Aya berdecak kesal mendengar suara-suara heboh sekelasnya membahas kelangsungan syuting Kim Lee Park yang dilakukan dua pekan berturut-turut tanpa jeda. Bahkan sahabatnya—Maudy dan Clara tak pernah diam membuat kedua kuping Aya memanas.
Tak ingin membuatnya semakin emosi, Aya memilih keluar dari kelas menenangkan dirinya. Selama idolanya syuting memang tak pernah ia saksikan, bahkan bertemu tatap secara langsung pun tak pernah berbeda dengan kedua sahabatnya yang tak pernah absen mengikuti jalannya syuting artis Korea tersebut meski harus berdesak-desakan dengan yang lain dan tentunya dihalangi oleh tim pengaman.
Pihak kampusnya juga sudah mengeluarkan pengumuman agar warga kampus tak membuat keributan atau kekacauan selama syuting berlangsung, namun yang namanya manusia rendah literasi meski sudah terpampang nyata sekali pun dengan huruf capital serta dibold, tetap saja di terobos membuat baik tim pengaman kewalahan.
Aya melirik jam yang melingkar di pergelangan kanannya. Tersisa seperempat jam lagi, perkuliahan akan dimulai. Tapi, ia belum beranjak sedikit pun meninggalkan kafe langganannya.
"Tumben ngongkrong lama, gak masuk emang?" tegur salah satu pelayan kafe yang mengenal Aya sedang membawa minuman tak jauh dari tempatnya duduk.
"Masuk sih, tapi lagi bad mood nih. Kayaknya mau bolos aja deh."
Pelayan tersebut mengerutkan dahi, tumben banget seorang Aya bolos kuliah.
"Ya pokoknya gitu deh, hari ini gak mood."
Tak ingin memperpanjang percakapan, pelayan tersebut hanya mengiyakan seraya tersenyum. Setelah itu berlalu dari hadapan Aya.
Sementara itu, Aya yang perasaannya sedang tak baik memutuskan mengutak-atik ponselnya. Beberapa panggilan tak terjawab dari dua sahabatnya, serta pesan yang jumlahnya tak terhitung Aya abaikan. Bahkan dari dosennya pun—Pak Anta, ia tak peduli. Padahal, beliau seorang dosen loh. Namun, bagi Aya. Sahabat atau dosen sekali pun, jika mengabari di saat moodnya tak baik tentu saja dengan senang hati ia abaikan.
Aya baru meninggalkan kafe usai makan siang. Bertepatan usainya perkuliahan di kelasnya. Kali ini, ia ingin jalan-jalan. Entahlah mau jalan ke mana, intinya ia ingin jalan-jalan saja. Mungkin di mall atau boleh jadi ke taman bermain yang biasa ia kunjungi semasa sekolah dasar saat mendapat omelan dari sang Bunda.
Ia sempat melirik ponselnya. Sekali lagi puluhan panggilan tak terjawab dan pesan tak terbaca memenuhi notifikasinya. Namun bukan dari kedua sahabatnya, atau pun dari Pak Anta. Tetapi dari sosok paling nyebelin menurut Aya. Ya, Dion.
Entah jin apa yang merasukinya, tiba-tiba berbuat sedemikian rupa pada Aya. Padahal sejak awal semester, mereka tak pernah akur selayaknya film kartun Tom and Jerry.
Aya membuang napas. Bodoh amat dengan segala panggilan tak terjawab dan pesan tersebut. Moodnya benar-benar rusak hari ini. Dengan cepat ia melangkahkan kaki menuju halte yang tak jauh dari kafe menunggu ojek pesanannya.
***
Dari sekian banyak permainan di taman bermain, Aya malah memilih untuk duduk di bangku taman. Menyelisik area taman yang bahkan belum berpenghuni selain dirinya. Wajar memang, karena masih siang. Biasanya akan ramai jika sore mendatang.
Pandangan Aya terhenti pada jungkat-jungkit. Dulu, ia sering bermain di sana bersama abangnya. Sekarang, ia malas melakukannya karena sendirian. Kak Arya-nya kini telah sibuk dengan pekerjaannya. Jujur, sebagian dari dirinya tidak suka karena itu membuat waktu Arya dengannya terbilang amat sedikit atau bisa disebut jarang.
"Nih!"
Mata Aya membola, melihat sebuah tangan menyodorkan es krim kesukaannya. Dan kedua bola matanya hampir keluar saat mengetahui sosok yang tak disangka akan datang menghampirinya.
"Kamu?"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Dosen Pak Setan! || SELESAI
Teen Fiction[AWAS NGAKAK!!] [DISARANKAN TERLEBIH DAHULU MEMFOLLOW AKUN INI SEBELUM MEMBACA!] Berawal diciduk dosen mengagumi K-POP di kelas, Aya akhirnya mendapat hukuman menjadi asisten dosen selama satu semester. Siapa sangka yang awalnya cuma asisten dosen m...