Extra: Flower Crown

1.4K 204 11
                                    

~Happy Reading~

Masih terhitung empat hari lagi aku akan menikahi Kim Junkyu. Tidak lagi sendiri, dalam perjalanan aku menjadi seorang suami untuk teman lama ku yang hilang ingatan.

Tidak masalah, kami sudah bersikap seperti orang asing. Meski bagi ku sedikit menyakitkan. Lagi-lagi tidak apa karena aku butuh keping glauceus yang terakhir.

Semua ini hanya sementara waktu, Junkyu tewas disitulah aku akan menceraikannya.

Ugh! Jika salah satu dari kita tewas apakah bisa bercerai? Aku sungguh tidak tahu tentang pernikahan!

"Ayolah Haruto, berpikir, berpikir!"

Kepala ini kenapa mudah sekali untuk buntu. Aku perlu menuliskan kalimat lanjutannya. Kalimat yang perlu aku ucapkan lantang-lantang di seluruh tamu undangan.

Aku membencinya!

Bisakah kita lewati saja bagian baca janji pernikahan?

Sialan.

Tangan malah ini gemetar ragu. Oh ayolah, aku butuh kalimat untuk menuangkannya di kertas kosong ini.

Kim Junkyu (x)

Watanabe Junkyu, aku cinta padamu. Biarkan aku mencintai mu sampai maut memisahkan (x)

Mari tidur satu ranjang (x)

Aku akan menjadi ayah yang baik dari anak-anak kita (x)

Meja kerja ku sebagai korban gebrakan.

"Ini menjijikkan!" Jerit ku ketika kembali membaca rangkaian sebuah janji yang baru saja ditulis.

Apa-apaan ini?!

Helaan nafas ku menjelaskan semuanya jika aku depresi dengan semua ini /depresod:).

Ku tinggalkan semua pena dan secarik kertas di atas meja kerja yang terletak di ruangan pribadi milikku. Di kastil Opacity. Aku harus bertahan di neraka ini untuk beberapa hari selama proses pernikahan.

Aku butuh inspirasi.

Terasa berat untuk melangkah keluar, terlalu malas melihat sorot mata yang berpapasan selalu memperhatikan tubuh jangkung ini.

Apakah aku menarik? Oh tentu saja. Calon raja.

Mendaratkan pantat ku di bangku taman yang terletak di tengah-tengah kastil ini. Kemari berniat mencari inspirasi, tetapi malah tercipta pandangan kosong. Entah apa yang ku lamunkan. Diriku ini memang tidak jelas.

Lamunan itu tidak berlangsung lama, aku ditarik ke alam sadar setelah kaget karena tubuh ku menerima sebuah lemparan kerikil. Segera menoleh kesana kemari seperti orang bodoh hanya untuk mencari pelaku pelemparan kerikil pada calon raja.

"Jangan melamun" ah ternyata Asahi.

"Apa masalah mu? Tidak perlu melempari ku dengan batu" ku palingkan lagi wajah ini menghadap pada kolam ikan yang ada di depan.

"Tapi kau sangat cocok untuk dilempari batu" bajingan ini kenapa harus duduk di samping ku?!

"Memikirkan istri mu? Atau ... Kau yang belum siap menjadi suami?"

Lontaran kalimat itu membuat kuping ku tak terima menerimanya, "jaga lisan mu!"

"Mulut ku spontan mengatakannya. Lagipula kau sangat tidak meyakinkan untuk menikah" tidak usah mengharapkan kata 'maaf' darinya. Setelah mengatakan hal itu, tanpa beban dia pergi.

Sangat menjengkelkan, bukan?

Ya, itulah kami. Tidak pernah akur ... Hanya aku saja yang sulit akur bersama mereka bertiga. Sepertinya aku anak pungut.

The Last King Of Darkness {Harukyu}✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang