Prolog

4 1 0
                                    

"Tidak pernah sekalipun aku mau kembali ke masa kecil, sekalipun hari yang ku lalui sangat berat"
.
.
.
.

     Siang hari sekitar pukul 09.00 pagi, gadis kecil telat bangun sehingga menyebabkan ia telat masuk sekolah. Kala itu kelasnya mendapat bagian masuk siang, namun tetap saja ia kesiangan.

     Sambil mengenakan sepatu terburu-buru gadis kecil tersebut mendengar kata-kata murka dari sang Ayah. Ia tak tahu mengapa Ayahnya begitu murka seperti itu.

"Saya menyesal punya anak kaya dia, percuma saya membesarkannya" Urat-urat lehernya sampai menonjol, dan wajahnya memerah. Sangat tempramental.

     Renjana terbangun dari tidurnya dengan peluh yang membasahi pelipisnya dan jantung yang berdebar cepat tak karuan, sampai terasa ke bagian punggung. Melihat jarum jam menunjukkan pukul 05.30, ia langsung bergegas mandi dan bersiap-siap, tidak mau hari pertama kelas 8 di awali dengan hukuman karena telat.

     Semenjak sekolah dasar Renjana tak pernah sarapan pagi sebelum berangkat sekolah, kecuali pada saat pertama masuk sekolah dasar. Alasannya bukan karena takut sakit perut, memang tak ada acara sarapan pagi di keluarganya. Kalau ingin makan ya makan, kalau tidak ya tidak. Terserah kehendak masing-masing, jadi tidak ada yang namanya makan bersama.

"Jana cepet ntar kita telat, udah jam 6 nih. Keburu angkotnya pada penuh kaya waktu itu" Ucap Tiur dengan kepanikannya

"Oke oke, ayo berangkat"

●○●○●○●○

     Kelas terlihat ramai, Renjana berdiri di ambang pintu menganalisis tempat duduk mana yang harus ia singgahi selama satu tahun ini jika tidak di rolling oleh wali kelas.

     Tempat duduk ke empat barisan ke dua dari meja guru terlihat kosong, kebetulan di bagian belakang tempat tersebut terdapat temannya sewaktu sekolah dasar dengan teman sebangkunya tidak tahu siapa, Renjana tidak mengenalinya.

     Fyi saat menduduki bangku kelas 7 Renjana tak pernah sekalipun keluar kelas untuk merambah ke kelas lain pada jam istirahat seperti anak lainnya, ia lebih suka di dalam kelas bersama ke tiga teman-temannya.

     Renjana duduk sendiri, belum ada tanda-tanda siapapun itu duduk disampingnya menjadi teman sebangku. Bukan berarti Renjana tidak mengenali siapapun di kelasnya, sebetulnya ada beberapa teman sekelasnya saat kelas 7, tapi ia tidak terlalu dekat dengan mereka. Lagipula sebagian dari mereka pastinya ada yang sudah janjian untuk menjadi teman sebangku setelah pengumuman pembagian kelas keluar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 20, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Never EndingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang