Chapter 5 : Alex Albon X Jo Malone

1 0 0
                                    

happy reading!!!

Anasha

Hari ini ada jadwal turun ke lapangan lagi. Aku, Hadi, Hana dan Bu Fitri langsung meluncur sebelum jam makan siang, kebetulan kerjaan di kantor lagi nggak terlalu banyak.

Kita pergi naik mobil Hadi yang baru itu. Bangga banget dia punya mobil baru, karena mobil yang dulu sering diledekin anak kantor, katanya butut dan selalu mogok tiap musti datang ke proyek. Dan anehnya, kata Hana, mobilnya cuman mogok kalo dibawa ke proyek doang, kalo jalan-jalan biasa, apalagi TGIF, wiiih mobilnya lancar jaya sebagus mobil Charles Leclerc kalo di sirkuit.

Siang ini sengaja kita dateng ke proyek sebelum jam makan siang. Kita semua sepakat mau makan siang sama ketoprak dan serabi yang ada di deket proyek. Ini seharusnya jadi menu sarapan sih, tapi Hadi, Hana dan Bu Fitri suka banget sama dua menu ini. Katanya ini menu makan siang terenak kalo kerjaan lagi hectic plus harus pergi ke proyek.

Perpaduan ketoprak sama serabi kinca enak juga ternyata, gak nyangka menu sederhana kayak gini bisa nikmat banget dimakan pas siang.

"Halo Bu Fitri!"

"Selamat siang Bu Fitri."

"Wihhh ada Bu Fitri, nih."

kita berempat yang lagi makan serabi as dessert langsung menoleh ke sumber suara. Ternyata ada tiga orang laki-laki dibelakang kami—eh ralat, ada empat—dengan pakaian kantor rapih plus lanyard tergantung di setiap leher mereka. Dari lanyard-nya sih udah jelas ini anak HMA.

"Lho, ada Acha juga ternyata."

Pak Ten langsung tersenyum ketika melihatku, tapi sedetik kemudian ekspresinya berubah jadi meringis saat siku Pak Hendery menyenggol pinggangnya kemudian Pak Hendery berbisik—yang entah apa isinya.

"Eh iya, Anasha maksudnya."

Setelah Pak Hendery berbisik, Pak Ten kembali menyapaku dengan nama asliku.

By the way, aku tahu suara Pak Hendery bagaimana dan aku sadar dari empat lelaki dihadapanku ini, hanya tiga suara yang tadi menyapa Bu Fitri. Sudah jelas hanya Pak Hendery yang tadi tidak menyapa Bu Fitri, hanya menyapa dengan anggukan sopan.

"Sini duduk, nak. Sudah lama ya tidak makan siang bersama."

Setelah diperintahkan untuk duduk oleh Bu Fitri, keempat laki-laki itu langsung duduk bersama di meja kami.

Dari empat lelaki itu, aku cuman tahu dua, Pak Ten dan Pak Hendery.

"Oalah ada anggota baru ya, bu?"

Satu diantara dua lelaki yang tidak aku tahu namanya bertanya pada Bu Fitri yang kemudian dijawab anggukan dan menyuruh kami berkenalan.

"Lucas, si ganteng dari divisi pemasaran. Kalo mau no whatsapp tinggal bilang aja."

"Lucas ini kebiasaan, tiap ada anak baru pasti digodain."

Aku hanya meringis kemudian memperkenalkan diriku.

"Harusnya gak gitu, Cas," Pak Hendery berucap dengan nada tegas.

"Ya Tuhan, Ry. Ini cuman bercanda biar gak tegang amat. Kaku banget lo kaya kanebo kering."

Bu Fitri seperti sudah tahu kelakukan mereka, ia hanya tersenyum kemudian menyuruh satu lagi lelaki untuk memperkenalkan diri.

"Saya Windu, divisi IT. Mungkin jarang liat di kantor, jarang keluar ruangan soalnya."

"Perlu banget dijelasin?"

"Gusti nu Agung, Ry. Kenapa sinis amat, sih. Kan biar gak canggung."

"Pernyataan lo gak penting soalnya."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 23, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LeavesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang