Him? Really?!

3.2K 91 14
                                    

Jasmine Point of View.

Namaku Jasmine, jangan berharap aku memberi tahu kalian nama lengkapku, sekarang usiaku 22 tahun. Aku bekerja sebagai sekretaris CEO RH Group, cukup muda di usiaku yang seharusnya masih duduk di bangku kuliah bukan? Tapi tidak, aku sudah lulus 2 tahun yang lalu. Dan yang ingin kusampaikan pada kalian semua. Jika kalian berfikir CEO RH Group, adalah seorang pria muda yang tampan dan arogan seperti kebanyakan novel-novel yang biasa kalian baca. Maka kalian tidak sepenuhnya benar.

CEO RH Group, Reon Heandrich memang tampan dan juga tentu saja sangat kaya. Tapi kalau masalah usia, bulan depan usianya 40 tahun, jadi sekarang dia masih 39 tahun. Berbeda 17 tahun dariku, sangat jauh bukan?. Kuharap kalian semua berhenti membayangkan seperti apa wajah atasanku. Jujur saja, itu sangat mengganggu dan membuang waktu.

Sekarang, aku duduk di kursi dengan mata memandang komputer. Aku harus memperbaiki dokumen-dokumen ini lebih dulu sebelum menyerahkannya pada Sir Reon yang terhormat. Setelah semuanya selesai, aku masuk keruangannya setelah mengetuk pintu.

Di hadapanku, pria itu duduk dengan kacamata yang berterger manis di hidungnya. Membaca laporan-laporan penting mengenai kemajuan perusahaan dan kenaikan harga saham. Aku yakin jika disuguhkan pemandangan seperti ini, wanita-wanita di luar sana pasti langsung meleleh. Tapi berbeda denganku, aku sudah melihat ini setiap hari.

"Maaf mengganggu anda sir."

Dia mengangkat kepalanya, menatapku. "Ada apa Jass?"

"Ini dokumen-dokumen yang harus anda tanda tangani." Aku meletakkan tumpukan kertas ini di meja.

"Baiklah, terima kasih." Pria itu tersenyum tipis.

"Kalau begitu saya permisi." Aku berbalik hendak undur diri dari hadapannya. Namun langkahku terhenti saat suaranya menginterupksi.

"Tunggu sebentar Jass!" Aku tahu Sir Reon pasti sangat lelah. Terlihat dari dia yang menghela nafas dan menyandarkan tubuhnya di kepala kursi.

"Apa anda masih memerlukan sesuatu Sir?"

"Secangkir kopi mungkin. Kertas-kertas ini membuat mataku sekarat."

"Baiklah saya akan membuatnya, tolong tunggu sebentar." Tanpa bertanya lagi, aku langsung membuat kopi pesanannya. Aku sudah tahu kesukaan atasanku ini jadi aku tidak perlu berbasa-basi lagi. "Ini kopinya Sir." Cangkir kutaruh di atas meja. Langsung diminum oleh Sir Reon. "Apa anda butuh yang lainnya?" Oke, kuharap kalian tidak salah mengartikan pertanyaanku ini. Karena aku bukan wanita penggoda. Memikirkan itu saja langsung membuatku jijik.

"Tidak, kau boleh pergi."

"Saya permisi Sir." Dan aku kembali ke mejaku. Menyibukkan diri dengan komputer.

Tidak terasa waktu telah berlalu dengan cepat, jam sudah menunjukkan waktu makan siang. Menemui Sir Reon, matanya tertutup padahal dia masih duduk di kursi. Posisi seperti itu pasti tidak nyaman. Sir Reon sangat mengantuk, kemarin dia baru tidur pukul 2 malam. Tidak tega membangunkannya, aku hanya duduk menunggu.

"Jass." Sir Reon terbangun, matanya memeriksa jam.

"Iya Sir?"

"Kau sudah makan siang?" Aku menggeleng dan wajahnya tampak sedikit terkejut. "Kalau begitu, ayo kita pergi makan sushi."

"Yeeeeyyy! Ah, maksud saya terima kasih Sir." Aduh! kenapa mendengar sushi saja, membuat sikap kekanak-kanakanku kembali? Apalagi ini masih jam kerja?! Sir Reon terkekeh, aku hanya menunduk. Menyembunyikan wajah, meruntuki diriku sendiri. Bodoh kau Jasmine!

"Sudah kubilang jika kita hanya berdua, kau bisa memanggil namaku."

"Maaf Sir tapi aku tidak ingin menimbulkan gosip."

Unpredictable FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang