Tak Bisa Melepaskan Pandanganku Darimu [1]

1091-1100

Bab 1091: Wanita Itu yang Paling Tidak Bersalah

"Apakah kamu sudah mencarinya? Apakah Anda tahu di mana rumah wanita itu? Seorang wanita yang meninggalkan suaminya akan pulang," kata Jiang Yao.

"Saya tidak tahu ke mana harus mencarinya. Saya mendengar bahwa dia berasal dari Provinsi A, tetapi alamat pastinya tidak mudah ditemukan. Apalagi Provinsi A sangat besar. Di mana saya akan menemukannya? Si bodoh memang pergi ke Provinsi A pada awalnya. Saya mendengar bahwa dia mencari di banyak tempat selama lebih dari sebulan sebelum dia kembali tanpa uang sepeser pun. Setelah dia kembali, dia menunggu di luar rumahnya setiap hari. Dia tidak pergi ke mana pun dan tidak melakukan pekerjaan apa pun. Kemudian, dia berlari ke stasiun kereta api dan stasiun bus untuk menunggunya. Dia menghabiskan waktunya bolak-balik antara stasiun kereta api dan stasiun bus. Saat itu, dia bahkan tahu bahwa dia harus pulang pada malam hari. Setelah sekian lama, dia tidur di terminal bus dan tidak pulang. Kemudian, dia secara bertahap menjadi seperti itu. Dia mengabaikan semua orang seolah-olah dia bahkan tidak mengenali ibunya sendiri."

Setelah Lu Xiaoxiao mengatakan itu, dia mengangkat bahu. "Itulah kisah si bodoh dan ibunya. Apakah Anda masih berpikir bahwa dia menyedihkan? Saya percaya bahwa anak yang dikubur hidup-hidup adalah yang paling menyedihkan. Apa yang salah dengan anak itu? Dia masih sangat muda, namun dia harus menanggung rasa sakit karena dikubur hidup-hidup. Itu bahkan lebih kejam daripada memberi anak itu semangkuk racun tikus."

"Saya telah melihat orang-orang memberikan anak perempuan mereka karena mereka tidak menginginkannya. Sangat jarang seseorang mengubur putri mereka hidup-hidup," kata Jiang Yao. "Sepertinya mereka memang pantas mendapatkannya."

"Wanita tua itu juga seorang wanita, dan dia membenci cucunya? Bukankah dia dulu seorang gadis muda?" Lu Xiaoxiao berkata, "Temanku berkata bahwa seorang tetangga pernah meminta wanita tua itu untuk membantu melahirkan bayi. Ketika dia melihat bahwa itu adalah bayi perempuan, dia bertanya kepada tetangga apakah dia masih ingin tali pusarnya dipotong atau apakah mereka membiarkan bayi itu mati sendiri? Kemudian, mereka tidak meminta wanita tua itu untuk membantu persalinan lainnya. Mereka takut wanita tua itu akan menghasut ibu mertua lainnya untuk membunuh cucu perempuan mereka."

"Orang-orang seperti itu sangat langka."

Lu Yuqing tahu mengapa Lu Xiaoxiao membenci mereka yang lebih menyukai anak laki-laki daripada anak perempuan. Itu karena Lu Xiaoxiao adalah putri tunggal ayahnya. Sejak ibu Lu Xiaoxiao meninggal, tak terhitung banyaknya orang yang menyebutkan bahwa sayang sekali bahwa dia perempuan, dan mereka selalu mengatakannya di depan Lu Xiaoxiao. Kemudian, mereka juga mendesak ayahnya untuk menikah lagi agar memiliki seorang putra untuk meneruskan garis keluarga.

Ketika Lu Xiaoxiao masih muda, dia takut ayahnya akan menemukan ibu tiri untuknya. Kemudian, ibu tirinya mungkin melahirkan adik laki-laki. Setelah itu, dia tidak lagi berhubungan dengan keluarga itu.

"Orang bodoh itu sangat mencintai istrinya. Ia pun mengalami pukulan hebat karena kepergian istrinya. Namun, itulah yang pantas dia dapatkan. Dia memintanya. Ketika wanita tua itu berkata bahwa dia ingin membuang anak itu, dia seharusnya sedikit lebih keras untuk melindungi anak itu. Istrinya tidak tahan dengan pembunuhan putrinya, jadi dia meninggalkan keluarga itu. Dia terlalu bodoh untuk mengetahui bagaimana mencintai putrinya." Jiang Yao melengkungkan bibirnya. "Dia tidak layak mendapat simpati kita. Istri dan anaknya adalah orang-orang yang tidak bersalah. Istrinya pun tak segan-segan mengambil keputusan meninggalkan keluarganya untuk menikah dengannya. Dia seharusnya bisa mengandalkannya. Jika dia tidak tahu bagaimana melindungi istri dan anaknya, maka mereka tidak akan memiliki orang lain untuk mendukung mereka di dunia ini."

Setelah mereka mendengarkan apa yang dikatakan Lu Xiaoxiao, semua orang mengerti mengapa dia mengatakan bahwa si bodoh dan ibunya pantas mendapatkannya. Itu adalah karma. Setiap orang harus menghadapi konsekuensi dari apa yang mereka lakukan.