Bab 2a

4.2K 685 24
                                    

Juki bersedekap, menatap dua temannya. Hari ini Mona yang seharusnya berada di toko, datang ke kantor untuk meeting. Begitu pula dirinya. Salon ditutup untuk dua jam ke depan karena akan mengikuti meeting bersama karyawan lain.

"Gimana penjualan lo bulan ini?" tanya Juki.

"Bagus, dong. Makanya ada bonus," jawab Mona. Ia merapikan seragamnya.

"Cari cowok lain, jangan Felico mlulu lo pikirin."

"Ih, nggak level. Tahu nggak kalian, dia nelepon gue lagi, minta maaf. Ogah gue!" Moza mencibir, mengingat tentang pemuda yang sudah membuatnya sakit hati.

Mereka terus mengobrol sampai akhirnya sadar kalau Amora sedari tadi terdiam dengan pandangan mata menerawang. Bertopang dagu pada meja, sepeti ada sesuatu yang mengganggunya. Ia bahkan tidak peduli saat dua temannya asyik menggosip dan sesekali berjulit. Saat ini pikirannya sedang tertuju pada hal lain.

Ia masih terbayang, akan ciuman di pesta beberapa minggu lalu. Ciuman yang membuatnya mabuk kepayang. Rasa bibir yang panas tapi lembut, masih membekas di hati hingga kini. Nyaris setiap malam ia membayangkan rasa ciuman malam itu, dan bangun saat pagi dengan pikiran mengembara. Ia bahkan menganggap dirinya nyaris gila karena berkhayal.

Ia menginginkan pertemuan sekali lagi, dengan laki-laki tampan dan sexy itu. Ia ingin bertemu meski hanya sekejap, hanya untuk merasakan kalau laki-laki itu nyata adanya. Rasanya ia menjadi gila karena angan-angannya sendiri.

"Wei, nglamun terus!" Mona menggebrak meja perlahan dan membuat Amora tersentak.

Juki menjentikkan kukunya yang dicat merah muda. "Udah beberapa hari dia gitu. Nggak tahu kenapa."

"Kesambet setan di kantor ini?"

"Ehm, bisa jadi."

"Atau jatuh cinta?"

"Bah, kalau itu bener terjadi, kita berdua pasti orang pertama yang tahu."

Amora menghela napas, mematikan komputernya. Meeting sebentar lagi dimulai dan pikirannya tidak mau fokus. Memukul bagian samping kepalanya, ia kaget saat mendengar Juki berteriak.

"Apaan?"

"Gila lo, ya. Mau gegar otak? Dari tadi mukul pala?" ucap Juki.

"Oh, gue ke kamar mandi dulu."

Melangkah gontai ke toilet, Amora menyadari kalau kantor dalam keadaan ramai. Rupanya, para pegawai yang akan mengikuti meeting hari ini sudah berdatangan. Di toilet pun antri. Ada banyak pegawai berseragam yang rata-rata baru datang dari toko. Tidak sedikit pula cewek atau cowok dengan penampilan yang menarik, mereka biasanya datang dari salon.

Perusahaan tempat Amora bekerja adalah produsen perlengkapan kecantikan dan perawatan tubuh. Pabriknya ada di luar kota dan memproduksi banyak barang. Dari mulai perawatan kepala seperti sampo, kondisioner sampai pewarna rambut. Ada pula perawatan tubuh dari sabun, lotion, sampai lulur. Dari yang ia dengar, perusahaan bahkan sedang mengembangkan produk skincare wajah.

Memiliki beberapa cabang di kota-kota besar, perusahaan menggaji banyak pegawai. Amora ditempatkan di kantor sebagai staff administrasi. Setiap hari ia datang dan pulang dari kantor, sesekali ke toko atau salon kalau diatak oleh atasannya. Mona adalah pramuniaga toko. Tempat bekerjanya berpindah-pindah tapi gadis itu tidak pernah mengeluh. Sesekali datang ke kantor untuk meeting.

Berbeda dengan Juki. Meskipun berkelamin laki-laki tapi punya kegemaran akan perawatan rambut atau riasan wajah. Karena itu sangat suka kerja di salon sebagai penata gaya. Produk yang digunakan adalah milik perusahaan. Sesekali Juki akan ke mall untuk melakukan demontrasi atau promosi produk, dengan memberi pelajaran tentang menata rambut atau melakukan make up gratis pada pengunjung mall. Meskipun ditempatkan di area dan bagian yang berbeda-beda tapi mereka punya satu boss yang sama.

"Lama banget di toilet," tegur Mona.

"Ngantri, kayaknya semua pegawai PT. Family Utama datang semua," jawab Amora.

"Iyalah, dengar-dengar GM yang baru datang hari ini." Juki ikut nimbrung.

"Semoga masih muda dan tampan. Ah, rasanya pasti asoy kalau punya atasan kaya." Mona berucap sambil melamun.

Juki memutar bola mata. "Udah lupa lo sama Felico?"

Mona mendesah dramatis. "Hidup harus berjalan kawan."

Percakapan mereka terhenti saat pintu ruang rapat dibuka. Mereka antri dengan tertib untuk masuk ke ruangan dan duduk berdasarkan bagian kerja.

Mona berada di deretan pramuniaga yang kesemuanya memakai seragam hijau. Juki bersama para penata gaya yang lain. Mereka adalah rombongan paling Ajaib dengan segalam macam warna dan model rambut yang unik. Tapi, Juki dan kawan-kawan juga paling enak dilihat karena rata-rata datang dengan make up yang dipoles rapi.

Sedangkan Amora, berada di deretan pegawai kantor. Ada sekitar tiga puluh orang yang berada bersamanya. Mereka tidak hanya petugas admin, melainkan pekerja lapangan juga.

Di dalam ruangan ada sekitar seratus orang yang duduk rapi menghadap meja panjang di bagian depan. Dengung percakapan terdengar lirih, bersamaan dengan derit kursi atau meja yang ditarik.

Amora fokus pada ponselnya. Sibuk membawa novel online yang baru saja ia temui di internet. Bercerita tentang wanita kaya yang menyamar jadi ART untuk mencari pembunuh adiknya. Ia sangat menyukai cerita roman berbalut misteri, menurutnya itu sangat memacu adrenalin dan juga membuat rasa penasaran bangkit.

"Selamat sore semua."

Kepala bagian masuk bersama beberapa orang yang merupakan pejabat tinggi perusahaan.

"Selamat sore, Pak."

Mereka menjawab serempak dan pandangan fokus ke depan.

"Sudah datang semua? Bagus sekali. Saya suka dengan antusiasme kalian."

Kepala bagian adalah seorang laki-laki berumur awal empat puluh tahun dengan tubuh tinggi kurus dan berkacamata bernama Aminoto. Laki-laki itu terkenal baik dan ramah di antara para pegawai. Desas desus mengatakan Aminoto pernah patah hati saat muda dulu dan membuatnya melajang hingga sekarang.

"Sebelum kita mulai meeting hari ini. Saya akan memperkenalkan seseorang yang istimewa."

Pintu ruang meeting yang semula menutup, kembali menjeplak terbuka. Seorang laki-laki muda dengan kemeja biru panjang yang digulung sampai siku dan celana abu-abu memasuki ruangan. Laki-laki melangkah lurus ke arah Aminoto dan berdiri di sampingnya.

Aminoto berdehem. "Mari, saya perkenalkan general manager kita yang baru, Pak Oscar."

Ruangan mendadak senyap. Semua mata memandang ke arah Oscar yang berdiri dengan tangan berada di dalam saku. Laki-laki muda itu dengan senyum kecil tersungging, mengangguk dan menyapa ramah.

"Apa kabar semua?"

Kehebohan terjadi, saat semua berebut ingin membalas salam Oscar. Aminoto bahkan perlu memukul meja untuk menenangkan pegawainya.

Duduk dengan punggung tegak dan mulut ternganga, Amora menatap Oscar yang berdiri di samping Aminoto. Ia tidak salah lihat. Oscar adalah laki-laki yang menciumnya di pesta. Penampilan laki-laki itu sedikit berubah dengan rambut gondrong yang dipangkas menjadi pendek dan rapi. Tapi, wajah, bentuk tubuh, dan kemaskulinan laki-laki itu masih sama. Amora mendadak kehilangan udara. Memijat pelipisnya, ia tidak tahu apakah harus bahagia atau bersedih karena laki-laki yang ia cari ternyata adalah bossnya sendiri.

Kissing The Stranger Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang