16 | Per(misi)

251 27 4
                                    

"Lapan kenapa gak biarin aja Bintan pingsan di lapangan,"

Ucapan Bintan membuat langkah Lapan terhenti diambang pintu UKS. Lapan masih aja diem, enggan membalikkan badan.

"Beberapa hari yang lalu Lapan kayaknya jijik banget sama Bintan, apalagi sekarang Lapan tau kalo Bintan orangnya... Menurut Lapan Bintan murahan ya?"

Lapan bungkam dengan tangan yang mulai terkepal.

Bintan ketawa miris. Miris dengan alur hidup yang harus dia terima. Bahkan yang lebih menyedihkannya adalah Bintan gak tau gimana cara mendefinisikan kata 'bahagia' itu seperti apa. Ya karna selama dirinya hidup, yang namanya kebahagiaan itu gak pernah ada.

"Iya. Yang Lapan liat di club malam waktu itu, orang itu emang Bintan. Lapan gak salah kok."

Seraya berdehem guna menetralisir tenggorokannya yang dirasa kering, Lapan mulai menanggapi ucapan Bintan. "dari sekian banyaknya pekerjaan halal, kenapa lu milih pekerjaan itu?"

"Kenapa Lapan peduli?"

Skakmat!

Kini, Lapan membalikkan badan dengan mata memerah menahan amarah. "gua bukannya peduli, tapi kasian liat lu. Jadi gausah geer!"

"Bintan juga gak butuh rasa kasian dari orang lain, apalagi orangnya itu Lapan,"

"Nyesel gua bawa lu kemari. Bener kata lu, aturan tadi gua diemin aja lu di lapangan biar lu jadi ikan asin sekalian,"

Bintan menahan tawa. Sesarkas-sarkasnya omongan Lapan, tapi gatau kenapa Bintan ngerasa lucu aja dengernya. "Lapan tau enggak, jadi Bintan itu gak enak. Di kelas Bintan suka dijailin, termasuk sama Lapan. Di rumah dimarahin terus sama ibu, katanya kalo Bintan mau jadi anak berguna Bintan harus kerja,"

"Jadi yang nyuruh lu kerja di club itu, emak lu?" Lapan mulai tertarik dengan curahan Bintan.

"Ibu, Lapan bukan emak!" selanjutnya Gadis itu mengangguk mengiyakan.

"Ye sama aja oon, sama-sama bunda artinya. Nah lu kenapa kagak tolak aja permintaan ibu lu terus nyari kerjaan yang layak ame halal, kan banyak,"

Bintan menghembuskan napas, lelah. "Bintan udah nolak kok, tapi Bintan malah kena pukul sama teteh tiri Bintan, nih Lapan liat jidat Bintan,"

Spontan Lapan mendekat, mencondongkan badannya dengan kepala sejajar dengan gadis itu. Diliatnya lekat-lekat jidat Bintan. "benjol?"

Bintan ngangguk. "gak ilang-ilang benjolnya. Awalnya Bintan kira teteh masukin batu ke kepala Bintan makanya bisa kayak gini,"

Jujur aja Lapan kasian ngeliat kondisi Bintan. Dia jadi ngerasa bersalah karna udah ngehakimi gadis polos itu. Mungkin dari sini perlahan pandangan Lapan berubah terhadap Bintan.

Masih dengan posisi yang sama dan dengan pacuan jantung yang sama-sama berpacu dengan brutal. Lapan buru-buru menjauh dengan tangan yang dia masukin ke saku celananya. "ehm! yaudah, gua pergi dulu."

Baru aja mau keluar dari ruangan itu, badan Lapan auto berbalik lagi. "Bintan!" panggilnya.

Bintan nengok. "Iya?"

"Lu bakalan baik-baik aja. Gua tau lu kuat, ye walaupun lu oon."

Abis itu Lapan beneran pergi, Bintan tersenyum sambil geleng-geleng kepala.
_______________

[Whatsapp roomchat]

Deka :
Bango oh bango kenapa engkau kurus!

Si aming🐒 :
Macam mane aku tak kurus deka tak na timbol (2x)

Deka :
Lu ngapain si?

Dari pintu IPS || 97LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang