MDC 01

156 26 24
                                    

Tek! Suara saklar lampu dimatikan. Baru saja menyuapkan nasi ke dalam mulut tiba-tiba lampu yang ada di ruang makan dimatikan dengan sengaja. Mungkin baginya aku ini adalah makhluk astral yang tak kasat, penghuni rumahnya. Ya, tepatnya rumah orang tuanya, yang nantinya akan diwariskan untuknya. Karena mereka memang hanya dua bersaudara. Kakaknya sudah menikah dan memiliki rumah sendiri.

"Kayla... itu kamu ya nak?"

"Iya tante," jawabku.

Tante Mitha-saudara ayah tertua-langsung menyalakan kembali lampu.

"Kamu baru makan malam?" tanya Tante Mitha saat melihat jam dinding yang menunjukan pukul sembilan.

"Baru sempat makan tante. Tadi kelamaan nunggu kadesnya, motor juga mogok terpaksa aku tinggal di bengkel," ucapku memberikan alasan, karena jarak tempatku penelitian sekitar dua puluh lima kilo meter dari pinggiran kota.

"Kenapa makan gelap-gelapan?"

"Tadi lampunya mati sendiri, sudah putus mungkin," jawabku asal.

"Ah masa? Baru minggu lalu diganti sama Rafael. Ini menyala. Kalau putus pasti tidak menyala saat dinyalakan kembali." Tante Mitha memencet saklar berulang-ulang memastikan.

Tanya saja sama anak tante itu. Batinku.

"Ya sudah, kamu makan saja. Tante mau istirahat."

"Iya, terima kasih tante."

Aku adalah mahasiswi semester akhir yang sedang menyusun tugas akhir untuk memenuhi syarat gelar sarjana. Berbagai peristiwa suka duka semua sudah kulewati. Dukanya tentu saja berasal dari Si Rafael yang baru saja mematikan lampu. Itu adalah salah satu contoh perlakuannya padaku. Meski sudah bekerja menjadi pegawai BUMN, bagiku dia adalah pria dewasa yang aneh. Sudah empat tahun sejak aku dititipkan di rumah ini, belum sekali pun ia menunjukan sikap persaudaraannya padaku. Apalagi sikap manis. Mimpi.

Next or stop ?

Semoga suka😉
Jangan lupa vote, komen and follow ya manteman:)

Komen sebanyak-banyaknya walaupun hanya titik-titik ya manteman!!!!

My Dear CousinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang