4. Ketidakmampuan

208 20 0
                                    

Sora kalau liat gambar di pinterest tuh, hawanya pengen buat cerita, apalagi nemu beberapa gambar yang langsung alurnya ngalir. Tapi ya, gimana? Sora bingung, dan akhirnya mau panjangin ini dulu sebelum buat lagi. Biar fokus sama cerita pertama Sora.

Nah langsung saja, semoga yang baca sehat selalu😉.

***


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


_Happy Reading_

****

Wei WuXian mengamati seisi ruangan, sampai retinan jatuh pada sosok seorang pemuda. Kontak mata pun berlangsung, pemuda Wei menghela napas untuk kesekian kalinya. Dia kembali menengok sosok bocah di samping kirinya. Bocah yang baru menginjak umur tujuh tahunan dengan paras menawan, terdapat sedikit lemak bersarang dikedua pipinya.

Wajah angkuhnya berubah sendu,  jangan lupa mata anjingnya yang menyiratkan akan pembullyan terhadapnya. Iris jernihnya meredup setiap detik, kala pemuda Wei menyorot iris itu dengan pandangan menusuk. Wei WuXian masih mempertahankan sorot tajamnya memberi sebuah peringatan.

"Menurutmu, apa aku tidak bisa melakukannya. Aku ingatkan kembali, Killua pernah melanggar peraturan yang aku buat. Maka aku tak segan mengirimnya kembali ke Jepang. Lalu, mengapa aku tidak bisa melakukannya juga kepada kalian?"

"Kau harus tahu, konsekuensi yang kalian dapat dari melanggar. Jika kau berharap aku hanya mengancam, maka bersiaplah bocah---"

Telapak tangan berukuran kecil menempel pada bibir Wei WuXian, menghentikan segala ucapan yang siap telontar. Dia menurunkan pandangan, nampak wajah pucat terbingkai di sana. Netra yang menyamai dirinya terlihat redup, raut datarnya berganti kesemuan. Ekspresinya menunjukkan ketidak nyamanan pada tubuh kecilnya, bibir mungilnya berubah warna, nafasnya tidak beraturan dan mata yang kini terbuka lalu tertutup siap dijemput oleh ketidak sadaran.

"Mom, ... bisa kita pergi ... dari sini?" pinta bocah yang berada di pangkuan Wei WuXian, suaranya terdengar lirih menandakan pemilik tubuh telah kehabisan tenaga. Pemuda Wei tahu anak kembarnya mencoba bertahan, mereka kuat. Tapi masalahnya, putra keduanya itu baru sembuh dan masih rawan untuk kembali sakit. Mendapati tubuh panas menjadi titik untuknya bertindak.

"Boleh aku keluar, Sensei?" Meminta izin untuk undur diri, pemuda Wei tidak bisa duduk dengan tenang. Jika anak dipangkunya belum merebahkan tubuhnya. "Hanya mengantar, aku pastikan kembali secepatnya," ucapnya lagi.


"Apa Er ge sakit lagi, Mom?" Dia menyentuh tangan sang kembaran yang telah turun. Dapat dia rasakan suhu panas menjalar mengenai kulitnya.

Taste Dispute [WangXian]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang