Jari-jemari lentiknya menyusuri tiap lembaran buku yang ia pegang. Ia tenggelam dalam setiap kalimat yang tersaji di hadapannya. Dalam setiap baitnya, pikirannya berkelana menciptakan imaji dari apa yang ia peroleh melalui untaian kata dalam buku. Taehyung sangat gemar membaca. Dalam ruangan berjeruji ini, buku-bukunya yang menyaksikannya tumbuh selama ini.
Taehyung belajar banyak hal dari koleksi buku dalam kamarnya. Tentang negeri yang ia tinggali, tentang seluruh kejadian di dunia, dan masih banyak lagi. Ia memang tak dapat pergi dari "penjara" yang dibuat khusus untuknya. Namun, Taehyung mungkin saja memiliki lebih banyak pengetahuan daripada kebanyakan orang di luar sana.
Bohong namanya jika ia tidak ingin keluar dari dalam ruangan ini, ia ingin menyaksikan langsung apa yang sebenarnya terjadi di luar sana. Benarkah terdapat monster pembunuh di lembah Istan? Benarkah burung Phoenix akan terlahir kembali dari abu jasadnya? Ia dengar orang-orang di luar sana akan menyambutnya dengan meriah jika bertemu dengannya.
Apakah ia benar-benar dapat merasakan hidup yang sesungguhnya? Sungguh, Taehyung sangat menginginkan kebebasan itu. Lebih daripada mendapatkan buku dengan spine berhiaskan batu ruby ataupun buku berisi mantra super kuat yang dapat memusnahkan satu batalyon prajurit berbaju besi.
Ia ingin menyaksikan sendiri tempat yang selama ini sangat dibanggakan oleh buku-bukunya, negeri kelahirannya. Sebuah negeri di tengah antah berantah yang sangat menawan dan jejal akan keberagaman. Orang-orang menyebutnya Eurtansa. Sebuah negeri yang sangat luas dengan cakrawala yang membentang sejauh mata memandang. Sebuah negeri yang makmur dan sejahtera. Negeri yang sempat dijuluki sebagai tanah surga.
Sedikit cerita mengenai negeri ini berdasarkan apa yang Taehyung baca selama bertahun-tahun, yakni bahwa Eurtansa terlampau menakjubkan, terlampau luas, terlampau beragam. Sayangnya keberagaman tidak sepenuhnya diterima. Vaerin, tempat dimana para petinggi negeri ini tinggal dan menetap. Tempat dimana golongan bangsawan dan pengguna magis menyambung hidup. Golongan mayoritas yang menguasai sebagian besar wilayah Eurtansa.
Vaerin terkesan glamor dan indah. Namun dibalik itu semua, Vaerin penuh dengan tipu muslihat. Banyak rahasia yang disembunyikan oleh bangsawan di golongan tersebut. Berbeda dengan Crinem, yang merupakan bagian minoritas di Eurtansa. Crinem dihuni oleh golongan orang-orang yang "dibuang" karena tak memiliki kekuatan magis.
Di Negeri ini pengguna magis dianggap sebagai golongan murni dan dicap sebagai keturunan langsung para dewa. Cukup absurd karena bahkan belum ada yang pernah bertemu dan melihat sendiri bagaimana rupa dari dewa. Mereka yang tidak dianugerahi kekuatan magis dianggap sebagai rakyat jelata, sebuah penistaan, sesuatu yang harus dimusnahkan. Dan Crinem adalah tempat yang menampung golongan seperti mereka.
Perbedaan signifikan dari kedua golongan tersebut adalah bagaimana rakyatnya menjalani hidup. Rakyat Vaerin sangat bergantung dengan kekuatan magis mereka. Mereka mengandalkan sebagian besar kehidupan mereka pada sihir. Mulai dari menjalankan kegiatan sehari-hari seperti bercocok tanam sampai pertahanan perbatasan. Di sisi lain, rakyat Crinem yang tidak mempunyai kekuatan sihir, memiliki keuntungan dimana teknologi mereka lebih berkembang.
Untuk mengimbangi kekuatan Vaerin, Crinem berusaha sangat keras memanfaatkan apa pun yang mereka miliki.
Sebuah tembok raksasa membentang diantara wilayah Vaerin dan Crinem. Satu legenda yang selalu hinggap dalam cerita pengantar tidur menceritakan tentang bagaimana Eurtansa terbagi menjadi dua. Legenda tersebut juga menceritakan bagaimana akhirnya tembok tersebut dapat memisah negeri.
Beberapa dekade lalu, Eurtansa sebenarnya adalah satu kesatuan. Tidak ada Vaerin ataupun Crinem yang seakan memberikan stigma bahwa pengguna sihir adalah yang terbaik. Stigma tersebut muncul setelah adanya penyerangan besar-besaran Istana Vostindale di pusat pemerintahan Eurtansa.
Dari apa yang Taehyung baca di buku Legenda Kebangkitan Eurtansa ; buku favoritnya, penyerangan tersebut tidak lepas dari pertikaian di dalam keluarga kerajaan. Raja kala itu, Evan Rosti, adalah raja yang serakah. Keserakahannya sangat terkenal di seluruh penjuru negeri. Evan Rosti menginginkan kekuasaan tanpa batas yang berimbas pada setiap kalangan.
Pada masa kepemimpinannya, Eurtansa berada pada puncak kejayaannya karena kemenangan perang perebutan wilayah. Alhasil wilayah Eurtansa semakin luas hingga saat ini. Evan Rosti tak akan pernah berhenti untuk mendeklarasikan perang pada setiap negeri yang ia temukan. Ia seperti personifikasi dari kata serakah itu sendiri. Hingga akhirnya keserakahannya menyebabkan krisis pada Eurtansa.
Krisis tak lain disebabkan karena kerusakan akibat peperangan. Saat itu hanya pengguna sihir saja yang maju dalam medan perang sehingga Evan memutuskan untuk mengorbankan rakyatnya yang tidak dapat menggunakan sihir. Beberapa cara kotor ia lakukan demi meraup keuntungan sebesar-besarnya. Mulai dari melakukan eksploitasi sumber daya manusia, mengambil paksa hak rakyat, dan bahkan tak segan-segan melakukan pembunuhan untuk menguasai harta rakyatnya sendiri.
Golongan rakyat yang bukan pengguna sihir memulai pemberontakan dimana-mana. Pertempuran antar saudara tak dapat dihindari hingga lambat laun munculah kebencian mendalam antara golongan pengguna sihir dan tidak. Tak ada yang tahu pasti apa yang menyebabkan terjadinya paham itu. Seluruh literatur milik Taehyung tak ada yang dapat memberikan jawaban pasti.
Setelah tragedi antara kedua golongan tersebut, muncul sebuah ide untuk memisahkan Eurtansa menjadi dua. Beberapa tahun berikutnya tembok raksasa telah berdiri membagi negeri. Hanya itu, tak lebih. Taehyung berharap bukunya juga menceritakan kisah yang terjadi pada rakyat Crinem setelahnya. Sejauh yang Taehyung ketahui, rakyat Vaerin tak pernah bertemu dengan rakyat Crinem. Vaerin memiliki pengetahuan terbatas terhadap Crinem dan begitu pula sebaliknya.
Taehyung memang memiliki kecerdasan yang patut dibanggakan, tetapi pengetahuannya hanya sebatas dari apapun yang tertuliskan di buku. Di luar sana masih banyak hal yang ia tidak ketahui, masih banyak misteri yang ingin ia pecahkan. Taehyung pernah bermimpi untuk menjadi seorang petualang. Dan ya, mimpinya akan terus menjadi mimpi selama besi yang melingkar apik di pergelangan kakinya tetap menjeratnya. Rantai yang tidak akan pernah mengizinkannya pergi dari ruangan ini.
"Tuan muda, anda ingin membersihkan diri sekarang?" Ren, Beta dengan aroma cendana yang ditugaskan untuk merawat Taehyung mengejutkannya. Taehyung terlalu larut dalam literaturnya dan seperti biasa mengabaikan sekitarnya.
"Sudah kubilang jangan panggil aku dengan sebutan itu, Ren." Sembari menutup buku bacaannya ia menoleh ke arah Ren.
"Aku tidak suka panggilan itu, kau sahabatku. Aku merasa tak nyaman dengan itu." Lanjutnya. Ren menghela nafasnya, raut wajahnya sedikit berubah.
"Maaf Tae, aku tak ingin terlalu nyaman dengan panggilan yang kita sepakati. Akan konyol jika aku dihukum karena salah menyebutkan namamu." Ia terkekeh kemudian. Pria itu tampak kelelahan, lingkaran hitam di bawah matanya berusaha ia samarkan dengan tepung yang mungkin saja ia peroleh dari dapur setelah mengganggu jam kerja Tuan Binski, koki utama kerajaan. Terlihat natural akan tetapi Taehyung dapat menyadarinya.
"Ren, apakah pekerjaan sulit?" Taehyung tentu sangat khawatir. Selama ini Ren selalu ada di sisinya. Merawat dan menjaganya. Ren sudah ia anggap seperti kakak dan mungkin merangkap menjadi orang tuanya sendiri. Sudah sewajarnya ia akan sangat khawatir bila sesuatu terjadi pada Ren.
Ren tampak terkejut dan buru-buru menyentuh area matanya. "Ah, kau menyadarinya ya?" tanyanya. Taehyung hanya mengangguk mengiyakan. "Aku baik-baik saja, lagipula ini memang sudah menjadi tugasku sebagai orang kepercayaan raja." Nadanya bak orang yang berhasil mengalahkan naga jahat dan pulang sebagai juara; sangat sombong.
"Sapuan tepung setipis apapun akan tetap terlihat menggelikan kau tahu. Dan juga, warna merah buah delima tak cocok untuk bibirmu." Lanjut Taehyung. Dengan kata lain Ren tampak menggelikan di matanya. Sang Beta hanya dapat terkekeh mendengar ocehan Taehyung.
"Ayolah, aku sudah menyiapkan air untukmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
ABSINTHE [KookV]
Fanfiction"K-keuh!" Taehyung terbatuk cukup keras, salivanya berlomba-lomba meloloskan diri lewat sudut bibirnya yang terbuka. Tanpa menunggu Taehyung mengumpulkan energinya, sosok tersebut menarik lengan Taehyung dengan kasar. Satu pukulan mendarat tepat di...