Mimpi

11 4 1
                                    

Maudy POV

Sore itu aku sibuk mematut diri di depan cermin. Memakai blouse pink favoritku dan celana jins
panjang. Sambil menyisir rambut, tiba tiba terdengar klakson mobil di depan rumah.

"Temanmu sudah datang tuh," ibuku memanggil dari luar kamar.
"Iya Ma, sebentar." Buru-buru aku menyambar tas yang sudah kusiapkan sebelumnya.
"Pamit ya Maa, Paa.. Assalamu'alaikum."
"Waalaikumsalam, jangan kemalaman ya," Mama mengingatkan.
"Kalau lewat dari jam10, nanti Papa kunci pintunya." Papa menambahkan.
"Iya iyaaa.." Jawabku sambil berlari keluar.

"Maaf lama nunggu ya," kataku sambil nyengir pada sahabat ku Nana.
"Pasti kelamaan bengong deh kamu Mod."
"Ih enak aja, dah yuk berangkat ntar telat. Kan harus jemput Inda sama Windi dulu." Ajakku
pada Nana.
"Kayaknya pas kok waktunya, kalau ga mampir-mampir lagi. Kota kita kan ga bakalan ada
macet Mod." Kata Nana sambil melirik jam di tangan kirinya yang menunjukkan pukul 18.45
WITA.
Aku hanya tertawa mendengarnya. Kota kami memang hanya sebuah kota kecil yg terletak di
tengah pulau Dewata.
Akhirnya mobil sedan merah itu pun berjalan perlahan.

Setelah menjemput dua orang lagi, lengkaplah sudah Genk kami.
Walaupun sudah tidak satu kelas seperti di kelas 10 dulu, tapi kami masih sering bertemu.
Aku dan Windi masuk jurusan IPA, sedangkan Nana dan Inda ada di jurusan IPS.

Minggu lalu saat jam istirahat kami menyempatkan waktu untuk makan bersama di kantin. Aku
sangat rindu berkumpul dengan mereka, karena sejak naik kelas 11 kami tidak terlalu sering
nongkrong bareng di kantin saat jam istirahat.
Aku sendiri tidak terlalu akrab dengan teman sekelas ku. Aku merasa lebih nyaman bersama
sahabat-sahabat ku ini.

Saat makan di kantin langganan, kami bertemu Nico, salah satu siswa yang kaya dan populer di
sekolah. Dia temanku dari SD dan teman sekelas kami di kelas 10.

"Eh kalian ini memang ga bisa dipisahkan ya? Udah beda kelas juga masiih aja bareng." Nico
mulai ngajak ribut.
"Sirik aja deh, mending traktir kita aja Co," jawab Inda cuek.
"Yasudah daripada ngambek, nih buat kalian." Nico memberikan 4 buah amplop kecil kepada
kami.
"Apaan nih?" Tanyaku penasaran.
"Undangan ulangtahun ku Minggu depan. Aku cuma ngundang orang2 tertentu aja lho! Jadi kalian harus dateng. Dandan rapih, siapa tau dapet gebetan di pesta nanti. Hahaha." Nico
tertawa keras mengejek kejombloan kami.
"Ah bodo amat masalah pacar, yang penting kita makan enak. Jangan lupa siapin makanan yg
banyak ya Co, kita gampang kelaparan." Tukas Windi.
"Ga perlu bawa kado kan, kamu ga kurang apa-apa juga." Kata Nana sambil senyum-senyum.
"Iya yang penting kalian dateng, biar seru. Ok!"
"Siap bos!" Jawab kami serempak.

Akhirnya kami sampai di rumah Nico yang megah. Terlihat barisan motor dan beberapa mobil
yang berjajar rapi di luar rumah. Setelah memarkir mobil, kami masuk dan terheran karena Nico
menyulap halaman rumahnya yg luas menjadi cafe outdoor yang indah. Kami yang agak
kampungan ini hanya bisa kagum dalam hati.
Nico menyambut kami dan beberapa teman lainnya.
"Akhirnya dateng juga kalian. Kirain ga bakalan dateng. Udah sana cepetan duduk, pilih meja
yang mana aja bebas. Acaranya udah mau dimulai."

Kami pun segera duduk di salah satu meja yg kosong.
Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling tempat acara. Memang benar, Nico hanya
mengundang anak-anak yang cukup populer di sekolah.
"Celingukan nyariin sapa sih Mod?" Tanya Inda sambil mencolek bahuku.
"Kayak ga tau aja sih Nda, ya pasti si Bima laahh.." sahut Nana sambil nyengir jahil.
"Tuh pas banget orangnya duduk di meja belakang kamu tuh Mod." Celetuk Windi sambil
mengarahkan dagunya ke arah Bima.
"Mukanya biasa aja doong.." goda Inda yang melihat wajahku yang memerah begitu nama Bima
menjadi topik obrolan kami.
"Ih biasa aja kok," sanggahku sambil berusaha menengok ke arah yang ditunjuk Windi.
Saat melakukannya aku mengutuk dalam hati karena entah bagaimana Bima juga sedang
melihat ke arahku. Dan dia tersenyum. Aku yang terkejut langsung membalikkan wajah ke arah
muka-muka jahil sahabatku yg siap menggodaku habis-habisan.
Untungnya acara malam itu dimulai, tiup lilin, sesi foto dan lainnya.

Tentang Waktu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang