"Ehh lo ga di apa apain kan sama ayah gue? Kok lo nangis?" Ucap Erlangga saat melihat Abigail masuk kedalam kamar.
"Gak sih tadi bunda lo lagi masak sambal tumis mata gue perih" Erlangga memandang aneh Abigail.
Seingatnya bunda nya tak memasak itu, tapi sudah lah mungkin saja kan bunda nya gabut jadi masak aja biar ga gabut.
Abigail duduk di kasur Erlangga sebelum itu ia mengambil Gitar yang ada di kamar Erlangga.
"Enak yaa jadi lo, lo ga dikekang sama sekali terus lo di bolehin kemana aja" Ucap Erlangga tiba tiba membuat Abigail yang tengah memetik senar Gitar itu pun berhenti memetiknya.
Abigail hanya tersenyum membalas ucapan Erlangga, ia kembali memetik senar Gitar itu dan bernyanyi.
"Tak ada satu pun manusia"
"Yang tak pernah disinggahi masalah"
"Mungkin inilah cara yang kuasa"
"Tuk jadikan mu lebih dari dewasa"
"Senyumlah syukuri hidupmu"
"Tunjukkan pada dunia bahwa kau mampu"
"Masih banyak yang lebih susah hidupnya"
"Senyumlah syukuri hidupmu"....
"Kalau Gue boleh milih, Gue lebih milih jadi lo" Siapa yang tak ingin menjadi Erlangga? Hidup dengan berlimpah harta dan kasih sayang.
Hidup Abigail memang tercukupi, dia termasuk anak orang kaya bisa membeli semua yang ia inginkan.
Namun apa yang tak bisa ia beli? Kasih sayang, jika memang bisa ia berani membayar mahal hanya untuk setitik kasih sayang.
"Banyak orang yang ga seberuntung Lo, jadi bersyukur sama apa yang udah Lo dapet" Ucap Abigail lalu berbaring di atas kasur dan memejamkan matanya.
"Adek makan dulu sana tadi bunda udah masakin buat adek sama Abi" Aqila masuk kedalam kamar Erlangga dan melihat Erlangga dan Abigail yang tengah rebahan.
"Adek kebawah duluan yaa, bunda bangunin aja tuh Abi nya dia baru aja tidur" Ucap Erlangga setelah itu ia langsung ngacir ke ruang makan.
Aqila hanya mengusap dada sabar melihat kelakuan anak bontot nya itu, Aqila berjalan mendekati Abigail lalu mengelus rambut Abigail dengan pelan.
"Abi bangun sayang"
"Ughh Mama~" Abigail memeluk Aqila dan menyembunyikan Wajahnya di perut Aqila.
Aqila hanya tersenyum sendu ia memahami apa yang Abigail rasakan, anak yang malang hahaha.
"Abi ini Tante" Abigail membuka matanya dan dengan cepat ia bangkit dan melepaskan pelukanya pada Aqila.
"M-maaf Tante Abi ga sadar"
"Gapapa sayang, Abi bisa panggil Tante bunda kok" Ucap Aqila membuat mata Abigail berbinar namun hanya sesaat mata itu kembali menjadi sendu.
"Boleh Abi panggil Tante, Bunda?" Abi menunduk tak berani menatap Aqila.
"Tentu boleh boy, Panggil Om ayah yaa sama seperti Erlangga, anggap Om dan Tante orang tua mu" Alex masuk dan langsung mengacak rambut Abigail, Senyum Abigail mengembang.
"M-makasih tan- Bunda ayah" Alex dan Aqila hanya terkekeh kecil melihat kelakuan Abigail.
"BUNDA KOK LAMA!!" tak lama terdengar teriakan dari Erlangga dari ruang Dapur.
"Sudah ayo kita makan kasihan nanti si berandalan kecil itu menunggu terlalu lama" Akhirnya mereka makan bersama diiringi dengan candaan Erlangga yang garing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Erlangga
Teen Fictiontentang ERLANGGA DEWANATA Putra bungsu keluarga Dewanata. Erlangga pemuda nakal yang berumur 16 thn yang di jaga ketat layak nya seorang perempuan, kehidupannya penuh dengan kekangan dan peraturan yang membuat nya muak. penasaran dengan kisah Erlang...