Zee

6 1 0
                                    

Zee, atlet muda yang akhir-akhir ini tengah digemari banyak orang karena prestasinya yang gemilang. Dengan tampilan yang tidak bisa dibedakan kelaminnya, dia mengguncang lingkaran hiburan.

Banyak pengguna internet berspekulasi kalau dia adalah laki-laki, tapi pendapat tentang dirinya seorang perempuan juga tak sedikit.

Bahkan beberapa tiran lokal menyewa peretas untuk menemukan jawaban dari teka-teki pendatang baru lingkaran olahraga ini. Banyak peretas yang mendapat imbalan, tapi tak banyak tiran lokal yang beruntung. Mungkin justru semuanya?

Informasi atlet "dua kelamin" ini terkunci rapat seolah-olah jika informasinya bocor, nyawa mereka akan dalam bahaya. Banyak penggemar yang frustasi dan meminta agar pihak terkait membuat verifikasi.

Tapi nyatanya orang yang membuat keributan tersebut sedang asyik-asyik memainkan game online di warnet bersama keponakannya yang "lucu".

Mereka berseru kala saat saat menegangkan tiba, dan mengutuk bila diperlukan.

Meski tangan mereka bergerak lincah di keyboard komputer, sesekali jari-jari yang ternoda remah makanan ringan itu juga mengambil keripik dari bungkus makanan yang mereka letakkan tak jauh dari tempat mereka duduk.

[Kamu Telah Mati]

"Ah!"

Keponakan Zee yang "lucu" berseru melihat karakter game-nya terbaring dengan luka tembakan di kepalanya.

Ekspresinya segera menjadi masam, dia menoleh melihat layar komputer "bibinya" yang menampilkan avatar dirinya sedang terbaring di tanah, dan "bibinya" yang "sangat baik" itu membuat tangkapan layar sambil berpose dengan senjata api miliknya.

Dengan segera pula, dia memelototi "bibinya" yang baik, yang ternyata adalah lawan mainnya di dalam permainan.

Bibirnya mengumpat tanpa suara melihat jari-jari manis Zee mengetuk keyboard dengan lincahnya.

Dan segera dia melihat sebuah tulisan emas dengan efek suara tiupan terompet.


[Kamu menang!]

Dengan senyum kemenangan yang menurutnya sangat menyebalkan itu, Zee menatap Altair dengan tatapan sombong.

"Bagaimana keponakanku yang lucu? Apa kau mengaku kalah sekarang?"

Dia mendengus kesal dan mencibir.

"Bibi manisku yang curang, kau benar-benar bisa bersembunyi dengan hebat sekarang."

Zee melambaikan tangannya seakan tersanjung dan berkata.

"Hei, hei, hei, ini kehormatanku mengalahkan gamer jenius kita hari ini. Ha ha ha ha!"

Altair cemberut untuk waktu yang lama, membiarkan Zee menggodanya.

Tak lama ponsel ber-case hitam yang duduk manis tak jauh dari mereka berdering keras. Zee yang mengenali nada dering tersebut melompat dan menyambar ponselnya dengan cepat.

"Halo, halo?"

"Nona misterius, apa kabarmu? Ha ha ha ha."

Mendengar suara ceria perempuan diseberang membuat wajah Zee menjadi datar.

"Apa yang kau inginkan kali ini?"

Dengan nada sehalus air sungai, dia menanggapi penelepon anonim yang sering sekali membuatnya pusing.

"Kali ini mudah, curi, ah— maksudku pinjamkan aku Permata Vulpecula padaku. Aku menunggumu malam nanti di tempat biasa, sayonara~"

Atlet Manis Jadi Umpan MeriamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang