Sepanjang perjalanan ke sekolah sejauh mataku memandang, jalanan dipenuhi oleh kumpulan manusia dari berbagai kota tengah melakukan unjuk rasa menolak adanya perang. Banyak dari mereka membawa spanduk, kertas, dan papan berisi tulisan penolakan atau permintaan mereka kepada pemerintah. Rakyat tidak akan mungkin terima dan diam saja.
"Permisi, apakah kalian akan pergi ke sekolah?" Tiba-tiba seorang gadis berseragam sama denganku menghampiri.
"Ah, iya" aku mengangguk.
"Sebaiknya kalian pulang saja, sekolah hari ini diliburkan karena banyak orang-orang yang sedang unjuk rasa berada di sekitar kota termasuk sekolah kita" jelasnya.
"Oh begitu ya, terimakasih" ucapku serta memberikan senyuman.
"Sama sama" gadis itu balas tersenyum kemudian berjalan pergi.
"Sudah kuduga, kita tidak akan bisa pergi" ujar Priss dengan wajah berpura-pura sedih menatap kearahku dan Arregan.
Aku memutar bola mata, jengah melihat tingkah manusia yang bergelar 'sepupu' itu. Arregan hanya menatapnya sekilas kemudian beralih melihat masa yang semakin bertambah banyak.
"Ck, omong kosong, aku tahu dalam lubuk hatimu yang sekecil kotoran hidung tengah tersenyum bahagia" ujarku menyentil keningnya.
"Awsh, itu menyakitkan!" Priss mengusap keningnya dengan wajah cemberut menatapku.
"Mari kita pergi ke daerah kota!" ajak Arregan tiba-tiba, dia menatap ke arahku dan Priss.
"Untuk apa?" Tanya Priss.
"Aku hanya ingin melihat bagaimana cara pemerintah mendiamkan para masa" ujarnya menatap para demonstran yang sangat banyak.
"Ayo, kita pergi! Aku juga penasaran" seruku antusias.
Kami segera berjalan menuju ke gedung presidential palace melewati para demonstran yang menyebar dari jalan hingga ke trotoar. Jalan yang kami lalui terasa sangat sempit. Bau keringat yang menetes dari tubuh demonstran yang kegerahan karena sinar matahari yang menyengat, bau mulut yang terus-menerus berteriak lantang, bau makanan dan minuman yang tumpah di jalan sebelum memasuki mulut para pemiliknya, membuatku dan yang lain menutup hidung, menghindarkannya dari berbagai bau tak sedap itu.
Situasi semakin kacau saat kami sampai di seberang gedung presidential palace. Peluh mengalir melewati dahi kami, lelah dan gerah begitu terasa di tubuh setelah melewati jalanan yang penuh rintangan. Para tentara dan penjaga keamanan berdiri di depan gedung presidential palace. Jumlah mereka cukup banyak untuk menghalau para masa mendekati gedung.
"Minum ini, berbagi!" Aku mengambil botol minum dari dalam tas kemudian meminumnya dan menyodorkan botol minum yang isinya sisa setengah kepada Priss.
"Ini tidak cukup!"
"Tidak usah protes! hanya itu yang aku punya" Aku menatapnya tajam, akhirnya dia hanya bisa pasrah dan berbagi setengah air itu dengan Arregan.
Keadaan semakin bising dan tidak kondusif karena seseorang yang mereka tunggu tak kunjung keluar dari dalam gedung. Masa memberontak, memaksa memasuki gedung pemerintahan itu. Tiba-tiba sosok yang ditunggu keluar dari dalam gedung bersama para anggota pemerintahan lain, Presiden dan bawahannya. Namun ada satu orang yang asing di mataku atau mata kami semua, berdiri di sebelah presiden.
Dia adalah laki-laki dengan tubuh tegap, berambut sedikit ikal dengan warna merah agak cokelat, berwajah tegas dengan alis dan mata yang menyorot tajam. Dia tidak terlihat seperti anggota pemerintahan Walprewsk. Semua orang terdiam menatap mereka yang berada di pelataran gedung.
KAMU SEDANG MEMBACA
EQUARLD : Another World Adventure
FantasyMenjelajah ke tempat asing, tidak mustahil. Namun, terjebak dalam dunia yang berbeda. Pilihan hidup atau mati, kawan atau lawan, mereka bilang itu sulit. Lalu apa yang akan mereka lakukan nantinya? Entahlah. Mari baca bersama!!