31. Tak Berniat, Tapi Ingin

160 12 1
                                    

"Kenapa kamu datang? Bukannya kamu disuruh pacarmu buat jauhin aku?" Ucap Karina dengan mata yang basah.

&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&

Begitu Huni tiba di tempat tinggal Karina, pintunya sudah terbuka tapi tak ada seberkas cahaya muncul di dalam sana. Perasaannya sempat ragu melihat suasana sekelilingnya juga senyap, memang suasana di kota selalu merasa orang yang sendirian lebih merasa sendirian.

Huni pun melangkahkan kakinya, meski ia ragu tapi firasatnya yakin Karina ada disana, dan butuh pertolongannya.

"Karina!" Teriak Huni, tapi tak ada balasan, yang terdengar hanya suaranya yang menggema.

"Karina!" Panggilnya lagi sambil berkeliling, melihat kesana kemari. Hingga akhirnya ia menemukan saklar lampu, segeralah ia tekan saklar tersebut tanpa pikir panjang.

Satu jentikan jari bisa membuat seisi ruangan menjadi terang.

Tapi...
Apa ini?
Semuanya berantakan, semuanya berserakan.
Namun seterang ini Huni belum menemukan Karina.

Huni lalu pergi ke sebuah kamar, mungkin saja Karina ada disana tapi ternyata begitu Huni masuk yang ada hanya ruang yang penuh barang tanpa penghuni.

Disana juga berantakan, tempat ini benar-benar tampak seperti kapal pecah.

"Karina!" Teriaknya lagi yang kini berjalan menuju kamar mandi. Huni sebenarnya berjalan begitu saja, mengikuti arah kaki membawanya pergi tanpa perlu pikir panjang dan banyak menerka.

"Karina!" Teriak Huni, yang kali ini berteriak karena akhirnya melihat sosok Karina.

Tapi teriakannya itu juga sebagai ungkapan rasa terkejutnya, melihat Karina berada di dalam bath tub mandi dengan air yang merah. Tubuhnya tenggelam, tapi tidak dengan kepala Karina sehingga Huni masih bisa dengan jelas melihat wajah Karina dengan mata yang tertutup.

Raut wajahnya seolah menunjukkan kesakitan.

Huni pun berjalan menghampiri Karina dengan tergesa, hingga tak sengaja dirinya menginjak ponsel Karina hingga terpeleset. Ponsel itu terletak cukup dekat dengan pintu, seolah Karina melemparnya sebelumnya masuk ke bath tub.

"Karina" panggil Huni dengan suaranya yang gemetar.

Melihat temannya bersimbah darah yang telah larut dengan air, membuatnya sedikit takut, takut ia kehilangan Karina.

Huni kemudian mengecek pernapasan wanita itu, meski sedikit takut jika Karina benar-benar sudah pergi dan fakta bahwa Huni terlambat menyelamatkannya.

"Syukurlah" kata Huni begitu merasakan napas Karina yang pelan dan detak jantungnya yang samar-samar terasa.

Secepatnya Huni menggendong Karina, ia membawa perempuan itu ke kamarnya. Ia juga dengan cekatan mengambil peralatan peralatan seadanya untuk melakukan pertolongan pertama.

Huni mengambil sebuah kain panjang yang biasa disebut slayer, untuk mencoba menghentikan pendarahan pada pergelangan tangan kiri Karina.

Setelah itu Huni memanggil ambulance untuk segera datang, agar Karina bisa dirawat lebih intensif.

Tapi, sambil menunggu. Huni mencoba membersihkan tubuh Karina yang basah, setidaknya ia bisa menutupi badan Karina yang hanya memakai sport bra dan celana pendek. Ia tak ingin teman perempuannya ini dilihat oleh orang lain, dengan keadaan yang seterbuka ini.

Huni lalu mengambil sekenanya baju milik Karina di dalam lemari, ia lalu berjalan kembali dan membawakan Karina kaos dan juga rok yang mungkin kira-kira panjangnya selutut.

3. SO, LET'S LOVE [Sunghoon x Wonyoung] END 💨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang