Semua orang berdiri ketika Ilsa masuk. Semua orang. Termasuk Raja, Ratu dan para bangsawan yang ada di dalamnya.
Raja Ivan dari Raya, Ratu Yva dan Pangeran Filbert dari Theta, bahkan Raja Sion dari Tudor.
Keempatnya mengamati Ilsa dengan wajah campuran antara rasa penasaran dan kebingungan yang sama dengan Ilsa yang kini berdiri di tengah ruangan.
Sama seperti ke tiga penguasa dari Kerajaan tetangga, Ilsa tidak tahu mengapa ia dipanggil untuk datang ke ruang perjamuan pagi itu. Semua ini mulai membuat Ilsa mulai merasa ketakutan.
Ilsa mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan, mencari satu-satunya wajah yang bisa memberinya ketenangan. Ia menemukan wajah Luca, Alden, Anna, Lyka, Magda di deretan paling depan kerumunan yang ada di pinggir ruangan. Bahkan para pelayan dan pengawal seperti Helga, Greta, Ulfa, Gwen dan bahkan Victor ada di dalamnya.
Tapi ia tidak menemukan pria itu.
Ia tidak menyukai apa yang terjadi. Ia tidak ingin berada di dalam ruangan di amati semua orang seperti ini. Ia hanya ingin menemukan pria itu. Berada dalam pelukan pria itu, aman dalam perlindungan pria itu.
Tapi Ilsa menahan keinginannya untuk melarikan diri.
Pintu Ruang Perjamuan kembali terbuka, dan kini semua mata menoleh. Ilsa berharap pria itu akhirnya muncul, tapi betapa kecewanya wanita itu ketika rupanya wajah Konstantine yang muncul.
Jika biasanya pria itu berpakaian norak dan mencolok, tidak hari ini.
Konstantine terlihat rapi, mengenakan pakaian kebangsawanannya dengan bordiran keemasan. Ditangannya, Konstantine membawa sebuah gulungan kertas dengan segel Kerajaan Valorent yang masih tertutup.
Konstantine berjalan hingga ke tengah ruangan dan berdiri di depan Ilsa sebelum membuka suara.
"Kita berkumpul hari ini untuk merayakan sesuatu yang penting."
Suara Konstantine yang nyaring menggema di dalam ruangan, seketika membuat seisi ruangan terdiam.
Ilsa, sementara itu, sedang berupaya untuk tidak roboh di tempat. Tidak mengerti mengapa kini ia berdiri disitu sendirian, membuat rasa takut kini mulai berubah menjadi rasa panik.
Konstantine kemudian mengangkat kertas di tangannya dan mengedarkannya ke semua orang, menunjukkan bahwa belum ada seorangpun yang membuka benda itu.
"Raja Samael memintaku mewakili dirinya, untuk membacakan surat ini."
Kemudian, dengan hati-hati ia mematahkan segel dari lilin yang mengikat gulungan kertas, lalu membukanya. Setelah berdehem sekali, dengan suara nyaring, ia membaca.
"Dengan ini, Saya, Raja Samael dari Valorent, Master dari Budak Ilsa, membebaskan..."
***
***
Malam sebelumnya.
Ilsa mengamati punggung kekar pria itu dari belakang. Pundak Samael terlihat kaku, penuh dengan ketegangan yang sering terlihat ketika ia sedang banyak pikiran.
"Kembalilah ke kamarmu malam ini." Pria itu melanjutkan ucapannya, tanpa menolehkan wajahnya dari lemari pakaian.
"Mengapa?" Ilsa membalas pelan.
"Aku hanya ingin sendirian malam ini."
"Tapi aku tidak akan mengganggu—"
"Aku benar-benar tidak ingin diganggu malam ini." Samael memotong protes Ilsa dengan kalimatnya yang tegas.
Ilsa mengatupkan bibirnya. Dulu, mungkin ia akan langsung berlari keluar dari kamar ini begitu pria itu memberi perintah. Tapi setelah banyak hal terjadi, Ilsa mengumpulkan keberanian dan rasa cintanya, merangkak turun dari ranjang, dan berjalan mendekati Samael yang masih memunggunginya. Diletakkannya tangan kanannya ke punggung Samael, mengelusnya dari belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Queen's King (Sekuel The King's Slave) TAMAT
Historical FictionSekuel dari: The King's Slave *** Ini adalah kisah tentang seorang Raja dan Budaknya. Jaman dahulu kala, hidup seorang Raja yang tanpa sadar jatuh mencintai Budak yang dibencinya. Jaman dahulu kala, hidup seorang Budak yang tanpa bisa melawan jatuh...