🔹3. Not to Disappoint You🔹

677 54 20
                                    


Pintu kamar sedikit terbuka.

Dennis Oh memasuki kamar putranya begitu ia pulang dari jadwal padatnya hari itu.

Di dalam kamar di lantai dua nampak sang anak telah tertidur.

Pria itu berjalan memasuki kamar Sehun dengan hati-hati tak ingin mengganggu tidur sang anak.

Ia lantas duduk di samping ranjang, memandangi wajah putranya yang nampak begitu mirip dirinya sendiri ketika remaja.

Ia berpikir entah karena penerangan kamar ini yang terlalu terang atau memang kulit anak laki-lakinya itu nampak lebih pucat dari semestinya.

Di samping tempat tidur nampak meja belajar Sehun yang masih berantakan.

Beberapa buku masih terbuka acak, bingkai foto yang nampak jatuh.

Dennish Oh beranjak mendekati meja, mencoba sedikit membenahi kekacauan tersebut.

Foto dalam bingkai tersebut menarik perhatiannya.

Foto Sehun ketika masih balita.

Ia berada dalam dekapan neneknya.

Anak itu tersenyum begitu lebar memperlihatkan deretan gigi yang belum tumbuh sepenuhnya.

Sehun kecilnya terlihat sangat bahagia.

Hingga senyuman pun terbingkai di bibirnya sendiri tanpa ia sadari.

Masih dengan perasaan yang bahagia, ia letakkan kembali foto tersebut di atas meja dengan pelan, lalu kembali memandangi wajah putranya.

" Apakah kau bahagia bersama appa Hunniee...?"

" Maafkan appa tak bisa sering menemanimu akhir-akhir ini..."

" Kau tahu Appa harus bekerja keras untuk kita bukan...??"

" Hunnie dan appa..."

" Hanya kita berdua..."

Dan kalimat terakhir yang ia ucapkan nyatanya begitu menusuk hati.

Entah mengapa rasanya terlalu menyakitkan.

Tiba-tiba ia merasakan keegoisannya bila melihat kenyataan kehidupan keduanya.

Sehun benar-benar tumbuh tanpa seorang ibu.

Selama ini keduanya berjuang sendiri.

Mereka hidup di Korea tanpa bantuan siapapun.

Ia mengingat kembali segala perjuangan membesarkan putra kecilnya itu.

Kemanapun ia pergi diajaknya Sehun kecil bersama.

Lirikan mata menatap keduanya sepanjang perjalanan, kemanapun keduanya pergi.

Memang banyak yang melirik aneh kepadanya, namun banyak pula yang merasa iri pada pemandangan seorang ayah muda bersama putra balitanya.

Ditambah lagi dengan postur tubuh Dennis yang memang selalu mencuri perhatian.

Dan ia selalu mengulas senyum, berusaha menjadi ayah sekaligus ibu untuk Sehun apapun pandangan orang terhadap keduanya.

Begitu banyak kenangan yang membuatnya ingin menangis, namun ia adalah seorang pria.

Ia tak boleh menangis begitu saja, dan menyerah.

" Seorang pria pantang untuk menyerah pada keadaan..."

Itulah pemikiran yang selalu ia tanamkan dalam benaknya.

Ia adalah seorang pria yang penuh tanggung jawab, maka ia tak akan pernah menunjukkan kepedihannya pada orang lain.

Ia bisa menaklukkan segalanya.

Drowning : A Darker Shade of the Blue Where stories live. Discover now