Butuh kaca??

1 0 0
                                    


"Aku bakal nikahin kamu."

Seperti itulah ucapan dia—Hanida, mantanku. Manisnya melebihi madu, tetapi ternyata bukan madu, melainkan racun tikus.

Bodoh memang, aku sudah mempercayai sosok seperti dia. Sial, karena sudah bersabar dan memegang janji dia.

Dia awalnya baik, tetapi lama-lama berbeda. Saat awal aku berpikir memiliki kesalahan, ternyata memang salah terlalu berpikir posisi.

Aku tahu dia brengsek, tetapi aku yakin dia akan berubah seiring berjalannya waktu. Namun, mungkin Tuhan tidak tega padaku, hingga memberitahu kebusukan dia lebih dalam.

Bayangkan saja, kesetianku dibalas perselingkuhan; kejujuranku malah dibalas kebohongan; kepercayaanku dibalas penghianatan.

Coba Anda bayangkan hati wanita mana yang gak hancur, saat laki-laki yang dicintai main api dengan mantannya? Anda bisa jawab?

Aku merasakan sakit bahkan sesak, seolah diri terjepit diantara bebatuan terjal. Darahku mungkin sudah mengucur, bahkan hati mungkin sudah lebur.

Yang aku heran, dia bisa santai seolah tak melakukan kesalahan, sedangkan aku harus menelan pil pahit yang menyakitkan.

Pernah sekali, Gio berkata, "Itu semua salah lo. Kalo lo cantik, gua gak akan balikan sama mantan. Lu tahu, gua selingkuh karna lu yang gak becus urus diri."

Saat itu aku menjawab, "Gua? Lu mau gua cantik? Modalin, jangan bacot doang yang gede, dan apa lu pikir lu ganteng?"

Pada saat itu dia terus menyalahkan, bahkan memaki-maki. Namun, aku hanya diam malas meladeni.

Hubungan kami, bertahan tidak lama, karena aku sudah mengumpulkan bukti; perselingkuhan.

Akan tetapi, setelah lepas pun dia malah mengejar, seolah kembali menginginkanku. Namun, dia malah berkata,

"Lu sekarang cantik, gak kayak dulu. Balikan mau gak?"

Aku pun menjawab, "Gak bisa."

Dan dia sifat aslinya kembali keluar, "Heleh, baru dipuji cantik aja dah sombong. Lagian gua juga bisa dapetin cewek lebih cantik dari lo."

Aku langsung berkata dengan tegas, dan lantang, "Mau ngaca gak, biar tahu lu kalau suka karena wajah bisa luntur. Dari sifat, bisa berubah. Dari harta, bisa habis. Sadar, ya," harap dia berubah.

Ok, sudah cukup kuceritakan kisah pada Anda. Dan sekarang aku akan pergi menemui suamiku. Selamat tinggal.

Cerpen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang