Chapter one : a cup of americano

53 7 0
                                    

Aku mengehla napas lega saat membaca kiriman email dari Highest Management and Administration. Dalam email tersebut tertulis bahwa aku telah diterima di perusahaan tersebut. Ingin aku memeluk HRD yang berhasil meloloskanku pada interview tiga minggu lalu.

Sebenarnya aku tidak berharap sama sekali pada perusahaan ini, karena ya aku tahu perusahaan ini memang terkenal dengan seleksi pegawainya yang ketat. Sumpah, aku hanya mencoba saat membuat CV, beneran tidak berharap apa-apa. Bahkan sehari sebelum interview bisa-bisanya aku marathon ulang film Maze Runner dari yang pertama sampai yang ketiga. Benar-benar tidak ada persiapan apapun. Tapi pada dasarnya Tuhan memang telah merencanakan semuanya, ditambah dukungan semesta yang membuat semuanya bertambah lancar.

Buru-buru aku beranjak dari duduk meraih ponsel di kamar yang sedang di-charger.

"Halo, Teh. Ada apa?"

"Ambu! Teteh keterima di Highest Management and Administration."

"Lho, kok Teteh nggak bilang lamar kerja ke sana?"

Aku menepuk dahi, lupa memberi tahu Ambu tentang rencana lamaran ke perusahaan ini. Hm, sebenarnya memang sengaja, karena aku tahu aku tidak memumpuni kriteria pegawai sana. Lebih tepatnya aku insecure dan tidak ingin Ambu berharap lebih atas pekerjaanku.

"Eh iya, bu. Maaf, Teteh lupa."

"Alhamdulillah atuh, Teh. Deket sama apartemen, kan?"

"Iya, bu, deket."

"Naha bisa lupa gitu bilang ke Ambu sama Abah?"

Aku meringis, "Hapunten, bu. Teteh tèh kebanyakan lamar sana sini. Jadi lupa." (Maaf, bu)

"Ya udah atuh, gapapa. Sok, sing semangat nya kerjana. Ambu sama Abah selalu doain teteh dari sini."

"Makasih bu doanya. Teteh mau mandi dulu atuh ya, bu."

"Sip, ku ibu tutup hela atuh, nya."

"Muhun, bu. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam," kemudian ibu menutup sambungan telepon tersebut.

Aku buru-buru pergi ke kamar mandi dan segera mengisi bath up dengan air dan menaruh bath bomb diatasnya. Semua ritual ini aku lakukan untuk memebrikan reward pada diriku sendiri karena sudah keterima di perusahaan sebagus HMA.

Dalam email tersebut tertulis kalo aku mulai masuk kerja minggu depan. Bye the way, ini kali keduaku melamar pekerjaan, dan untungnya keterima di perusahaan besar. Sebenarnya tempat kerja pertamaku juga salah satu perusahaan besar. Namun tidak sebesar HMA. Aku sudah bekerja hampir tiga tahun, terhitung sebentar, sih.

Ngomong-ngomong soal perusahaan. Highest Management and Administration itu suatu perusahaan yang mengelola suatu bisnis properti dalam bentuk perkantoran. Lebih gampangnya, HMA ini memiliki bisnis properti yang sering digunakan para pengusaha untuk berinvestasi. HMA juga ikut andil dalam hal pembangunan properti, namun HMA juga memiliki office building untuk mengelola semua data bisnis properti yang dikerjakan. Jadi HMA terbagi dua, pertama, HMA yang turun langsung ke lapangan, kedua, HMA yang beroperasi di kantor alias HMA office, wich is me. Jadi aku tidak bekerja turun langsung ke lapangan dan ikut andil dalam membangun sebuah bangunan dengan mencampurkan semen, beton, pasir, dll. Namun aku bekerja di kantor, tepatnya di Departement Purchasing.

Selebihnya, tugasku sehari-hari ketika nanti kerja ya melakukan pemilihan vendor yang mempunyai standar harga sesuai dengan budget perusahaan, termasuk melakukan negosiasi harga kepada beberapa supplier barang.

LeavesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang