguk dan itu membuatnya menjadi lebih gugup.
"Jeongguk, apakah ada sesuatu di wajahku? Jangan melihatku terus-menerus. Aku kurang nyaman," lirih Taehyung dengan semburat merah menghiasi pipinya yang gembil.
"Hahaha maafkan aku. Itu karena kamu bertingkah sangat lucu. Coba lihatlah dirimu, kamu berpakaian sangat dewasa hari ini, namun tingkahmu menggemaskan." Jeongguk menanggapi dengan tawa yang menghiasi wajah tegasnya.
"Jadi maksudnya aku terlihat anak kecil? Begitu?" Taehyung merasa tidak terima jika dirinya dianggap anak kecil. Hei ingatlah dia lelaki berusia 25 tahun.
"Ah bukan itu maksudku. Maaf-maaf sepertinya itu membuatmu salah sangka. Tingkahmu yang makan dengan mengerucutkan bibir itu sangat lucu," jelasnya meluruskan kesalahpahaman diantaranya dan Taehyung.
Penjelasan Jeongguk membuatnya malu hingga menciptakan semburat merah di pipi hingga telinganya. Ia tidak menyadari bahwa dirinya terlihat sangat santai dan tidak menjaga imej seperti biasanya.
Melihat respon Taehyung, Jeongguk merasa iba. Mengapa? Karena pasti dia secara tidak sadar terbuka dengan orang lain. Pasti sangat sulit untuk sebebas itu dalam berekspresi di depan orang lain.
Keduanya melanjutkan acara makan bersama dengan khidmat. Hingga habis tak tersisa. Taehyung kemudian menyodorkan paper bag berisi hoodie dan celana yang dipinjamkan oleh Jeongguk kepadanya.
"Hehe ini ya Jeongguk hoodie sama celananya. Maaf juga kelamaan balikinnya karena satu dan lain hal," ujar Taehyung tersenyum canggung merasa tak enak hati.
"Ya ampun tidak apa-apa Taehyung. Terima kasih ya. Oh iya ... sebelumnya ada sesuatu yang ingin aku tanyakan ke kamu," ucap Jeongguk setelah menerima paper bag itu.
"Bertanya tentang apa Jeongguk?" tanya Taehyung.
"Aku harap pertanyaan ini tidak membuatmu tersinggung," ujar Jeongguk dan kemudian ragu-ragu mengajukan pertanyaan. "Apakah saat kamu pertama kali datang ke kuil waktu itu dikarenakan kamu dikejar oleh sesuatu?"
Taehyung merasa dadanya sesak seketika. Ia tidak menyangka bahwa Jeongguk akan menanyakan hal tersebut.
Beberapa menit tanpa jawaban, akhirnya Jeongguk bersuara, "Taehyung, tenang saja. Aku mengerti kondisimu. Kamu tidak perlu takut, karena ... akupun sama sepertimu."
"H-hah?" Taehyung tidak percaya apa yang dikatakan oleh Jeongguk.
"Iya. Aku dapat melihat mereka, yokai," ucap Jeongguk tanpa basa-basi.
Taehyung merasa sedikit lega, mungkin. Ternyata tidak hanya dirinya saja yang selalu terusik oleh hal tersebut. Tapi setelah melihat Jeongguk, ia merasa bahwa dirinya dan Jeongguk sangat berbeda. Yang lebih mengherankan lagi, bahwa dia tidak melihat yokai sedari dia bersama dengan Jeongguk.
"Lalu ... mengapa kamu menyinggung hal tersebut? Apa yang ingin kamu sampaikan?" tanya Taehyung yang merasa penasaran maksud terselubung dari pertanyaan Jeongguk.
Hening. Tidak ada jawaban yang keluar dari Jeongguk. Jeongguk mengulum bibirnya tampak berpikir keras akan hal yang ingin dia katakan. Taehyung merasa tak enak hati, karena menurutnya pertanyaannya tadi sedikit banyak memojokkan Jeongguk.
"Taehyung, apakah saat ini kamu melihat ... mereka?" tanya Jeongguk berhati-hati.
"Ehem ... ji-jika saat ini, a-aku tidak melihat itu," ujar Taehyung terbata-bata dan meremas kedua telapak tangannya gelisah.
"Apakah kamu tahu penyebabnya?" tanya Jeongguk kembali.
Taehyung berpikir sesaat dan kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya sebagai jawaban.
"Mungkin ini bisa dibilang tidak masuk akal, tapi itu karena kamu menggunakan pakaianku. Jadi itu sebabnya mereka tidak berani mengganggumu saat itu," jelas Jeongguk dengan wajahnya yang serius menatap Taehyung.
Taehyung memasang raut ragu akan perkataan Jeongguk. Informasi yang diberikan tidak masuk akal baginya. Terlalu membuatnya harus berpikir secara imajinatif. Jeongguk melihat respon Taehyung yang sudah jelas tidak percaya perkataannya, ia pun hanya tersenyum kecil karena menurutnya itu adalah hal wajar.
"Baiklah terserah padamu apakah itu adalah hal yang perlu kamu percayai atau tidak," ujar Jeongguk. "Tapi aku memiliki satu benda mungkin bisa dikatakan sebuah jimat yang aku buat sendiri, aku akan berikan ini kepadamu. Aku bisa yakini jimat ini akan melindungi kamu selama 1 bulan dari yokai yang tidak mengganggu hingga yang cukup usil. Namun jika kamu bertemu dengan yokai yang memiliki aura jahat sangat pekat, kamu harus segera menghindarinya," tambahnya sambil menyodorkan sebuah kalung jimat dengan bertuliskan kanji 火花 (hibana) yang artinya bunga api.
"Ah ... terima kasih kalau begitu," ujar Taehyung dengan senyum canggungnya dan menerima jimat tersebut. Jujur saja ia bingung mau bagaimana menanggapi semua perkataan Jeongguk barusan.
"Jika dalam 1 minggu kamu tidak diganggu, mari bertemu kembali dan akan aku jelaskan semua hal yang ingin kamu ketahui mengenai makhluk spiritual 'itu' bahkan tentang kemampuanmu," ujar Jeongguk dengan senyum tulusnya. Ia berharap Taehyung akan mempercayainya.
"Baiklah Jeongguk. Sebelumnya aku minta maaf bukan berarti aku tidak percaya atau ragu denganmu, hanya informasi yang kamu katakan terlalu banyak dan aku membutuhkan waktu untuk memproses semua perkataanmu tadi. Tapi aku sangat berterimakasih akan jimat ini, semoga saja memang berfungsi dengan baik," ujar Taehyung. "Sebenarnya tidak satu ataupun dua kali aku mendapatkan jimat seperti ini dari orang-orang yang mengaku ahli spiritual tapi tidak ada yang berfungsi, mereka hanya memanfaatkanku saja untuk mendapatkan uang," tambahnya sambil mengepalkan tangannya kesal.
"Tenang Taehyung. Lihat? Aku tidak meminta bayaran apapun kepadamu kan? Aku tidak menipumu. Tapi soal percaya atau tidak kamu denganku, aku serahkan ke kamu. Aku tidak ingin memaksa. Aku hanya ingin membantu seorang teman," ucap Jeongguk dengan lembut dan menenangkan.
Taehyung pun hanya menganggukkan kepalanya tanda ia mengerti. Ia akan mencoba percaya dengan teman barunya ini.
"Oh iya Jeongguk, hari sudah semakin siang. Caffe ini juga semakin ramai, bagaimana kalau kita pulang saja?" tanya Taehyung setelah melihat jam tangannya menunjukkan angka 12 siang.
"Baiklah, mari kita pulang." Jeongguk menyetujui usulan Taehyung dan segera merapikan barang bawaannya ditambah paper bag pakaiannya.
Mereka pun berjalan bersisian meninggalkan caffe tersebut dan pulang menuju rumah masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
[SLOW UPDATE] A Beautiful Curse (KV AU)
FanfictionKim Taehyung, pemuda yang memiliki kutukan sejak lahir, membuat orang di sekitarnya enggan untuk berinteraksi. Namun, kutukan itu tiba-tiba lenyap saat dia berteduh di bawah kuil tua. Apakah kutukan itu akan hilang? Atau akan semakin mengganggu? Dis...