Waktu masih dini hari, namun keadaan diluar terasa sangat ramai. Kasak-kusuk manusia yang berlalu lalang melewati jalanan membuat suasana terasa meriah. Hal itu membuatku terbangun dari tidur indahku yang sedang memimpikan anak marmut. Sungguh saat ini terasa sangat bising, padahal keadaan langit di luar terlihat masih gelap.
"Sangat mengesalkan! Pagi buta seperti ini sudah ramai, apa yang sebenarnya mereka lakukan?!" teriakkan kesalku menggema di setiap sudut ruangan kamar.
"Hoi, apakah kau bisa mengecilkan suara katakmu itu! kau membuat telingaku tuli"
Teriak anak laki-laki, terkejut mendengar teriakanku sembari menutup kedua telinganya dengan jari. Wajar dia mendengar teriakanku, karena kasur tidurnya persis berseberangan dengan kasur tidurku, kami teman sekamar.
"Kau tahu, ini terlalu pagi untuk membuat keramaian, kecuali mereka para manusia yang senang membuat sensasi palsu" Aku menguap menahan kantuk.
"Huh dasar perempuan koala! Seharusnya kau mencontoh mereka, bangun pagi mengerjakan pekerjaan rumah kemudian pergi ke sekolah. Rajin!"
"Heleh, cobalah untuk berkaca Priss! Kau sama sepertiku. Bukan karena kau laki-laki berarti bisa bermalas-malasan, huh" Aku menatapnya sebal. "Tapi jika pergi ke sekolah bukankan ini masih terlalu pagi? Bahkan matahari pun belum muncul" Sambungku.
Sementara dia hanya mendengarkan sambil menatap kearahku yang berbicara dengan menyipitkan mata dan sesekali menguap lebar.
Tok tok tok tok
Suara pintu utama diketuk mengalihkan atensi kami. Kami saling memandang, sebelum akhirnya laki-laki di seberangku segera datang ke depan dan membuka pintu, sementara aku menyusul di belakangnya.
"Apakah kau tidak melihat jam di rumahmu menunjukkan pukul berapa sekarang? Masih terlalu dini untuk bertamu" Ujarnya dengan mata melotot menatap seseorang laki-laki di depan pintu.
"Huh dasar! Setidaknya biarkan aku masuk" Sang tamu menatap jengah. "Di luar terlalu ramai" Bisiknya kemudian kepada kami.
Aku melihat kearah luar, banyak orang berlalu lalang ataupun berdiri membentuk kelompok mengobrol. Aku pun mempersilahkan dia memasuki rumah. Setelah memasuki rumah dan menutup pintu, kami bersama menuju ke arah sofa yang ada di ruangan depan, ruang tamu. Aku duduk di sebuah sofa, berhadapan dengan para anak laki-laki yang duduk bersama di sofa panjang.
"Jadi, apa yang sebenarnya terjadi di luar sana? Sangat ramai dan tidak biasa bukan?" Tanyaku segera.
"Pemerintah negara kita dengan negara Molrksae resmi mengibarkan bendera perang, diawali dengan jatuhnya sebuah bom di sebelah selatan Walprewsk tadi malam" jawab Arregan.
"Kau serius?! Dasar manusia sinting, orang-orang sedang terlelap dan mereka menyerang, gila! Bagaimana dengan keadaan di sana? Apakah pemerintah sudah melakukan tindakan?" Sungguh berita mengejutkan dan tidak nyaman untuk membangunkan kesadaranku.
"Entahlah, namun pemerintah sudah mengirimkan beberapa pasukan militer untuk melihat keadaan di sana" Arregan melipat tangannya di dada, sementara tubuhnya bersandar pada sandaran sofa.
"Wow, cukup mengejutkan mereka benar-benar akan berperang" ujar Priss menaikkan alisnya. "Yah, kupikir mereka hanya saling menggertak. Ternyata sebenarnya haus untuk menunjukan otot masing-masing" lanjutnya.
"Perang yang terakhir kali mengguncang dunia terjadi pada satu setengah abad yang lalu, bukankah rentang yang sangat jauh?" Arregan menatapku.
Aku yang sedari tadi mendengarkan, hanya mengedikkan bahu. Pada akhirnya dunia akan membentuk sejarah baru setelah berabad lamanya. Perang akan meletus, menyisakan daratan yang antah berantah akibat serangan-serangan misil penghancur. Masyarakat yang terdampak dapat kehilangan nyawanya kapan saja karena serangan tak terduga, runtuhnya bangunan-bangunan tempat berlindung, kurangnya pasokan makanan penyokong kehidupan, minimnya jumlah air bersih. Mungkin hal-hal itu akan segera menjadi kenyataan kedepannya, berdasarkan apa yang pernah aku dengar dari guru sejarah saat menceritakan masa perang yang pernah terjadi.
"Kabarnya, Molrksae sudah menggaet beberapa negara untuk menjadi sekutu, termasuk meminta bantuan pada Robersgia" jelas Arregan.
"Tanggap sekali negara itu, aku berharap mereka tidak mendapatkannya, atau kita akan berakhir" wajah Priss menampilkan ekspresi datar kemudian menyugar rambutnya yang berantakan.
"Oh ayolah, bukankah negara kita itu kuat?! Militer kita juga sangat bagus dan tangguh, aku yakin pemerintah kita bisa melawan mereka"
"Tidak semudah itu, jika mereka benar-benar bersekutu dengan Rosbersgia aku tidak yakin kita akan berhasil" ujar Arregan.
"Rosbersgia adalah negara terkuat di dunia. Kecanggihan senjata mereka tidak bisa dihilangkan begitu saja, bahkan senjata militer kita dipasok oleh mereka. Mungkin saja mereka telah membuat senjata-senjata terbaru dan termutahir yang dapat membumi hanguskan kita semua. Negara itu terlalu berbahaya!" Jelas Priss dengan raut wajah khawatir.
"Apakah negara kita tidak memiliki sekutu yang lebih kuat?" Jujur aku tak begitu memahami dunia kemiliteran, karena pada dasarnya aku kurang tertarik dengan mereka.
"Aku tidak tahu, kita lihat dahulu apa yang akan dilakukan pemerintah" ujar Arregan mengakhiri percakapan.
Kami semua terdiam, memikirkan hal-hal yang sedang berkecamuk di dalam otak masing-masing. Aku berharap masing-masing negara dapat mengakhiri keinginan mereka untuk saling melawan, aku tak ingin dunia yang -terlihat- damai harus rusak karena perang.
Tanpa sadar kami terdiam cukup lama, keadaan di luar sudah terang benderang, bahkan suasana sudah senyap, mungkin mereka yang berada di depan sudah kembali ke rumah masing-masing atau pergi ke tempat lain."Apakah kalian akan terdiam sampai besok pagi?!" Suara Priss tiba-tiba menggelegar, memecah keheningan diantara kami.
Aku menatapnya tajam, hampir saja kakiku terantuk ujung meja karena terkejut. Sementara Arregan menendang kaki Priss di bawah meja, sembari memelototi laki-laki disampingnya.
"Bisakah kau mengecilkan volume suaramu?! Beruntung jantungku kuat mendengar suaramu yang tiba-tiba" aku mendengus kasar.
"Oh ayolah, bukankan sudah waktunya untuk sarapan? Cacing di perutku sudah berguling-guling. Iya kan Regan?" ujar Priss melirik Arregan dengan wajah cemberut dan memegangi perutnya.
"Cih, menggelikan! Kamu itu laki-laki, wajahmu harus tegas, bukan seperti gadis yang manja" Arregan berkata tegas, melihat ke arah Priss dengan wajah datar.
"Pftt, rasakan itu!" Aku menahan tawa melihat wajahnya yang kesal. "Eh, jadi kau menganggapku gadis yang manja? Huh" sergahku menatap Arregan dengan ekspresi mengintimidasi.
"Ah, ya kecuali kau, mungkin" ujarnya dengan nada ragu serta menaikkan satu alisnya.
"Cih! Baiklah, kita sudahi dahulu. Aku akan memasak makanan untuk sarapan" aku beranjak dari ruang tamu menuju ke dapur.
"Mau pergi kemana? Mari sarapan bersama" ujar Priss menatap Arregan yang sudah berdiri.
"Pulang"
"Ck, tidak bisakah kau menunggu sampai masakanku matang lalu sarapan bersama? Kau selalu menolak untuk sarapan disini. Apakah masakanku menjijikkan dalam pandanganmu?" Aku berujar dengan dahi yang mengkerut menatap jengah pada Arregan, sementara yang ditatap hanya mengedikkan bahu.
"Aku sudah membuat sarapan sebelum datang ke sini, mubazir jika tidak dimakan. " ucapnya.
"Selalu saja begitu, membosankan!"
"Ah, datanglah ke rumahku nanti siang!" Pinta Arregan seraya berjalan ke pintu utama.
"Untuk apa?" Tanya Priss yang dijawab oleh bunyi pintu yang tertutup.
"Dasar manusia menyebalkan!" gerutu Priss, sementara Herlena melanjutkan langkah ke dapur.
EQUARLD
Halo, Selamat datang! ✨
Terimakasih sudah mengunjungi dan membaca cerita ini^^» Tolong beri pendapat kalian ya.. Bagi yang mau memberi kritik dan/saran dipersilahkan °o°
jangan lupa, tolong tinggalkan semangat disini ya!⭐
KAMU SEDANG MEMBACA
EQUARLD : Another World Adventure
FantasyMenjelajah ke tempat asing, tidak mustahil. Namun, terjebak dalam dunia yang berbeda. Pilihan hidup atau mati, kawan atau lawan, mereka bilang itu sulit. Lalu apa yang akan mereka lakukan nantinya? Entahlah. Mari baca bersama!!