Prolog

26 5 1
                                    

Pria yang sudah berpakaian rapi itu terlihat tersenyum merekah kearah istrinya. Ia berjongkok mensejajarkan dirinya dengan sang istri yang duduk di sebuah kursi roda.

"Aku pamit pergi, kau jaga milikku baik-baik disini." Pesan sang suami dengan suaranya yang lembut.

"Apa milikmu?" Tanya sang istri heran.

"Dirimu, lalu apa lagi? Yang aku miliki hanya kamu." Sang suami tersenyum penuh puja, ia membelai rambut istrinya yang indah itu.

"Aku tidak akan kenapa-kenapa, aku tidak akan bertingkah lagi. Kan sudah ada Mina yang akan membantuku." Ucap istrinya memastikan.

Si suami melirik kearah gadis bernama Mina yang berdiri di belakang istrinya. Mina membenarkan rambutnya kemudian tersenyum manis. Namun si suami tak memberi ekspresi langsung memalingkan kembali wajahnya pada istri cantiknya.

"Tetap saja harus hati-hati, kabari aku jika ada sesuatu." Sepertinya dia adalah suami yang sangat perhatian.

Sang istri mengangguk yakin, ia pasti memastikan dirinya akan baik-baik saja. Toh dia hanya berdiam diri di rumah tidak bisa kemana-mana.

Sebuah kecupan lembut mendarat di kening sang istri. Pria tampan yang sudah siap berangkat kerja itu melirik sekilas pada Mina yang beraut tidak suka. Kemudian mengabaikannya saja dan ia lekas berangkat.

Mina mendorong kursi roda majikannya dengan dongkol, dalam hatinya selalu berkata. 'Bagaimana pria sukses dan tampan seperti majikannya itu sangat mencintai wanita cacat?'.

Di dalam mobil sebelum memutuskan menginjak pedal gas dan keluar dari halaman rumahnya, pria itu terlihat menyalakan ponselnya terlebih dahulu. Menyalakan sebuah aplikasi yang terhubung dengan kamera yang bisa memantau istrinya yang berada di rumah. Tanpa ada yang tahu, ia mengamati semuanya diam-diam. Bahkan saat bekerja, ponselnya akan lebih banyak menampilkan kegiatan sang istri, atau akan menonton yang sudah terlewat untuk memastikan tidak ada apa-apa yang terjadi.

Sesampainya di rumah sakit, ia sudah dihadapkan dengan jadwal operasi. Ia terpaksa berpaling dulu dari ponselnya dan lekas melaksanakan tugasnya.

"Seperti biasa, kau memang memiliki tangan dewa. Operasi yang sulit saja terlihat begitu mudah bagimu." Puji salah satu dokter senior.

Pria itu hanya tersenyum, "aku memiliki bakat dari ayahku." Jawabnya selalu menghormati ayahnya yang dulu berprofesi sebagai profesor dan dokter bedah juga.

Ia menjatuhkan badannya pada kursi kerja di ruangan pribadinya. Ia kembali mengecek ponselnya dan memundurkan waktunya ke beberapa puluh menit sebelumnya, saat ia melaksanakan operasi itu.

"Bu, sup nya sudah matang. Perlu ku antarkan ke kamar?" Teriak Mina yang berada di depan pintu kamar yang tertutup milik majikannya itu.

"Ya bawa saja." Jawab wanita yang kini sedang duduk santai di atas kasurnya.

Mina membawa satu mangkok penuh dengan kuah sup. Bahkan ia sangat berhati-hati membawanya.

Melihat itu, kedua mata sang suami bergetar, ia memiliki firasat buruk tentang ini. Mengapa harus satu mangkuk sangat penuh? Tak lama ia mendengar suara istrinya menjerit ketika sup kuah panas itu tumpah di pangkuannya.

Rahangnya mengeras, kepalan tangannya begitu kuat bahkan bisa mematahkan pena yang sedang dipegangnya.

°°°

Jam kerja sudah habis, pria yang sedari tadi duduk di depan monitor itu langsung melepas jas dokternya dan menyambar jaket yang cukup tebal yang dibawanya tadi. Karena jika ia pulang tanpa baju tebal itu, istrinya akan mengomel semalaman karena suaminya tidak mau menjaga kesehatan. Istrinya khawatir jika suaminya terkena angin malam bisa saja membuat masuk angin bahkan flu. Padahal suaminya seorang dokter, tapi susah sekali diberi tahu.

Memacu mobil dalam kecepatan tinggi saat larut malam tak cukup berbahaya pikirnya, sampai ke rumah lebih cepat itu yang terpenting. Bahkan yang paginya ia bisa menempuh waktu 30 menit, kali ini 15 menit saja ia sudah bisa mengetuk pintu rumahnya.

Mina tersenyum membenarkan rambutnya yang terurai panjang dan indah, serta riasan wajah yang lebih mencolok dari biasa. Pandangan yang sama sekali berbanding terbalik dengan majikan wanitanya yang tak pernah sedikitpun memoleskan sesuatu di wajahnya.

"Ibu sudah tidur?" Tanya si majikan pria yang terlihat capek habis bekerja itu. Mina hendak ingin membawakan barang-barang nya saat majikannya itu melepas sepatu. Namun tas di tangannya langsung direbut dengan cepat. 

Pria yang terlihat tidak begitu memberi ekspresi baik itu melewati Mina dengan jarak cukup dekat. "Kau bahkan tidak sedikitpun lebih cantik dari istriku. Jangan berani menyakitinya." Bisiknya penuh penekanan.

Tubuh Mina seketika mematung, nafasnya terasa sesak dan tubuhnya bergetar. Pria itu berlalu menuju ke kamarnya begitu saja.

Mina memegang perutnya yang terasa sangat perih dan ia melihat darah yang merembes pada bajunya. Ia ingin berteriak, tetapi terlalu ketakutan untuk membuat kembali sebuah masalah. Mina memilih berlari dengan cepat masuk kedalam kamarnya dan mengunci diri.

Sang suami membersihkan diri dahulu sampai wangi sebelum akhirnya menghampiri istrinya yang sudah tertidur. Ia menarik tubuh mungil kekasih hatinya itu memeluknya dalam dekapan hangat. Sang istri yang menyadari suaminya sudah datang, hanya bisa membalas pelukan itu dengan erat tanpa bersuara karena terlalu mengantuk.

Sang suami mengecup pucuk kepala wanita yang sudah kembali lelap dalam pelukannya itu. "Jika saja aku tidak takut kau marah, aku sudah membunuhnya malam ini juga. Dia berani menyakitimu." Bisik sang suami pelan. Bahkan iya masih menggenggam erat pisau lipat yang sudah ia bersihkan.





Lanjut ingin membacanya? >>>

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 27, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Psycho HealingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang