Sudah hampir dua mingguan Mawar bekerja di Max Company, banyak informasi dan data informasi yang sudah ia kumpulkan selama dua minggu ini.
Hari ini ia akan menghadiri meeting penting bersama Maikel di sebuah perusahaan ternama.
Mawar dan Maikel baru saja turun dari mobil yang mereka tumpangi. Dengan menenteng beberapa berkas penting dan laptop ditangannya Mawar berjalan di belakang sang atasan.
Saat mereka sudah berada di lobi perusahaan Maikel baru ingat jika ada berkas yang tertinggal di dalam mobilnya.
"Ada satu berkas yang ketinggalan kamu duluan saja".
Mawar berjalan menuju tempat diadakannya meeting, saat hendak naik lift ia melihat seseorang dan tersenyum smirk.
"Tunggu kehancuran Lo sialan" gumam Mawar.
Meeting hari ini berjalan lancar, kini Mawar dan Maikel sudah kembali ke Max Company. Sebenarnya niat Maikel tadi setelah selesai meeting ia ingin mengajak Mawar makan siang di luar, tapi karena waktu makan siang yang masih lumayan lama ia mengurungkan niatnya.
Tok tok tok
Setelah mendengar sautan dari dalam Mawar masuk sambil menenteng setumpuk map yang berisi berkas penting.
"Pak ini berkas yang harus anda periksa, dan ini berkas yang harus anda tanda tangani, semuanya untuk kebutuhan meeting sore ini" setelah meletakkan map itu di atas meja Mawar izin untuk kembali ke ruangannya. Sebelum Mawar benar-benar pergi Maikel memanggilnya.
"Tunggu" Maikel melepas kacamata yang sedari tadi tersemat di matanya, "duduk" titahnya. Mawar menarik kursi di depannya dan segera duduk.
Maikel memutar laptopnya menghadap ke arah Mawar, di situ menampilkan beberapa laporan masuk dari email yang harus Maikel cek.
Pandangan Mawar yang awal fokus pada laptop kini beralih menatap Maikel. "Periksa laporan yang masuk dari email saya, selagi saya mengecek laporan ini".
Awal nya Mawar biasa saja sampai ia menemukan kejanggalan pada satu laporan, bibirnya tertarik ke atas "penghianat" gumam Mawar memperhatikan laporan yang terkirim dari salah satu email.
Maikel yang terlalu fokus tidak menyadari gumaman Mawar. Hingga handphone Maikel berbunyi.
"Urus semua nya, jangan biarkan bebas begitu saja" tanpa berlama lama ia mematikan sepihak sambungan telpon itu.
Mawar jelas tau apa yang di bicarakan Maikel. Ia tidak sabar menunggu kehancuran salah seorang yang masuk dalam black list nya itu, tanpa harus ia yang turun tangan sendiri.
"Pak saya sudah selesai mengecek seluruh laporan yang masuk pada email Bapak, seperti nya ada satu kejanggalan dari salah satu laporan yang saya periksa" Mawar kembali menyodorkan laptop itu ke hadapan Maikel.
"Saya akan urus masalah itu, kamu silakan kembali ke ruangan" Mawar kembali ke ruangannya.
Ia meraih tas Dior yang ada di atas meja kerjanya, kemudian pergi menggunakan lift. Saat di lift ia berpapasan dengan dengan seorang pria tua yang masuk, dengan kacamata yang selalu bertengger di hidungnya tak lupa kepala yang sedikit pelontos menambah kesan wibawa di mata orang, terkecuali Mawar.
Pria itu melirik Mawar sekilas dan kembali fokus ke depan. Mawar hanya menanggapi dengan membungkuk singkat. Lift membawa keduanya ke lantai dasar, Mawar segera pergi ke arah restoran mewah miliknya, untuk mengambil mobil.
Ia akan pergi ke markas untuk menuntaskan hasratnya yang tiba-tiba muncul saat melihat pria tua itu.
"Siapkan sekarang!" Ucapnya pada sambungan telpon.
Saat ini Mawar sudah berada di ruangan Eksekusi yang berada di markas. Ia menatap penuh hasrat seorang gadis ah ralat lebih tepatnya wanita yang masih mengenakan dress merah yang memperhatikan lekuk tubuhnya. Terdengar teriakan minta tolong dari wanita itu.
PLAKK
"Raquel Natasya, apa kabar Bitch!" Mawar menampar pipi wanita itu.
Raquel menggeram marah saat sebuah tangan menamparnya, matanya di tutup menggunakan sebuah kain. "Lo siapa, berani-beraninya nyentuh pipi gue bangsat!".
Mawar murka mendengar umpatan wanita jalang di depannya ini, ia kembali menampar pipi wanita itu, tak hanya sekali namun berulang kali hingga di akhiri dengan tinjuan yang membuat hidungnya berdarah dan sudut bibir yang robek.
"Mulut busuk Lo itu gak pantes mengumpat gue!".
"Lo yang jalang! Lepasin gue atau gak Lo akan tau akibatnya" sungguh Mawar mengapresiasi keberanian wanita didepannya ini, padahal ia sudah berada di sarang lawan tapi masih saja mengancam hal yang mungkin omong kosong baginya.
"Gue jamin, setelah penutup mata Lo di buka, apakah Lo masih punya keberanian buat ngomong kayak gitu" Mawar tersenyum smirk, ia memberi kode kepada anggotanya untuk membuka penutup mata Raquel.
Saat penutup matanya di buka, Raquel sangat amat terkejut melihat siapa orang yang berani menyentuhnya. Ia sangat amat tau siapa itu Mawar. Dengan tubuh yang bergetar kaku ia tidak berani menatap mata Mawar.
"Pengkhianat kayak Lo gak pantes buat hidup!" Ucap dingin Mawar. Raquel memberanikan diri menatap mata Mawar, ia menatap Mawar memohon.
"Hukum gue sepuas Lo tapi gue mohon jangan sakiti dia" Raquel sangat amat takut jika jika Mawar menyentuh orang yang ia sayang, cukup dirinya yang menerima hukuman ini.
"Lo udah pernah janji sama gue, dan gue mau menagih janji itu" badan Raquel semakin menegang mendengar ucapan Mawar. Ini salahnya karena telah berkhianat.
Harusnya dari awal ia tidak boleh berhubungan dengan seorang Mawar Azzalea Aghata. Karena dia tau gadis itu sangat amat kejam, apalagi dengan seorang pengkhianat seperti dirinya. Tidak ada kata ampun untuk seorang pengkhianat di hidup Mawar.
Tbc.
*****
Nextt?Sesuai keputusan author cerita ini bakal aku lanjutin. Buat yang pernah baca dan penasaran sama alur cerita ini yuk merapat.
Jangan lupa buat bantu promosiin cerita ini juga ya, Vote dan komennya jangan lupa ya.
See you next chapter dear💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Of Girl
General Fictionkesengsaraan yang selama ini ia dapat harus di bayar dengan beribu-ribu luka dan rasa sakit yang harus mereka rasakan juga. ~Mawar Azzalea Aghata~ ⚠️Warning ⚠️Banyak menggunakan kata-kata kasar (TIDAK UNTUK di TIRU) ⚠️Banyak adegan kekerasan ⚠️Me...