"Maudy," panggilku pada gadis di sebelah ku yang berubah menjadi pendiam sejak kami meninggalkan restoran tadi.
"Aku mau cerita tentang Rila, kamu mau dengerin kan?"
Dia menatapku. Akhirnya aku berhasil mendapatkan perhatian nya lagi. Tak apalah ku ceritakan saja tentang masa lalu ku itu. Cepat atau lambat dia harus mengetahui nya.
Aku melirik jam tanganku, masih banyak waktu. Ku tepikan mobil di tempat yang tidak terlalu ramai.
"Kenapa berhenti Bim?"
"Gapapa, biar fokus aja ceritanya," jawabku.
Maudy hanya mengangguk paham.
Aku pun menceritakan kejadian 2 tahun yang lalu.
Saat aku masih menjadi mahasiswa di sebuah kampus negeri di Bali.
Hari-hariku berjalan seperti biasa. Kegagalan tahun lalu saat tes penerimaan Taruna karena kurang umur membuat ku memilih untuk berkuliah terlebih dahulu.
Aku memilih jurusan Olahraga. Ya, kupikir aku akan tetap bisa menjaga kondisi fisik ku untuk seleksi Taruna tahun depan sambil menuntut ilmu di jurusan ini.
Sampai gadis itu muncul lagi. Rila namanya.
Dia adalah salah satu adik kelas saat SMA. Dulu dia pernah mendekati ku saat sekolah. Aku tak pernah memperdulikan nya. Karena aku memang tidak punya rasa untuk nya.
Rila adalah seorang gadis yang cantik dan cukup populer di sekolah. Aku pun tak habis pikir kenapa dia bisa tertarik padaku.
Yang aku tidak tahu ternyata ia juga sangat keras kepala.
Malam itu aku menghabiskan waktu dengan belajar di kamar kostku.
Sudah semingguan ini Rila terus mengirimiku pesan. Entah darimana ia mendapat nomor ponselku. Berkata kalau ia rindu dan ingin bertemu. Aku hanya sekali membalas pesannya agar ia tidak menggangguku lagi. Karena aku ingin fokus belajar untuk seleksi nanti.
Tiba-tiba ada yang menelpon. Rila.
Aku sebenarnya malas bicara dengannya. Tapi dia menelpon berkali-kali. Jadi aku pun mengangkat nya.
"Halo,"
"Mas Bima, aku ada di depan kostmu." Katanya yang tentu saja membuat ku terkejut.
"Kamu ngapain malam-malam kesini? Kenapa kamu tau alamat ku?"
"Aku pengen ketemu kamu Mas, aku tunggu. Aku ga akan pulang sampai Mas mau ketemu aku." Ujarnya sambil menutup telepon.
Aku melihat jam di ponselku. Kenapa malam-malam begini dia berani datang kesini. Kota ini terlalu jauh dari wilayah rumah kami. Aku memijit kepala ku yang tiba-tiba terasa sakit.
"Ada apa malam-malam gini La? Kamu kesini sama siapa? Kok nekat banget? Aku kan sudah bilang ga usah cari aku lagi!" Omel ku pada gadis itu. Pada akhirnya aku memutuskan untuk menemui nya. Hanya sebagai seorang kakak kelas yang mengkhawatirkan adik kelas nya.
Kulihat ia tersenyum senang melihat ku.
"Aku kangen Mas Bima. SMS ku kenapa ga pernah dibalas. Aku jadi harus jauh-jauh kesini kan?" Ujarnya manja.
Itu salah satu alasan aku tak bisa menyukainya.
"Sekarang sudah lihat, aku sehat-sehat aja disini. Jadi kamu bisa pulang sekarang." Kataku tegas.
"Aku ga mau pulang. Aku nginep di kost saudara aku di dekat sini. Besok aku datang lagi ya," balasnya yang membuat ku bertambah bingung.
"Rila, kamu itu.. Aku ga mau dan ga bisa ketemu kamu lagi. Besok pagi lebih baik kamu pulang dan jangan ganggu aku lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Waktu
ChickLitKata orang, waktu akan membuat kita lupa? Bertahun aku menyimpan rasa dan bertahun juga aku berusaha tidak memikirkannya lagi. Nyatanya nama itu tetap ada di hatiku. - Maudy Khalisa Bahkan waktu pun tak pernah bisa mengubah ku. Aku yakin ini saatnya...