Argam:2

357 25 4
                                    


Kakak itu mirip Agam,tapi sisinya lebih tegas,



Kilatan petir yang membuat Agam merasa takut,dia ada di halte bus menunggu untuk segera pulang,jika kalian menanyakan Argam dia sudah pulang dari tadi di jemput sopir pribadi keluarga Wildam

"Nanti kalo pulang Agam di marahi gak ya?" celetuknya sembari menatap ke arah hujan,rintikan yang menenangkan membuatnya betah berdiam diri di dalam halte, tapi sayang fisiknya tidak mendukungnya,Agam memiliki imun yang lemah di bandingkan Argam hal sekecil apapun akan membuatnya jatuh sakit apalagi dia memiliki asma sedari kecil membuat keadaan semakin parah ketika sakit

"Ngapain?ayok bareng aku" teriakan zaka membuat agam tersentak kaget, anak dengan senyum manis dan watak yang ceria itu melambaikan tangan ke arahnya,siapapun akan suka jika berteman dengan azka, sebenarnya dia juga suka tapi,entahlah...

"Ngapain Agam?ayok bareng aku kita naik mobil,mobil aku ada di seberang jalan" dia menarik tangan Agam Sembari memegang payung

"Gak.agam gak mau ngerepotin kamu,kamu duluan aja"mata mereka saling bertemu kadang azka bingung kenapa Agam selalu menolaknya padahal dia mau dekat dengan Agam dan tidak memiliki niat apa-apa

"Kenapa kamu selalu ngehindar dari aku?emang aku kenapa?"tangannya di lepas paksa oleh agam" kamu gak kenapa-napa aku gak mau ngerepotin kamu,udah sana duluan udah di tungguin" Agam menunjuk mobil yang telah terparkir di sisi depan halte "iya kamu bareng aku aja"

"Kalo kamu maksa Aku malah ngejauh dari kamu',sana kamu pulang" Agam langsung berlari setelah mengatakan itu membuat azka tercengang kenapa dengan dirinya sampai Agam begitu menghindarinya apakah karena dia nakal atau dia begitu berisik

🥀

Setelah cukup lama berlari dia berhenti di bawah pohon rindang,dengan bodohnya dia berlari begitu jauh padahal asmanya bisa kapan saja menuntunnya menuju rumah sakit,"aahhh sa-kit bun-da..," rintihannya sembari berdiam diri di bawah pohon,walau berteriak puluhan kali tidak akan ada yang mencarinya mereka tidak peduli padanya, menanyakan keberadaan ya saja tidak pernah sekalipun agam dengar dari bibir mereka,

Inhaler telah lepas dari genggaman menandakan sang pemilik telah selesai menggunakannya,"aku gimana pulangnya?uang aku juga habis kalau jalan kaki bisa sampai jam 7 malam...nanti pasti di marahin"Agam menghela nafas dan berusaha susah payah untuk kembali berjalan menuju rumah keluarga Wildam,hari ini terlalu sial karena uangnya habis di palak oleh kakak kelas yang memang pesuruh dari Argam,entah kengapa Argam yang notabennya sebagai saudara kandungnya teramat tidak menyukainya,bisa di bilang dia sangat membencinya, seperti tidak ada ikatan antara saudara kandung dalam dirinya dan Argam

"Nak,kok hujan-hujanan sini neduh dulu sama ibu,"teriakan dari seberang jalan membuat lamunan Agam terbuyarkan

"Gak usah Bu udah agak mendingan hujannya" Agam tersenyum kecil sembari membungkuk pelan meninggalkan ibu-ibu di bawah pohon rindang,

Pikirnya sekarang bukan pada tubuhnya yang semakin menggigil tapi pada ancaman dan tuduhan di dalam rumah nanti ketika di sampai,kakak kandungnya akan mengatakan hal-hal yang sama sekali tidak dia lakukan,entah dari mana setiap bukti yang Argam tunjukan selalu terarah padanya dari pakaian,atau dari hal sekecil apapun yang memang itu miliknya,Agam tidak bisa mengelak nya karena bukti yang Argam berikan begitu jelas terarah padanya

"Mas Agam baru pulang"

"Hmmm..iya pak Agam masuk keburu makin dingin" seutas senyum palsu Agam berikan setelah pintu gerbang di buka berjalan cepat masuk kedalam pintu utama,sorot mata tajam langsung terarah padanya seperti biasa cacian akan langsung masuk kedalam telinganya

"Dari mana saja kamu!"teriakan ibunya menjadi pembuka,Sarah langsung bergegas menuju putranya dengan amarah yang telah memuncak,ringisan dari bibir pucat Agam ketika tangan halus Sarah menjambak kasar rambutnya "kamu semakin hari semakin bandel,ini sudah jam berapa?main dari mana kamu!"

"Maaf bun..tapi Agam gak main,,Agam..."

"Diam selalu saja pintar mencari alasan"

"Ampun Bun.....Agam minta ampun..."teriakan menyayat hari ini tidak di dengan oleh Sarah bahkan tangan satunya telah menampar buah hatinya berulang kali hingga sudut bibirnya robek mengeluarkan darah

"Masuk kamar sekarang,tidak ada jatah makan untuk kamu malam ini"
Anggukan takut Agam berikan sembari menyeret kakinya melangkah menjauh kedalam kamar yang tidak akan pernah bisa di sebut layak untuk ia tiduri

Ckelk

Pintu di tutup bersama dengan tubuh Agam yang menyusut di atas dinginnya lantai

"Mau sampai kapan bunda gak mau denger penjelasan Agam,Agam juga capek..tiap hari gak ada yang mau main sama Agam,mau Deket sama agam.kak Alea bunda bilangin apa sampai gak mau juga Deket sama Agam.hikss.dada Agam sakit bun setiap nangis.tapi gak bisa bilang siapa-siapa,agam harus ngadu ke siapa."dadanya memang sakit sekarang tarikan nafas berat menjadi pelengkap sakit hatinya,dia merogoh saku tempat di mana benda kecil yang sedari kecil menemaninya, setelah merasa lega tubuh kurus milikinya dia paksa berdiri,meski tidak mendapat makan malam setidaknya dia harus mandi dan beristirahat setelah nya

🥀

Suara hangat dari meja makan serta detingan sendok yang hanya bisa Agam dengarkan, dia sendiri meringkuk dibalik selimut tipis hadiah dari pembantu rumah,,miris kan seorang anak keluarga Wildam tapi tidak mendapat fasilitas yang seharusnya

"Bunda hari ini Argam dapet nilai bagus"

"Bagus dong anak bunda pintar" sayup-sayup terdengar jika pujian yang seharusnya untuknya di rebut paksa oleh kakaknya,Argam memang mendapat nilai bagus 90 sedangkan Agam mendapat 95 seharusnya dia juga mendapatkan pujian yang sama kan,

Uhuk

Uhuk

Uhuk

Agam bangun dari tidurnya ketika merasa sesak pada ulu hatinya,"aku laper.dari pagi kan gak makan.kalo minta bunda di kasih gak ya.."tangan mungilnya menyibak selimut turun dari tempat tidur dan mulai menghampiri meja makan penuh kehangatan itu,hal pertama yang menyambutnya adalah tatapan saudara kembarnya manik mata yang mirip dengannya

"Agam laper Kaka...mau minta makanannya juga" lirihnya tapi seluruh keluarga pasti mendengarnya

"Kamu lupa dengan hukuman yang sudah saya berikan"

"Agam ingat bun.tapi Agam gak terlalu malam kan pulangnya tadi masih jam set 7 malam..Agam lari biar cepet sampai rumah"dia bicara sembari meremat kuat perutnya.sakit.perutnya sakit dan perih

"Tetap saja kamu terlambat Argam saja yang masih harus bimbel pulang tepat jam 6,kamu yang pulang sekolah langsung pulang masih terlambat 3 jam lamanya,kemana kamu pergi!"

'Agam.harus lari-larian bun biar bisa cepet sampai rumah,tadi juga hujan,' ucapannya dalam hati tanpa berani mengatakan secara langsung

"Aku gak bareng kak argam.agam jalan kaki"

"Itu salah kamu sendiri masih main basket dan tidak cepat-cepat pulang"

'Main basket?kapan Agam main basket bun,agam itu punya asma.'

"Agam gak main basket bunda,Agam..."

"Diam!saya muak mendengar alasan kamu,"aji sebagai kepala keluarga juga muak mendengarkan perdebatan ini.Dia memilih menarik paksa tangan Agam

"Aahkkk..sakit paa.."teriakan dari bibirnya tidak di dengar oleh aji,dia melempar tubuh ringkih putranya hingga terbentur lemari berisi perabotan rumah tangga "akhhh.."darah tipis mengalir pada pelipisnya

Tatapan tidak percaya Agam terarah pada aji "diam di disini semalaman jangan bergerak jika buka saya yang perintahkan,kamu sangat mengganggu makan malam hari ini,tau tidak ini hari pertama saya menikmati makan malam bersama keluarga saya" aji pergi setelah puas melempar putranya" jika sampai kamu berani menangis saya akan membuang kamu ke panti asuhan"

Deg

Terimakasih.

Mau lanjut?

Dandelion Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang