Chapter two : first meeting

5 0 0
                                    

Chapter two : first meeting

Anasha

Aku memperhatikan Bu Fitri dan Bu Laras sebagai manajer dan asisten manajer sedang memimpin briefing untuk meeting siang ini. Katanya akan ada meeting dengan Departemen Accounting sebelum makan siang ini, perkiraan jam sepuluh, sangat pagi memang.

Dibalik itu Mela—salah satu anggota divisi purchasing—sedang menunduk karena meeting ini ada akibat kesalahannya. Mela terlalu gegabah saat menawar harga dengan vendor beton tiga hari yang lalu, itulah mengapa terjadi fluktuasi grafik—seperti yang sedang dijelaskan Bu Fitri di depan.

"Baiklah, kita harus mengaku salah... dan Mela, kamu harus menjelaskan serinci mungkin. Kamu tahu kan Pak Ry orangnya seperti apa, kamu juga harus berjanji di depannya untuk tidak melakukan kesalahan lagi," ucap Bu Fitri diakhir briefing kali ini.

"Baik, bu. Saya minta maaf."

"Minggu ini sudah dua kali kita mengadakan meeting dengan accounting division, jujur saya malu. Mereka juga pasti sangat sibuk mengerjakan tugas mereka, saya tidak ingin menambah tugas mereka dengan mengadakan meeting gabungan. Jadi saya harap kalian semua saling mengerti. Kita harus lebih teliti dalam mengambil keputusan dengan vendor jika tidak ingin ada kerugian." Bu Laras mengehla napas panjang di akhir kalimatnya.

"Saya harap kedepannya monthly meeting hanya dilaksanakan sekali dalam sebulan, seperti biasanya. Dan itu hanya untuk membahas persamaan data saja, bukan untuk membahas masalah." Bu Fitri tampak lelah saat mengakhiri kalimatnya, beliau memijat pelipisnya.

Setelah briefing ditutup dan Bu Fitri serta Bu Laras keluar ruangan. Semuanya langsung berhambur ke pelukan Mela yang terlihat menitikan air matanya.

Aku sebagai pegawai baru bingung harus bagaimana, tapi aku juga tidak lupa untuk mengusap punggung Mela untuk menenangkan perempuan tersebut.

"Aku minta maaf." Hanya itu yang keluar dari mulut Mbak Mela.

"Nggak apa-apa mba, lain kali lebih hati-hati."

Setelah suasana kembali normal, semua tim langsung bubar dan bersiap untuk pergi ke restoran chineese di daerah Kemang untuk mengadakan meeting gabungan dengan divisi akunting.

"Sha, pusing ga hari pertama udah sibuk kaya gini?" tanya Hadi yang sedang membawa beberapa lembar laporan di tangannya.

Aku mengangguk perlahan. "Hm, lumayan. Udah biasa sih sebenernya meeting kaya gini di kerjaan sebelumnya."

"Dulu juga lo di divisi akunting, kan?" tanya Hana yang baru saja mengetik pesan di ponselnya.

"Iya."

"Gue rasa Mbak Mela harus mulai cuti, deh."

"Lho, kenapa?" tanyaku yang kurang mengerti maksud omongan Hadi barusan.

"Mbak Mela lagi hamil, Sha."

"Oh gitu, nggak keliatan tapi."

"Baru dua bulan sih, emang belum keliatan," Tukas Hana.

"Duh kasian bayinya kalo ibunya sibuk kaya gini. Pasti Mbak Mela sekarang lagi banyak pikiran."

Kita pergi ke Kemang menaiki mobil Hadi, kata Hana mobil Hadi baru ganti dua hari yang lalu, jadi kita harus langsung nyobain mobilnya.

"Nyicil yang berapa tahun lo?" tanya Hana saat baru saja masuk mobil dan duduk di kursi penumpang—yang sandaran kepalanya masih terbungkus plastik.

"Enak aja. gue beli cash ya, malu dong anak HMA masa beli mobil aja nyicil." Tukas Hadi sembari memasangkan seat belt.

LeavesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang