Section Two

271 33 14
                                    


Taehyung selalu berpikir bahwa ibunya adalah jelmaan malaikat yang tidak sepantasnya berada di tengah-tengah dunia buruk ini. Rambut-rambutnya memutih di sepanjang tahun yang terlewat, tapi hatinya tetap sama, selalu menjadi alasan bagi Taehyung untuk berdiri tegar. Wanita yang bahkan tidak memiliki darah yang sama dengan miliknya itu telah mengambil banyak mara bahaya dan membuang dunianya sendiri, demi menyelamatkan Taehyung dari huru-hara pembantaian besar di masa lalu.

"Perhatikan kapan dia terbangun. Herbal ini harus segera diminum setelah kesadarannya kembali." Jari kurusnya bergerak terlatih menuangkan bubuk herbal ke dalam cangkir kayu. Semalam Taehyung membawa seekor serigala Lycan yang tidak sadarkan diri, akibat dari luka menganga di bawah tulang-tulang punggung menuju ekor, barangkali terlibat perkelahian hebat dengan hewan buas karena mereka menemukan garis cakar dan gigitan yang sangat tidak beraturan di balik bulu-bulunya.

"Jangan merasa bersalah, Taehyung. Kau melakukan hal yang benar." Ibunya mengulas senyuman lembut, sampai kepada Taehyung sebagai bentuk cinta yang tidak pernah padam. Menjadikannya terheran dengan bagaimana bisa wanita itu mencintainya begini keras. "Desa terlalu jauh dari tempat ini. Tidak akan ada yang melihat kalian tadi malam dan mencari kita."

Upaya ibu untuk meringankan beban di raut Taehyung sedikit banyak berhasil. Dia mulai bernapas lebih lega. "Maaf, Bu. Kau menanggung banyak kesulitan karenaku." Dia mulai mempertanyakan apa yang telah ia lakukan hingga pantas untuk mendapatkan cinta sebesar itu. Semua terasa begitu mahal untuknya. Takut jika ganjaran yang akan datang mengambil lebih banyak dari yang dia miliki.

"Taehyung, baru saja kukatakan bahwa itu bukan salahmu. Memang tidak bisa dilupakan, kau hanya perlu menerima dan memaafkannya. Itu satu-satunya cara untuk hidup." Mereka berpelukan dan dia mengusap punggung kecil ibu yang kian hari dirindukannya untuk selalu dilihat. Dia diminta untuk terus hidup dan melangkah, dan dia mencobanya. Meski tetap terasa berat hingga detik ini.

Suasana hangat itu siap untuk membuat mereka larut ketika suara berisik yang ganjil muncul dari bilik kamar. Serigala Lycan itu telah siuman. Taehyung bangkit lebih dulu dan membentangkan tangan di depan ibunya, meminta wanita itu berdiri ke pintu keluar sebagai antisipasi jika Lycan yang terbangun itu mengamuk karena rasa terancam. Karena belum terdengar suara apapun setelahnya, tungkai kaki Taehyung melangkah lamban ke dalam, lalu tatapannya jatuh pada sosok manusia telanjang yang baru pertama kali dia saksikan rupanya. Laki-laki, dengan kulit yang sempurna bersih dari luka, sepenuhnya bugar dan sadar. Mengingatkan Taehyung bahwa herbal yang disiapkan ibunya telah menjadi sia-sia.

"Oh, astaga." Suaranya terdengar seperti seorang pengembara yang menderita dahaga, serak dan tidak memiliki ucapan yang lebih panjang, tapi masih berkelanjutan. "Selamat siang?" Taehyung cukup terkejut oleh bagaimana pria itu terdengar tenang sebagai seseorang yang baru saja terbangun di tempat yang asing.

"Masih pagi," koreksi Taehyung untuk sapaan bernada konyol itu.

Tepat setelahnya, ibunya menghampiri dengan panggilan heran, tidak mengerti mengapa Taehyung terpaku lama di dekat pintu kamar. "Bagaimana keadaan—oh!" Lalu menutup pekikan yang hampir keluar. Dilihatnya seorang laki-laki tanpa busana sedang duduk di atas ranjang milik Taehyung, mata membeliak sama terkejutnya dan dengan tergesa mengumpulkan selimut di sekitarnya, menutupi bagian yang perlu.

"Manusia?" Detik berikutnya, dia mengerjap heran dengan gumaman yang sengaja dikeraskan. Taehyung mengerti bahwa Lycan itu dapat merasakan bahwa ibunya adalah satu-satunya manusia di sana.

"Benar, itu aku. Tapi kau tidak perlu mengkhawatirkan itu. Akan kujelaskan setelah kita bisa berkumpul dengan benar." Ibu menggerakkan tangan pelan dengan senyuman sungkan.

"Maaf. Maafkan aku." Mata lelaki itu bergulir menuju Taehyung dengan sinar kesal.

"Setidaknya dia bisa mengatakan lebih awal bahwa ada wanita di rumah ini," katanya. Bernada menyalahkan.

Kedua alis Taehyung terangkat tinggi, kehilangan kata sesaat karena tiba-tiba menyesali fakta bahwa dia telah membawa Lycan itu ke rumah mereka. Bertanya-tanya, bagaimana bisa seseorang yang baru saja terbebas dari maut terdengar sebegini menyebalkan setelah terbangun?

"Bukan masalah, Tuan! Salahku juga karena masuk di saat yang tidak tepat. Putraku bisa memberimu pakaian dan aku menyiapkan makanan untuk kita. Benar?" Tawa ibunya canggung dan menyimpan ketulusan, sering kali mendatangkan kesulitan lain di mana akan ada orang-orang yang menyalahgunakan kebaikannya. Termasuk pria di hadapannya ini, entah bagaimana Taehyung merasa. Lengannya disenggol kecil untuk bergerak, dan ia lekas mengangguk.

"Akan kuambilkan."


***


Saat Taehyung memiliki firasat jika tamunya sangat buruk—kecuali dari penampilan luarnya tentu saja—maka yang dia maksud adalah yang terburuk. Dia menyerahkan sepotong pakaian atas dan celana, ternyata tidak begitu sesuai untuk tubuhnya yang berbobot besar, membuat laki-laki itu sedikit mengomel lagi. Taehyung bahkan belum mendengar siapa namanya, tetapi telah dua kali menerima kalimat berkonotasi menyalahkan.

"Tinggalkan celananya, kau bisa menyimpan baju sempit itu."

Apa dia bahkan tahu cara berterima kasih?

Dilanjutkan dengan hanya memakai celana—yang tetap tidak cukup sesuai melekat di kakinya—dia berdiri di depan Taehyung dengan dada terbuka. Luka-luka dari tubuh serigala yang dilihat Taehyung terasa seperti ilusi, tidak menyisakan satu bekas pun di dalam wujud manusianya.

"Butuh sesuatu dariku?" Apapun yang laki-laki itu tanyakan adalah sesuatu yang membuat Taehyung mengalihkan wajah. Tertangkap basah menatapi tubuh orang lain jelas merupakan tanda kesialan.

Lelaki itu menggodanya lagi. "Kau tahu, kau bisa menanyakan apapun tentangku dan aku akan memberikan jawaban sebanyak yang diinginkan. Jadi, namamu?" Langkahnya mendekat, memperkecil jarak.

Tatapan Taehyung menghambur pada lantai kayu. Enggan menjawab. "Kenapa kau harus tahu?"

"Sial, kau benar-benar sulit. Menurutmu saja, kenapa aku harus tahu nama dari Lycan Omega yang menyelamatkan nyawaku?"

Taehyung mengulum bibir oleh rasa berdesir di hatinya. Pertama, karena lelaki itu tahu bahwa dia juga seorang Lycan sekaligus Omega, dan sisanya karena dia ingat bahwa Taehyung yang menyelamatkannya. "Itu tidak ada hubungannya, tidak begitu penting." Taehyung bersiap mundur ketika lagi-lagi orang itu melangkahinya, mencegahnya keluar dari percakapan singkat mereka.

"Aku Jeon Jungkook. Dan ya, seperti yang bisa kau rasakan, Lycan Alpha." Dia datang bersama aroma yang tidak bisa Taehyung kenali dengan baik. "Sekarang itu menjadi penting karena aku sudah memberi tahu namaku." Kemudian tetap menuntut Taehyung, seolah dia telah berhutang untuk sesuatu dan harus membayarnya sekarang.

Masih teguh di atas pilihan bungkam dari perkataan apapun, ibunya tiba-tiba muncul dari muka pintu, setengah berujar. "Taehyung, kita bisa mulai—oh!" Lalu kembali mengeluarkan pekikan yang sama seperti ketika dia masuk dan melihat Jungkook duduk tanpa sehelai benang di tubuhnya.

"Maaf soal ini, Nyonya. Untuk sementara aku tidak memiliki penampilan selain dari ini." Dia melirik pada Taehyung yang tidak bersuara. "Bajunya tidak sesuai dengan ukuranku."

"Bukan masalah, Tuan. Kami tidak memikirkan itu. Aku datang untuk mengatakan bahwa kita bisa makan sekarang." Ibunya tersenyum kikuk, seperti benar-benar sedang mengulang kejadian yang sama dengan sebelumnya. Wanita itu meninggalkan mereka lebih dulu, hampir diikuti oleh Taehyung secepat yang ia bisa, saat lagi-lagi Jungkook menghentikannya.

"Nama yang sempurna, Taehyung."


***

CEDRUS [KookV] PDF ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang