[Happy Reading]
*****
Hari ini Mawar datang sedikit terlambat karena ia berangkat dari markas yang letaknya cukup jauh dari kantor. Setelah memberikan hukuman ke Raquel ia tidak langsung di izinkan pulang oleh Narendra dan Samuel. Mereka menyuruh Mawar untuk menginap karna sudah sangat jarang Mawar berkunjung ke sana.
Untuk masalah Raquel ia yang akan turun tangan sendiri, ia akan memanfaatkan Raquel untuk hal itu. Pintu lift terbuka ia sedikit melihat ke arah ruangan Maikel. Sepertinya atasannya itu sudah datang.
Saat baru mendudukan dirinya di kursi kerja telpon di atas mejanya berbunyi. Ia segera mengangkatnya.
"Keruangan Saya sekarang!" .
Belum sempat Mawar menjawab telpon itu sudah di matikan sepihak, Mawar jelas tau suara siapa itu. Tak mau membuang-buang waktu Mawar segera menuju ruangan Maikel. Tak lupa ia membawa satu map yang mungkin harus di cek dan tanda tangani Maikel.
Tok tok tok
"Masuk" Mawar membuka pintu besar itu, matanya langsung tertuju ke Maikel yang tengah fokus dengan laptop ia terlihat tampan dengan setelan kemeja dan jas hitam senada dengan kacamatanya, meskipun wajah nya hari ini nampak sedikit pucat tak menghilangkan kadar ketampanan pria itu.
"Ekhem" atensi Maikel tertuju pada gadis di depannya sebelum kembali lagi fokus pada laptop, "Ada yang bisa saya bantu Pak?".
"Duduk!"
Mawar menarik kursi yang berada di depan meja Maikel, ternyata setelah Mawar teliti lagi wajah pria di depannya ini benar-benar pucat, sepertinya ia tengah sakit.
"Bapak gak enak badan? W-wajah Bapak pucat".
"Hmm" Maikel hanya menanggapi dengan gumaman.
Sudah hampir setengah jam tapi Maikel tak kunjung menyampaikan maksud ia memanggil dirinya ke sini.
Mawar kesal setengah mampus, pekerjaannya masih lumayan banyak, tapi ia harus tertahan di ruangan bos super dinginnya ini.
"Pak kalo gak ada kepentingan yang bisa saya bantu, saya permisi balik ke rungan, pekerjaan saya masih lumayan banyak" Mawar hendak berdiri tetapi urung saat Maikel membalikkan laptopnya.
"Selesaikan pekerjaan kamu di sini, pakek laptop saya, kalo ada yang kamu gak paham bisa langsung tanya sama saya".
"Tapi Pak" Maikel mengambil alih map yang sebelumnya di bawa Mawar. Ia membaca laporan itu dengan teliti sesekali memegangi kepalanya sambil meringis. Mawar masih memiliki sisi kemanusiaan ia sedikit kasihan dengan atasannya ini.
"Bapak gak kenapa-napa? Muka bapak pucet, saran saya lebih baik Bapak istirahat biar saya ngerjain ini di ruangan saya aja" Maikel menggeleng.
"Kerjain di sini, Saya gak kenapa-napa" Mawar berdecih dengan kelakuan keras kepala atasannya.
"Pak Saya permisi kebawah dulu ya, ada sesuatu yang harus saya ambil" Maikel memgangguk.
"Jangan lama!".
Setelah sepuluh menitan Mawar kembali dengan secangkir teh hangat dan coklat panas yang ia buat sendiri di dapur kantor, tak lupa juga ia membawa beberapa butir obat yang ia beli di apotik dekat kantor.
"Mungkin ini bisa sedikit membantu Pak, silakan di minum" Mawar meletakkan secangkir teh dan obat tadi di atas meja kerja Maikel.
Tanpa Mawar sadari perhatian kecilnya itu membuat Maikel tersenyum. Sangat jarang baginya untuk tersenyum, bahkan ia lupa kapan terakhir kali ia tersenyum.
Mereka telah menghabiskan waktu beberapa jam untuk menyelesaikan pekerjaan masing-masing. Mawar yang memang lebih fokus dengan laptop di hadapannya dan Maikel yang sesekali curi pandang ke wajah cantik Mawar.
Mawar melirik jam tangannya yang sudah menunjukan waktu makan siang, "Pak ini udah mau masuk jam makan siang, say-".
"Saya udah pesen makanan buat kita, jadi kamu bisa selesain pekerjaan kamu selagi menunggu makanan yang saya pesan datang" Mawar mengangguk.
Padahal niatnya hari ini ingin mencoba menu makanan di resto yang baru buka tak jauh dari apartemen nya. Tapi tak apa lah ia bisa mencobanya lain kali.
Tok tok tok
Satpam masuk dengan menenteng beberapa bungkus makanan, ia meletakkan makanan itu di atas meja sofa yang tak jauh dari meja kerja.
Setelah satpam itu pergi, Maikel mengajak Mawar untuk duduk di sofa, Maikel sendiri mengambil beberapa alat makan untuk mereka berdua.
Setelah selesai menata semua di atas meja Maikel dan Mawar lanjut makan.
"Apa ini gak kebanyakan Pak?".
"Saya gak tau kamu suka makan apa, makanya saya pesen semua" Mawar tak habis fikir, kenapa ia gak langsung nanya aja, dari pada buang-buang makanan begini.
Seharian ini Mawar menghabiskan waktunya di ruangan Maikel hingga jam pulang kantor tiba.
Keadaan Maikel pun sudah lebih baik dari pagi tadi, berkat obat yang di bawakan Mawar.
"Pulang sama Saya" Mawar yang sedang membereskan beberapa berkas menoleh.
"Gak usah Pak, saya udah biasa pulang sendiri" tolak Mawar sopan.
"Biar saya yang anter kamu".
Tanpa menunggu persetujuan Mawar, Maikel melangkah lebih dulu ke arah lift. Mawar mendengus kesal dengan kelakuan seenaknya atasannya ini.
Tbc.
*****
Nextt??Minal aidzin wal Faidzin ya teman-teman, lebaran gini enaknya kumpul di rumah keluarga sambil baca cerita 'Dark of Girl'.
Jangan lupa tinggalin jejak kalian dengan Vote, komen dan share cerita ini ke temen-temen kalian.
See u next chapter all💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Of Girl
General Fictionkesengsaraan yang selama ini ia dapat harus di bayar dengan beribu-ribu luka dan rasa sakit yang harus mereka rasakan juga. ~Mawar Azzalea Aghata~ ⚠️Warning ⚠️Banyak menggunakan kata-kata kasar (TIDAK UNTUK di TIRU) ⚠️Banyak adegan kekerasan ⚠️Me...