02 | Lost My Home, Twice

26 7 8
                                    


     Jayden yang melihat keberadaan Megan dari kejauhan mulai bergegas menaiki panggung kecil di café tersebut sembari menenteng gitarnya. Ketika Megan masuk ke café tersebut Jayden menarik napas dalam-dalam dan mulai menyanyikan satu lagu, yang menurutnya menggambarkan perasaannya untuk Megan, The One oleh Kodaline. Itu adalah kejutan yang sudah direncanakannya dari seminggu lalu. Saat bernyanyi mata Jayden tak pernah lepas dari sosok gadis yang di kaguminya selama ini. Ketika Megan menatapnya kembali, kemudian tersenyum dengan lebar, jantung Jayden seperti berhenti berdetak.

Tell me, tell me that you want me,
And I'll be yours completely
For better or for worse.
I know, we'll have our disagreements,
Be fighting for no reason.
I wouldn't change it for the world.
Cause I know the first day that I met you
I was never gonna let you,
Let you slip away.
And I still remember feeling nervous
And trying to find the words to get you here today.
You make my heart feel like it's summer
When the rain is pouring down.
You make my whole world feel so right when it's wrong
That's how I know you are the one.
That's why I know you are the one.

"Yes, that's how I know you are the one, Megan Peddinford."

     Sorakan penonton terdengar ketika Jayden turun ke bawah panggung dan memeluk Megan erat, keduanya merasakan detak jantung masing-masing berpacu dengan cepat. Hari itu adalah salah satu hari paling bahagia buat mereka berdua, "Aku jadi pacar kamu sekarang?" bisik Jayden pelan ke telinga Megan. "Iya kak, aku pacar kamu." balas Megan dengan pipinya yang sudah memerah.

Keduanya tidak menyangka, perasaan mereka ternyata selama ini sama.

     Kata Jayden, Megan Peddinford adalah gadis satu-satunya yang terpilih untuknya. Namun, kenapa dalam satu hari, ia sudah mengingkari perkataannya? Tiba-tiba malam setelah kejadian itu, sebuah notifikasi pesan masuk ke ponsel Megan, itu Jayden. Namun isi pesan itu membuat Megan terkejut.

Meg, gue sebenernya pacaran sama lo cuma taruhan doang, pacar asli gue itu Acha dan yang kirim menfess lo tuh dapet beasiswa, model fisik doang itu juga gue. Thank you and good bye!

Dua kalimat itu berhasil menghancurkan hati Megan.

***

     Sesosok gadis kini sedang berlari di koridor rumah sakit dengan mukanya yang tampak sangat khawatir, beberapa bulir air mata terlihat di kedua pipinya. Baru saja gadis itu pulang dari kampusnya saat menerima kabar buruk ini. Gadis itu akhirnya berhenti di depan sebuah ruangan, R-127 dan ia langsung menerjang masuk. "A...Ares, ini bukan Ares kan? ka..kamu kenapa begini res? Ngga lucu res..." rintih gadis itu dengan pilu ketika melihat tubuh kekasihnya yang sudah terbaring lemah. Ia melihat tubuh Ares yang sudah dipasang berbagai peralatan rumah sakit, tanda betapa serius penyakit yang diderita Ares.

     Megan, gadis itu yang kini sedang menangisi kekasihnya yang kondisinya sudah sangat mengenaskan. Beberapa menit lalu, gadis itu menerima kabar dari Rumah Sakit bahwa Ares mengalami kecelakaan tabrak lari, seharusnya Ares bisa diselamatkan. Namun selama ini, Ares menyembunyikan fakta bahwa ia juga mengidap penyakit kanker. Kecelakaan ini semakin memperpendek umurnya, mungkin hanya sekitar satu minggu lagi, kata dokter. Dokter itu akhirnya pamit untuk mengurus pasien lain dan membiarkan Megan bersama dengan Ares. Kedua orang tua Ares yang saat ini sedang berada di luar negeri, mengambil penerbangan tercepat ke Jakarta setelah menerima kabar dari Megan.

     Setelah dokter itu pergi, Megan duduk di sebuah bangku di sebelah ranjang rumah sakit Ares. Tangannya meraih tangan Ares dan memegangnya dengan gemetar, air matanya menetes membasahi telapak tangan Ares "Res, aku mohon... bangun, Jangan tinggalin aku ya? Kamu kemarin janji sama aku, KAMU JANJI RES! Kamu bilang, my home is where your heart is, babe, jadi tolong tepatin janji kamu, ya? Jangan pernah jauh dari rumah kamu sendiri, Res. JANGAN BOHONG ARES!"

Dalliance : I Love You But I'm Letting Go (COMPLETE - CERPEN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang