Dia Datang [03]

151 91 48
                                    

- Selepas Senja -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- Selepas Senja -

Ayana terlihat duduk melamun di depan meja kasir. Kedua matanya menyorot lurus ke arah pemandangan toko yang entah mengapa tidak terlalu ramai hari ini. Terkadang ia menoleh menatap sembari tersenyum ke arah Alenha yang sibuk berbincang dengan kekasihnya. Tak ada rasa iri maupun dengki. Ayana hanya merasa seolah ingin kembali memutar waktu dan menuju ke masa lalu. Dimana Senja masih setia di sisinya dan tak pernah pergi meninggalkannya.

"Ayana, jangan kebanyakan melamun." Ayana tersenyum. Menatap ke arah Alenha yang entah sejak kapan sudah berdiri tepat di sebelah dirinya. Perlahan sebuah gelengan kepala Ayana berikan guna menyanggah penuturan Alenha. Ia memang tak sedang melamun. Ia hanya sedang berangan-angan jikalau saja Senja tak pernah benar-benar tiada.

"Aku akan memeriksa stok roti di dalam dan mengeluarkannya beberapa. Hari ini sepertinya tidak terlalu ramai, jadi kau bisa lebih bersantai." Tutur Alenha begitu perhatian pada sahabat baiknya. Ayana hanya menganggukkan kepalanya tanpa bersuara. Membiarkan Alenha berjalan masuk ke dalam sebuah ruangan yang memang tersedia sebagai tempat untuk menyimpan roti yang belum terjual.

"Selamat pagi." Ayana mendongakkan kepala. Seketika kedua matanya melebar sempurna. Ia bahkan beberapa kali terlihat mengusap kedua mata guna mempertajam penglihatannya. Tidak, kedua matanya tak sedang bermasalah. Ia melihat dengan jelas sosok tampan itu nyata berjalan tepat menuju ke arahnya. Sosok itu, sosok yang selama tiga tahun ini begitu di rindukannya. Kini dia telah berdiri tegak tepat di hadapannya.

"Nona, aku pesan sepuluh kotak roti coklat dan juga keju sekarang. Apa kau bisa melakukannya? Aku akan menunggu disana." Ayana masih membatu di tempatnya. Bibirnya terlalu kaku untuk sekedar berkata iya. Dimas yang menyadari hal itu kini mulai berjalan mendekat ke arah Ayana. Pria tampan itu tersenyum berharap agar pelanggan yang datang saat itu tak terganggu dengan sikap aneh yang tiba-tiba saja Ayana tunjukkan.

"Silahkan menunggu disana selagi pesanan anda kami siapkan. Apakah anda mau minum sesuatu selagi menunggu?" Dimas bertanya ramah. Ia tidak mengingkari perkataannya untuk membantu Alenha bekerja. Bahkan ia terlihat sangat mahir dalam menangani pembeli seperti saat ini. Mungkin itu juga karena ia sudah terlalu sering membantu Alenha dan juga Ayana di toko roti ini.

"Ja, Senja." Dimas yang tidak mengerti hanya mampu mengedipkan kedua matanya. Menatap bingung ke arah Ayana yang tiba-tiba saja beranjak dari tempat duduknya dan berjalan cepat memeluk pembeli yang bahkan belum sampai ke tempat duduknya. Ayana terisak dengan kedua tangan yang melingkari tubuh pria tampan itu dari arah belakang. Namun sepertinya pria itu terlihat sangat tidak nyaman dengan apa yang sudah Ayana lakukan.

"Maaf, sepertinya anda salah orang. Senja, aku tidak mengenalnya." Ayana semakin terisak kala kedua tangan pria itu berusaha melepaskan lingkaran tangannya secara paksa. Dimas yang melihat hal itu segera berdiri tepat di depan Ayana. Mencoba untuk berjaga dan melindungi Ayana dari pria asing yang tak pernah di lihat olehnya.

Selepas Senja [✔] - Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang