[ 09 ; Fireworks ]

11 2 0
                                    


"Itu ilusi yang sangat nyata!"

Aku menganga tidak percaya.

"Benar, stresku luar biasa sampai halusinasi."

Pria bersurai cokelat kegelapan dihadapanku terkekeh dengan posisi tangan menutupi mulutnya, bisa kulihat dalam sejenak badannya bergetar karena tertawa sebelum beralih melihatku dengan wajah menenangkan miliknya.

Lihatlah, halusinasiku melihat Dazai-sensei, maksudku, Dazai-san semakin menjadi-jadi.

Itu terdengar aneh saat aku memanggilnya dengan sebutan -san.

"Kau tidak berhalusinasi, bodoh."

Mataku melebar sesaat mendengar kata yang tak pernah terlontar dari Dazai-san padaku. Aku terdiam mendengar sebuah kata yang biasanya diucapkan secara kasar oleh Chuuya-nii bisa menjadi sangat lembut bahkan nadanya turun satu oktaf.

Baka.

"Aku beneran gak halusinasi?" Kataku memastikan dengan wajah terkejut.

"Nggak, lah." Dazai-san menepisnya semakin membuatku terlonjak kaget.

"Mengapa kau ada disini?"

Aku mengucek mata beberapa kali serta mengerjap untuk benar-benar memastikan apa yang kulihat benar-benar nyata, aku membeku sejenak masih tidak mempercayai apa yang terjadi detik ini.

"Aku menunggumu." Sahut Dazai-san dengan senyum merekah.

Aku bergeming bahkan tidak bergerak satu sentimeter pun. Bak mimpi, bagaimana keajaiban ini bisa terjadi? Setengah dari diriku masih tertinggal dalam keyakinan bahwa ini adalah mimpi.

Dazai-san yang bahkan berbicara denganku di waktu tertentu saja ada disini menungguku?

Apakah aku terlalu hanyut dalam harapan untuk bisa di notice olehnya?

"Ikutlah denganku." Lanjutnya dibawah langit sore yang ingin berganti menjadi malam.

"Ikut? Kemana?"

"Membelikan Ranpo-san cemilan."

Dalam sedetik tubuhku tertegun, apa? Apa yang dia bicarakan? Apa Dazai-san memperhatikanku beberapa saat lalu? Atau dia memang tahu segalanya?

Seketika kapasitas otakku ingin meledak dengan berbagai pertanyaan yang melintas, bahkan kepalaku merasakan pusing tidak mengerti apa yang terjadi. Semua kebingungan sejak tadi hingga sekarang membuatku tambah uring-uringan.

Apa yang terjadi?

Semakin kupikirkan, aku semakin jauh dari yang namanya sebuah jawaban.

"Mengapa?" Ujarku memberikan satu pertanyaan dari hasil kesimpulan semua kebingunganku sekarang.

Dazai-san menghela nafas pendek.

"Kau ingin tahu?" Responnya dengan sudut bibir terangkat.

Mataku melebar, memberikan tatapan telik kearah pria yang sedang memasukkan kedua tangannya ke jas mantel yang ia kenakan, angin menerjang tempat kami berpijak hingga mendesir helaian rambut berwarna cokelat kegelapan itu.

Mataku dalam sekejap semakin terbuka dan berbinar, memandang wajah menawan dengan rambut dan jasnya yang terbang mengikuti volume angin dalam waktu singkat.

Rasanya, familiar.

"Tentu saja!" Seruku merespon perkataan Dazai-san.

"Syaratnya ikut denganku."

Aku seperti terhipnotis, dalam keadaan tidak sadar aku mengikuti punggung pria tersebut sambil menatapnya dengan penuh kekaguman.

Jika ini hari terakhir aku bertemu dengan Dazai-san, haruskah aku melakukan rencana yang sudah ku rencanakan selama ini? Aku meremas rok ragu-ragu.

Suicidal Lessons ; Dazai Osamu x Reader [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang