Jasmine Point of View.
Manager yang diceritakan Grace itu, aku sudah melihatnya. Kuakui dia mempesona tapi tetap tidak sebanding dengan Sir Reon. Karena memang pada akhirnya, ruangan di hati dan otakku sudah dipenuhi dengan nama Reon Heandrich hingga tidak ada lagi tempat untuk yang lain.
Tuhan, bolehkah aku merasakan ini? Aku baru menyadari perasaanku pada Sir Reon, bahwa itu bukan kekaguman semata. Tapi, aku jatuh hati padanya. Entah sejak kapan menjadi seperti ini.
Berdiri di depan pintu ruangan CEO RH Group. Jantungku berdegup kencang, padahal aku belum mengetuk pintu. Mengapa jadi begini? Rasanya aku takut melihat Sir Reon. Menimbang selama 5 menit, aku putuskan untuk masuk. Memberikan dokumen yang harus dia periksa, dan mengingatkan jadwal rapat. Aku harus menahan nafas begitu melihatnya berkutat dengan kertas-kertas itu. Semakin hari Reon terlihat semakin tampan dan itu membunuhku. Perbedaan usia di antara kami bahkan tidak membuat perasaan ini surut. Aku benar-benar membutuhkan dokter.
"Selamat pagi Sir." Dia melihatku dan apa yang kubawa.
"Pagi Jass. Letakkan saja di meja." Aku meletakan dokumen itu di meja dan mengambil buku agenda.
"Sir, jam 1 siang sampai jam 3 nanti, ada rapat dengan pimpinan FL Group mengenai proyek kerjasama kita. Dan jam 4 sore juga ada rapat penting dengan staf perancang." Ujarku
"Jadi aku masih punya waktu bebas 1 jam." Sir Reon tersenyum, membuatku menahan diri tidak merona.
"Iya Sir." Jawabku seraya mengangguk"Apa anda memerlukan sesuatu Sir?"
"Sebenarnya tidak ada yang penting tapi ada sesuatu yang ingin kubicarakan padamu. Bukan sebagai atasan pada sekretarisnya, ini masalah keluarga?" Nada bicaranya terdengar serius. Aku khawatir, apa mungkin Sir Reon akan segera menikah? Kenapa dia tidak mengenalkanku dengan perempuan itu?
"Masalah keluarga?" Aku bertanya hati-hati. Keringat dingin bahkan menetes dari pori-poriku.
"Hei tidak perlu takut begitu, aku tidak akan memakan wanita cantik sepertimu." Melihat ekspresi wajahku, Sir Reon tertawa kecil. "Aku akan membicarakannya di rumah." Beranjak dari kursi, tangan Sir Reon bergerak mengusap kepalaku.
Hangat dan membuatku merasa terlindungi. Jantungku berdetak semakin cepat. Menghayati sentuhannya, aku memejamkan mata. Dan aku sadar, perasaanku pada Reon, kecil kemungkinan dibalas. Dia hanya menganggapku sebagai adik perempuan yang tidak pernah dimilikinya. Membuka mata, aku pamit.
"Kalau begitu saya pamit dulu Sir."
"Baiklah."
Kembali ke meja, jari-jariku menari di keyboard. Mata memang terarah ke computer, tapi tidak dengan pikiranku. Aku terus bertanya-tanya dalam hati, masalah keluarga apa yang ingin dibicarakan Sir Reon?Wajah tampan itu bahkan terlihat sungguh-sungguh. Sentuhannya, sama seperti ketika dia memasukkanku ke dalam hidupnya. Selalu ada untuk menjagaku, selalu siap melindungiku. Apa kali ini dia ingin melepasku? Apa dia ingin menghapus keberadaanku?
Tuhan, semoga itu tidak pernah terjadi, semoga itu hanya khayalan dan pikiran burukku saja.
~~~
Aku menatap kosong makanan di depanku. Tanpa sedikitpun minat menyantapnya. Grace yang menyadari makananku masih utuh, langsung mencubit pipiku keras.
"Awww!! Sakit!" Aku menjerit, mengundang perhatian puluhan pasang mata. Ini memalukan.
"Kau ini, sejak tadi kau tidak menyentuh makananmu. Memangnya pikiranmu berkeliaran ke mana?" Apa-apaan ini? Seharusnya aku yang menggerutu, bukannya dia!
KAMU SEDANG MEMBACA
Unpredictable Feeling
RomanceNamaku Jasmine, usiaku 22 tahun, bekerja sebagai sekertaris CEO RH Group. Dengan lancang aku telah jatuh hati pada seorang pria yang telah menjaga dan merawatku sejak kecil. Selama ini aku berusaha keras untuk tampil sempurna di depan matanya. Berha...