Prolog

35 13 2
                                    

****

"Diantara suka, duka, dan hampa, mana yang akan lo pilih?"

****

Kegelapan

Satu kata yang mewakili tempat ia berada. Tidak ada jalan keluar, apalagi setitik cahaya. Hanya dirinya sendiri yang bisa ia lihat.

Terdiam dan berfikir, "Gue dimana?"

Kaki Esai memutuskan untuk melangkah kedepan, "Apa gue udah mati?"

"Ini Surga atau Neraka?" tanya Esai gusar, dia yakin ini bukan Surga karena jujur dirinya sangat jarang beribadah dan bukannya Neraka itu sangat panas dan penuh dengan api?

"HEI."

Esai tersentak, suara siapa itu?

"Disini," lagi Esai mendelik ke segala arah tetapi nihil, hanya kegelapan yang bisa ia lihat.

Deg

Esai merasa degup jantungnya berhenti berdetak dan bulu kuduknya pun berdiri, sekelebat bayangan putih seorang gadis cantik yang tampak familliar melintas dengan cepat dihadapannya, tetapi sesaat ketika ia menatap matanya, ia merasa bahwa waktu berjalan dengan sangat lambat. Sepasang netra indah berwarna cokelat almond itu berhasil menghipnotisnya.

Cantik, ujar batinnya.

Tiba-tiba suara dengingan memenuhi gendang telinga Esai, mata Esai tertutup secara paksa karena sebuah cahaya berwarna putih mendadak bersinar terang didepannya.

"Sebentar lagi lo akan keluar," suara lembut seorang gadis mengalun indah dikedua telinga Esai.

"Bye-bye Sai-ang." bisiknya.

****

Tbc

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 06, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TRIGONOLIFE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang