Aku

301 3 0
                                    

Alarm ponsel berbunyi, aku terbangun dan mematikan suara itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Alarm ponsel berbunyi, aku terbangun dan mematikan suara itu. Ku terbangun perlahan, jam menunjukkan pukul lima pagi, rasa lelah dan kantuk seakan menarik tubuh untuk tetap dalam selimut. Aku terbiasa dengan bangun pagi bahkan lebih pagi dari ini, tapi kali ini rasa lelah lebih menjera mungkin karena pikiran yang ada dalam kepala. Sembari mengumpulkan seluruh energi, termenung-terdiam dan kembali teringat dengan semua yang ku pikirkan malam tadi.

"Mbak, aku pakai kamar mandi ya, mbak mau ke kamar mandi duluan ga?" Tiba-tiba suara itu membuatku tersadar dari lamunan.

"Oh iya mbak, duluan aja. Aku masih ngumpulin nyawa"

Aku sekamar dengan salah satu rekan kerja, dan kami akan menjalani jadwal penerbangan pagi dari Singapura ke Jakarta. Kami sudah tiba di Singapura sejak kemarin siang, yang kuhabiskan sore harinya berjalan seorang diri di jalan Orchard. Menikmati sore sendirian berjalan mengikuti kemanapun langkah kaki membawa pergi.

Kami tengah bersiap memberikan penampilan terbaik, bersolek merias diri di depan cermin. Dengan seragam yang mengikuti bentuk tubuh, membuat siapapun pemakainya terlihat lebih anggun, riasan yang dibuat senada dengan warna baju.

Koper hitam digerek keluar kamar, bersamaan dengan sepatu hak tinggi yang mengeluarkan suara melalui ujungnya yang runcing, aku menoleh sekilas ke arah jam tangan di sebelah kanan menunjukkan pukul enam pagi. Pintu lift terbuka, aku melihat refleksi wajahku di antara dinding lift yang bercermin. Rambut hitam dengan rapi di buat terangkat tanpa satu helai pun terlepas.

Sampai di lobby, kami menuju lounge dimana rekan kerja kami yang lain sedang menunggu semua kru penerbagan hari ini berkumpul. Ruangan besar tanpa sekat dengan ornamen dekorasi modern dan futuristik, lampu memancar mengarah ke arah lukisan yang mengisi kekosongan dinding, yang tidak ku ketahui siapa penciptanya. Setelah kapten kru kami datang, kami semua menuju keluar hotel dan menaiki mobil antar-jemput menuju bandara.

Aku duduk sebelah jendela, mobil melaju, gedung-gedung mulai berjalan bergantian, lampu jalan masih menyala walau langit mulai terang, bias-bias cahaya oranye mulai nampak di penghujung langit, terhalang gedung tinggi. Bunga bougenville yang merekah di pinggiran jalan menciptakan kekayaan warna diantara monokrom jalan raya yang masih sepi.

Mobil melaju cepat jalan lurus tanpa berkelok, perjalanan menuju bandara ini rasanya aku sedang mengulang waktu di masa lalu.

Aku mengeluarkan ponsel dan menyambungkannya dengan earpods, membuka aplikasi musik dan memutar lagu Fix You milik Coldplay, mata mulai terlapis oleh air namun sekuat mungkin menahannya agar tidak jatuh merusak riasanku. Pikiranku semakin larut, terbawa dengan emosi yang sama, memikirkan beberapa orang yang ada disana.

Aku seorang pramugari, masih ku ingat betapa bahagianya saat ku terima SMS Cinta yang menyatakan bahwa aku lulus Pantukhir, adalah tes terakhir untuk menjadi seorang awak kabin setelah melewati enam tahap seleksi.

Perjuanganku tidak mudah untuk melewati seleksi, terutama jarak antara rumahku di Bandung untuk datang ke kantor maskapai di Jakarta cukup jauh, akhirnya terbayar dengan hasil yang ku rasakan saat ini, duduk diantara kru pesawat menggunakan seragam kebanggan, berjalan membawa identitas negara di tengah bandara.

Tentang Waktu untuk Kau dan Aku (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang