Aku mengambil langkah besar, dengan cepat ingin menuju tempat yang berhasil membuat pikiranku resah seharian penuh. Menurut yang didengar Naomi, sebuah klub yang kumasuki akan benar-benar ditutup karena tidak memenuhi persyaratan.
Klub bunuh diri.
Klub kontroversial yang dibina langsung oleh Dazai-sensei. Penuh kesesatan memang, namun klub itu telah mewarnai masa remajaku sebelum dua tahun lagi aku menuju kepala dua. Tanpa mengetuk, aku membuka pintu bertuliskan ruangan OSIS. Emosiku menyatu memenuhi ubun-ubun.
Semua pasang mata menuju kearahku, menatap penuh tanda tanya hingga tatapan risih ketidaksukaan. Aku tidak menggubris, nemilih menatap sosok berada segaris denganku, dia duduk diseberang sana dengan tatapan dingin melayang padaku.
"Aku perlu bicara." Ujarku tegas.
"Ah, apakah itu artinya menurunnya harga sekilo terong di pasar?
Siapa yang peduli dengan harga terong satu kilo?! Aku menghela nafas sejenak, kembali menatap wajah pemuda bersurai pirang dengan senyum memikat itu. Sebut saja T-san, entah siapa nama asli Kaichou.
"Aku menolak penutupan klub bunuh diri!" Jeritku menggema diseluruh ruangan.
Hening.
Segelintir tawa kemudian terdengar memenuhi telingaku. Apa yang lucu? Aku menarik sudut alis, merasa sedikit geram melihat pemandangan tidak menyenangkan didepanku.
"Klub aneh apa itu?"
"Aku bahkan tidak pernah mendengar klub dengan nama konyol seperti itu."
"Kalau kau ingin mati, mati saja."
"Gadis bodoh, kau benar-benar ingin bunuh diri ganda dengan Dazai-sensei?"
"Bucin boleh, goblok jangan."
"Aku harus melakukan penutupan." Tanggap Kaichou merespon dengan nada dingin.
Aku berusaha menahan emosi yang hampir meledak, rasanya aku benar-benar direndahkan hanya karena berbicara lantang menolak penutupan klub. Lagi pula, apakah ada yang salah jika aku ingin melindungi apa yang kusayangi?
Sampai akhir hayatku, mungkin aku masih mengingat kata-kata menyakitkan yang anggota OSIS lontarkan padaku.
"Mengapa?" Protesku.
Kulihat Kaichou memasang wajah ogah-ogahan, dia menopang wajah dengan kedua tangan, memandang kearahku lekat-lekat.
"Klub itu tidak memiliki anggota selain Naka.. Naka.. Naka—bara? Ah, aku lupa."
Oalah ngajak gelud. Kalau Chuuya-nii ada disini, ia pasti sudah menendang kepala manusia pirang menyebalkan dihadapanku sekarang, bisa-bisanya dia menyebut nama terhormat keluarga Nakahara dengan kesalahan seperti itu.
"Nakahara. Itu aku, Nakahara [Name]!" Jelasku menegaskan.
Kaichou hanya tersenyum dengan lekuk bibir wajah malaikatnya. Orang ini, aku sangat yakin hatinya sebelas dua belas seperti iblis yang sedang rebahan santuy sambil ngupil di neraka.
"Siapa?" Dia merespons terlihat serius dengan tatapan menajam seperti ingin mengetahui lebih jauh.
"Nakahara. Nakahara [Name]." Jawabku.
"Yang nanya."
Sebuah sahutan dua kata yang membuatku gondok seketika. Jika aku punya pintu kemana saja, aku akan mengambil panci gosong di gudang rumah akibat dulu Chuuya-nii hampir membakar seluruh rumah karena baru pertama kali memasak, kemudian menggosokkan pada wajah putih mulus Kaichou hingga mukanya akan persis dengan karakternya sama-sama gosong, maksudnya hitam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suicidal Lessons ; Dazai Osamu x Reader [On Going]
FanfictionSiapa tidak kenal dengan nama Dazai Osamu? Mbak-mbak penjaga warteg didepan sekolah saja mengenal pria dengan netra coklat itu, karena Dazai- maksudku Dazai-sensei, menjadi nama teratas di buku hutang miliknya. Dikalangan guru, guru honorer bernama...