Marco menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi dengan kepala mendongak. Layar laptop menyala menghadapnya. Ruang dosen telah sepi, hanya beberapa dosen yang sedang membuat kopi di pantry dengan meninggalkan tasnya di ruang dosen. Perlahan tangan kanannya memijit tulang hidung di antara matanya. Ia mendesah lelah hingga ia mendengar hpnya berdenting.
Ace: Marco, aku akan pulang terlambat hari ini, jadi kamu enggak usah bikin makan malam ya.
Marco: Oke, kamu ke mana?
Ace: Aku akan pergi minum-minum dengan Sabo
Marco: Sabo?
Ace: Iya, kamu tau? Anak jurusan geografi. kamu juga anak geografi, kan?
"Shit," Marco bergumam. "Siapa lagi Sabo?"
Marco: Sepertinya aku bed
"Sabo anak S1 Geografi kelas C yang sedang penelitian di Dressrosa itu maksudnya?" jari Marco berhenti mengetik.
Marco: Sepertinya aku beda kelas dengannya. Apa dia yang pergi penelitian ke Dressrosa?
Ace: Ya, ya, benar. Dia kemarin baru kembali dari penelitian, melakukan laporan resmi ke kampus, jadi dia akan ada waktu seminggu sejak dia datang. Lusa dia akan kembali melakukan penelitian lagi ke Dressrosa.
"Ah, jadi bocah rambut kuning itu Sabo?"
Marco: Kamu akan minum-minum di mana?
Ace: Oh, aku dan Sabo akan minum-minum di kedai
Marco: Oke, selamat bersenang-senang, Ace
Ace: Sampai jumpa nanti malam, Marco
Marco menghela napas. Ia menyenderkan kepalanya di atas sandaran kursi dan mengusak rambutnya. "Jadi, sainganku anak S1 yang aku ajar? Ck, menyusahkan saja." Marco sekali lagi membuka kolom chat.
Marco: Nanti aku jemput ya.
"Terserahlah dibilang kekanakan," Marco menekan tombol kirim. "Aku bukan orang dewasa yang bijaksana."
Ace: Mau jemput aku? Okee, jam 11 nanti aku tunggu ya.
"Hhh, dia asik minum-minum dengan si Sabo, aku sibuk membuat soal ujian Sabo. Hidup ini memang tidak adil."
***
Jam 10 lewat, Marco beranjak dari ruang dosen. Ia segera ke parkiran mobil dan menuju mobilnya. Sambil memerhatikan jam tangannya ia memasang sabuk pengaman. "Ke kedai cuman perlu waktu 20 menit. Apa responnya ya, jika menjemputnya terlalu cepat?" Marco menyalakan mesin mobil dan menjalankannya.
Setibanya ia di kedai yang dimaksud Ace, ia segera memarkirkan mobil dan masuk ke dalam. Matanya menelusuri kedai dan menemukan Ace setengah teler dan Sabo berusaha menyadarkan Ace.
"Ace, dasar bodoh. Ayo bangun," ujar Sabo sembari mengguncangkan Ace.
"Diam, aku tidak tidur," Ace mengangkat satu gelas sake. "Aku masih sadar."
"Kamu setengah mabuk, Bodoh."
"Mabuk dari mananya?" Ace mendengus. "Aku bahkan masih mendengar suaramu jelas."
"Jangan mengada-ada. Terakhir minum juga kamu bilang gitu, besoknya hangover."
"Aku sudah lebih kuat, tau?"
Sabo balas mendengus. "Kamu menghayal--"
"Ace," Marco menginterupsi dengan sengaja.
Sabo segera mendongak dan menatap Marco dengan pandangan terkejut. "Marco-sensei?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Me and You in Our Apartment
FanfictionAce dapat merasakan kepalanya pening. Ia pikir, ia telah cukup memahami Marco selama tiga bulan tinggal bersama. Kenyataannya? Ia harus menenggak ludah beserta perasaannya.