Sehari setelah kematian ibu.
"Baru beberapa hari yang lalu aku duduk disini bersama ibu, tapi kini ibu sudah tiada."
Pasha menatap Elle dengan sendu.
"Maafkan aku, Elle. Seharusnya waktu itu tidak ku tinggalkan kalian berdua saja. Jika aku datang sedikit lebih cepat, nyawa ibumu mungkin bisa terlolong bukan?"
Elle merasa tidak enak karena Pasha berpikiran seperti itu. Elle dengan lapang dada mendekat dan bersandar di bahu kokoh milik Pasha.
Kemudian, memainkan punggung tangan Pasha dengan lembut.
"Aku tidak pernah menyalahkanmu, jangan pernah berkata seperti itu lagi--
Yang paling aku sesali adalah, kenapa aku tidak bisa memahaminya sejak awal."
"Memahami apa, sayang?"
"Sejak kecil ibu selalu memanjakanku, bahkan juga tidak pernah memarahiku. Ternyata itu semua ia lakukan karena ia tahu hidupnya tidak akan lama--
Andai saja aku menyadarinya lebih awal."
"Itu juga bukan kesalahanmu, Elle. Semua sudah kehendak tuhan"
"Pasha?"
"Iya sayang?"
"Berjanjilah kamu tidak akan pergi secepat ibu. Aku tahu semua orang pasti akan mengalami yang namanya kematian, tapi kamu tidak boleh pergi mendahului aku."
"Perjanjian macam apa ini? Mana mungkin aku meninggalkanmu sendirian di dunia ini
Meski begitu, aku hanya bisa tersenyum"
"Baiklah, Elle ku sayang. Aku berjanji."
CIP CIT CIP CIP CIT---
[suara burung]"Elle, bangunlah!"
SRAK SRAK
nenek membuka kain jendela.Perlahan lahan Elle membuka matanya. Meskipun kepalanya terasa berat ia tetap harus bangun dan tidak boleh terlambat.
"Hari ini kamu berangkat naik bus saja ya? Ayahmu sedang tidak enak badan, jadi tidak bis--"
"AYAH!!"
Elle bergegas kekamar ayahnya, memastikan bahwa satu satunya orang tua yang ia miliki itu masih, bernafas.
"Apa ayah benar baik baik saja?"
"Iya ayah tidak apa apa, hanya pilek"
"Ah ayah, kan sudah aku ingatkan berulang ulang jangan minum minuman dingin. Sudah tahu hidung ayah sensitif."
"Habis bagaimana? Enak~"
"Ah ayah ini melawan saja."
"Elle, sayang?"
"Ah! Panggilan ituu---
Elle menoleh ke belakang.
"Nenek jangan panggil Elle begitu dong!"
Nenek terkejut.
"Memangnya kenapa?"
"Huft~"
Karena, biasanya pasha yang memanggilku dengan sebutan itu".
Setelah berhari hari Elle memutuskan untuk libur, semenjak pristiwa buruk itu benar benar telah menampar keras jiwanya
Kini ia memutuskan untuk membabat masa lalunya untuk menciptakan jalan untuk terus hidup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gimme A Way.
RomanceElle pikir, semua akan baik baik saja jika ia tak menghiraukan lukanya dan terus melangkah maju. Namun, Seperti kata orang. Sekuat apapun dirimu, jika tanpa ibu, hal hal kecil sekalipun akan terasa berat. Tidak peduli se lelah apa Elle menciptakan j...