[Bagian 01-3] Kehilangan & Pertemuan

14.3K 1K 31
                                    

"Hubungi aku kalau kau mengalami kesulitan," ucap Prama diikuti senyuman.

Aku mengangguk, berpegangan pada pinggang pengawal yang kutumpangi kudanya. Pandanganku beralih pada Nenek Eona yang tak lelah memintaku untuk tetap tegar. Setelahnya, si pengawal berjanggut merah itu menggerakkan tali kekangnya agar kuda mulai melangkah. Aku menarik napas dalam-dalam ketika enam pengawal membawaku menuju istana. Bangunan-bangunan di Dimecres yang bergerak cepat ketika kuda berlari perlahan berganti menjadi pemandangan rimbunan pepohonan.

Perlahan-lahan, jalan berbatu yang sebelumnya sepi mulai ramai oleh orang-orang yang hendak beraktivitas di Divendres, atau ingin pulang ke kediamannya setelah urusannya rampung. Tidak perlu seharian untuk mencapai Divendres, apalagi seperti kami yang menggunakan kuda. Divendres, ibu kota Brillantor sekaligus tempat istana kerajaan berdiri megah, dikelilingi oleh lima wilayah bagian Brillantor: Dimecres, Dimarts, Camisa, Dissabte, dan Setmana. Dilluns satu-satunya wilayah yang paling jauh letaknya dari Divendres karena untuk mencapainya harus menyusuri jalan sepanjang perbatasan antara Dimarts dan Dimecres.

Begitu manikku menemukan papan kayu bertuliskan "Divendres", kenangan bersama ibuku muncul seketika. Kala itu usiaku masih lima tahun ketika mengunjungi Divendres untuk kali pertama. Kami menumpang kereta kayu yang memasok persediaan obat-obatan ke Divendres. Kebanyakan obat dijual ke pasar, namun terkadang pihak kerajaan meminta kami mengirimkan bahan racikan yang bagus dan segar. Tapi itu jarang terjadi karena Ibu Suri lebih senang menyuruh tabib istana mencari tumbuhan sendiri. Saat aku pertama kali datang ke Divendres, ibuku masih aktif menjadi tabib di Dimecres. Beliau sengaja datang ke Divendres untuk memberi masukan pada temannya yang lebih dulu menjadi tabib istana. Tepat ketika temannya meninggal, barulah ibuku masuk istana. Mungkinkah kali ini giliranku?

"Sebentar lagi kita akan tiba," suara pengawal berjanggut itu membuyarkan lamunanku.

Wajahku terangkat, menemukan tembok tinggi yang disusun dari batu kali. Dua penjaga berdiri tegap dengan tombaknya di kedua sisi pintu gerbang. Selagi pengawal berjanggut berbicara pada salah satu penjaga gerbang agar pintu dibukakan, mataku menemukan parit yang mengelilingi istana. Kelihatannya cukup dalam ketika kami berlalu melewatinya. Tepat ketika masuk area istana, bendera Brillantor menyambut kami. Kain berwarna biru tua dengan segitiga emas di tengahnya berkibar agung di tengah kolam ikan yang dikelilingi taman cantik nan mewah.

Sayangnya pengawal yang membawaku tidak menghentikan kudanya dan memilih untuk berbelok ke kiri, menuju lapangan tempat banyak prajurit berlatih. Dia berhenti tak jauh dari bangunan bertingkat dua. Tampak dari jendela yang terbuka lebar itu, ada tribun besar di dalamnya. "Mari, saya bantu Anda turun," tegur pengawal berjanggut itu setelah melompat. Dia memanggil salah satu prajurit yang baru saja istirahat dari menggotong karung pasir untuk memegangi tali kekang kuda agar tidak bergerak selagi aku turun.

"Terima kasih," setelah berhasil menjejaki tanah istana, pengawal berjanggut kemerahan itu memintaku untuk mengikutinya. Tidak ada percakapan di antara kami. Dia bahkan tidak menjelaskan bangunan berlantai-lantai yang kami lewati atau memberitahu arah tujuan kami setelah melewati beberapa koridor dan puluhan anak tangga hingga berhenti di lantai tiga. Saat tiba di pintu besar dengan ukiran bunga di gagangnya, maniknya baru menatapku lurus-lurus.

"Hanya sampai di sini saya bisa mengantar," pamit lelaki itu sambil menundukkan kepalanya dengan sopan dan membukakan pintu untukku.

Aku mengangguk sembari mengucapkan terima kasih untuk kesekian kalinya. Begitu memasuki ruangan, harum rempah-rempah bercampur lembaran buku tua mendominasi indra penciumanku. Ruangan luas bercat putih dengan enam rak besar berisikan puluhan buku berbagai ukuran bersandar di masing-masing dinding. Dekat jendela ada sederet tanaman dalam pot kecil seperti golden pothos, aloe vera, peace lily, heart-leaf philodendron, bunga krisan, kaktus, dan banyak lainnya.

The Darkest Ray : AfsheenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang