Ketika jam pelajaran terakhir usai, senja telah datang.
Di luar mulai gelap.
Kepenatan itu tak tertahankan lagi.
Sehun beranjak keluar kelas, menerobos kerumunan siswa di sepanjang lorong.
Begitu nampak tangga di kejauhan, ia akhirnya berlari dengan cepat.
Sehun menjatuhkan dirinya di atas rumput yang sengaja ditanam di bagian atas gedung.
Punggungnya jatuh ke belakang.
Kini tubuhnya terlentang lunglai tak bertenaga.
Matanya mulai tertutup, merasakan ketenangan yang begitu melegakan.
Tak ada suara riuh rendah teman-temannya yang terasa tak nyata.
Hanya ia sendiri dan suara deruan nafasnya yang teratur.
Dan kemudian ia kembali tenggelam.
Sehun masih dalam posisi yang sama ketika terbangun beberapa saat kemudian.
Langit telah berubah total menjadi malam.
Beberapa bintang tampak muncul di kejauhan.
Tak terjangkau.
Sehun mengangkat tangan kirinya, memandang angka pada jam tangan analognya.
Sudah pukul delapan malam.
Dengan terpaksa membangunkan tubuh bagian atasnya, agar dapat duduk sembari bersiap untuk berdiri.
Segera pulang sebelum seluruh ruangan sekolah akan dikunci.
Sehun meraih tasnya yang tergeletak tak jauh dari tempatnya duduk.
Mengecek telepon genggamnya di sana.
Tak ada pesan dari siapapun.
Sehun menghela napas.
Antara terbiasa namun terasa hampa.
Sehun menuruni tangga menuju lantai dasar.
Berjalan sepanjang lorong yang sepi.
Tak ada yang ia takutkan.
Hantu atau apalah bahkan tak terjamah oleh pikirannya yang selalu terkungkung.
Terlalu sibuk berkelit dalam pikirannya sendiri, hingga tak ada waktu untuk menakuti diri sendiri.
Indera pendengarannya menangkap suara sayup-sayup alunan musik.
Suara itu semakin jelas ketika dirinya berjalan mendekati ruang latihan tari.
Siapa yang berlatih hingga jam segini?
Entah mengapa kedua kakinya melangkah semakin cepat.
Kedua tangan Sehun menyentuh kaca transparan yang lumayan besar tepat di hadapannya.
Kepalanya mendekati permukaan kaca.
Sangat aneh, rasa ingin tahu Sehun tiba-tiba muncul begitu besar.
Samar-sama melalui kaca, nampak sesosok laki-laki yang sedang bergerak dengan lembut namun tegas.
Sehun terus menatap ke dalam ruangan dengan seksama.
Gerakan -gerakan yang dilakukan oleh anak laki-laki itu membuatnya terpana.
Anak itu menari dengan sepenuh jiwanya.
Sehun ternganga.
Ada kebahagiaan yang terpancar dari raut lelah anak laki-laki itu begitu musik berhenti.
YOU ARE READING
Drowning : A Darker Shade of the Blue
Fanfiction[ Apa arti hidup ini?? ] Aku telah mengusahakan segalanya... Aku baik-baik saja... Ya...semuanya baik-baik saja... Tidak!! Aku tenggelam!! Tolong aku... °° Sehun seperti warna biru yang lembut... Ia adalah sosok yang hangat seperti langit yang cerah...