Anna merasa cemas.
Beberapa hari ini suaminya terlihat lebih murung dan lebih pendiam dari biasanya. Ia paham ada hal yang tidak bisa diceritakan oleh Luca kepadanya. Hal yang menyangkut rahasia kerajaan contohnya, tapi Anna bisa merasakan bahwa kecemasan Luca kali ini terasa lebih parah dari biasanya. Hal ini membuat wanita itu tanpa sadar mulai cemas dan menebak-nebak.
Mungkinkan Luca mulai bosan dengan pernikahan mereka?
Mungkinkah kenyataan bahwa ia tidak akan pernah bisa mengandung anak dari Luca membuat pria itu berubah pikiran tentangnya?
Apakah Luca menyesal sudah menikahi seorang wanita gersang sepertinya?
Pertanyaan ini hanya terasa kian mengganggu semakin berjalannya waktu.
Wanita itu menatap ke arah Luca yang sedang duduk di depan perapian rumahnya dengan pandangan penuh air mata yang membuatnya terisak.
Luca yang mendengar suara Anna menolehkan kepalanya. Wajah Luca yang tadinya terlihat sedang serius hanyut dalam pikiran seketika berubah menjadi ikut bersedih.
Pria itu berdiri dari kursinya dan berjalan ke arah Anna yang sedang berdiri di pinggir pintu ruang tengah.
"Anna, istriku tercinta, mengapa kau menangis?"
"Maaf. Maaf....." Anna buru-buru mengusap matanya yang berair. "A-aku...." Wanita itu menggeleng.
Luca meraih tangan Anna yang mungil dan menariknya ke dalam ciuman.
"Kau bisa menceritakannya padaku, Sayang. Katakan, apa yang mengganggu pikiranmu?"
Anna menatap ke mata suaminya. Hanya perhatian dan kehangatan yang dirasakannya.
"Kau memintaku untuk menceritakan apa yang mengganggu pikiranku, bagaimana denganmu?" Anna menjawab lirih. "Aku bisa merasakan kecemasan dan kesedihanmu, Luca. Apakah... apakah... kau menyesali pernikahan ini? Apakah kau menyesal sudah menikahi wanita yang tidak akan bisa memberimu keturunan? Wanita mandul yang tidak akan sanggup menerima benih suaminya dalam rahimnya yang gersang?" Anna tidak lagi bisa menahan tangisannya.
Pedih seketika menyambar mata Luca. Benaknya akhir-akhir ini di penuhi oleh rencana Samael yang hendak meninggalkan kerajaan. Istrinya rupanya salah sangka, dan malah menyalahkan dirinya sendiri atas kemurungannya. Karena selama dua bulan pernikahan mereka, Luca sama sekali tidak berpikir tentang apa yang di tuduhkan oleh Anna.
"Oh, Anna..., Cintaku. Bagaimana mungkin kau berpikir seperti itu? Hari-hari yang kita lalui bersama adalah hari terindah dalam hidupku. Hari yang di penuhi oleh kebahagiaan. Jika aku terlihat berbeda dari biasanya, ini bukanlah karena dirimu. Aku bersumpah."
"Ta-tapi... tidakkah kau menginginkan seorang anak? Se-sementara aku—"
"Tidak ada yang salah denganmu, Sayangku. Berhentilah menyalahkan dirimu sendiri. Dengan atau tanpa anakpun, tidak akan membuat rasa cintaku padamu berkurang, Anna. Tidak akan pernah. Aku ingin kebahagiaanmu melebihi keinginan untuk memiliki seorang anak. Jadi, kumohon... berhentilah berpikir seperti itu."
Luca menarik tangan Anna mendekati perapian. Pria itu kembali duduk diatas kursi dan menarik Anna agar duduk ke atas pangkuannya.
"Kau terlihat sangat gusar dan sedih beberapa hari terakhir. A-aku merasa sudah mengecewakanmu, Luca...." Tangis Anna kini kian keras.
Luca meraih wajah Anna dan menghapus air mata wanita itu dengan telapak tangannya yang lebar.
"Aku tidak bisa menceritakan apa yang membuatku gusar karena sumpahku kepada Sang Raja, tapi percayalah, bukan dirimu yang membuatku seperti ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Queen's King (Sekuel The King's Slave) TAMAT
Ficción históricaSekuel dari: The King's Slave *** Ini adalah kisah tentang seorang Raja dan Budaknya. Jaman dahulu kala, hidup seorang Raja yang tanpa sadar jatuh mencintai Budak yang dibencinya. Jaman dahulu kala, hidup seorang Budak yang tanpa bisa melawan jatuh...